Emma Yan Patriani
Pusat Survei Geologi

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perubahan Biofasies Foraminifera pada Batugamping di Pantai Baron dan Serpeng, Provinsi D.I. Yogyakarta Emma Yan Patriani; Sonia Rijani; Dessy Sundari
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 2 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i2.19

Abstract

Batugamping di Lokasi Pantai Baron dan Serpeng merupakan bagian dari Batugamping Formasi Wonosari di Pegunungan Selatan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terbentuk pada umur Miosen Awal – Miosen Tengah. Batugamping ini mengandung organisma khas yang menunjukkan keragaman biofasies yang terdiri dari kandungan foraminifera plangtonik, foraminifera bentonik kecil, foraminifera besar, ganggang, koral dan moluska yang memerlukan beberapa persyaratan ekologi tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan biofasies foraminifera pada batugamping di Formasi Wonosari pada lokasi Pantai Baron dan Serpeng. Enambelas perconto batuan telah di analisis petrografi dan mikropaleontologi. Hasil analisis petrografi menunjukkan adanya dua kelompok fasies karbonat yang berhubungan dengan standar facies belt. Data analisis mikropaleontologi (tabel distribusi foraminifera) diolah menggunakan metoda analisis kluster. Hasil penelitian menunjukkan adanya dua biofasies. Pertama basin facies dengan taksa pencirinya adalah foraminifera plangtonik dan subordo Textulariina. Kedua foreslope facies dengan taksa pencirinya adalah Cycloclypeus dan Amphistegina. Fosil lainnya yang hadir yang bukan taksa penciri adalah Lepidocyclina, Miogypsina, dan Heterostegina. Perubahan biofasies foraminifera di lingkungan basin dan foreslope menunjukkan bahwa distribusi foraminifera sangat dipengaruhi oleh faktor paleoekologi, yaitu kedalaman, cahaya dan energi air. Paleoekologi dapat digunakan juga untuk membantu menentukan lingkungan pengendapan purba yang berguna untuk waduk hidrokarbon di batuan karbonat. 
IDENTIFIKASI POTENSI BENCANA GEOLOGI DI DATARAN PANTAI JEPARA, JAWA TENGAH Ungkap Lumbanbatu; Woro Sri Sukapti; Emma Yan Patriani
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 15 No. 3 (2014): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v15i3.55

Abstract

Identifikasi potensi bencana geologi di dataran pantai Jepara perlu dilakukan untuk mengantisipasi laju perkembangan pembangunan seiring dengan pertambahan penduduk yang sangat pesat. Oleh karena itu, perencanaan pengembangan wilayah yang baik perlu dipersiapkan. Dalam menyusun tata ruang, potensi bencana geologi dan potensi sumber daya alam harus dipertimbangkan. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan sedimentologi dan stratigrafi. Untuk maksud tersebut dilakukan pemboran dangkal dengan menggunakan bor tangan (hand auger). Beberapa bencana geologi dapat dikenali yaitu abrasi pantai, agradasi pantai (pendangkalan) dan kerentanan liquifaksi. Tataan geologi daerah penelitian menunjukkan bahwa, abrasi dan agradasi serta karakteristik pantai sangat boleh jadi tidak terkait dengan aktivitas tektonik.Kata kunci: bencana geologi, geologi bawah permukaan, dinamika Kuarter, Jepara
GEOLOGI KUARTER DATARAN PANTAI JEPARA, JAWA TENGAH Ungkap M Lumbanbatu; Suyatman Hidayat; Woro Sri Sukapti; Emma Yan Patriani
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 15 No. 1 (2014): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v15i1.68

Abstract

Untuk mengetahui dinamika Kuarter di daerah penelitian, urut-urutan lingkungan pengendapan baik secara vertikal dan mendatar perlu dilakukan. Selain itu, untuk menafsirkan proses pengisian cekungan sedimen, korelasi beberapa penampang stratigrafi sangat diperlukan. Pengumpulan data geologi bawah permukaan dilakukan dengan pemboran dangkal menggunakan bor tangan. Sejumlah 52 pemboran telah dilakukan dengan kedalaman maksimum 11,50 m dan total kedalalaman 268,61m. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa satuan batuan di daerah ini dapat dipisahkan Tanah penutup (S), endapan dataran banjir (FP), endapan cekungan banjir (FB), endapan alur Sungai Purba), endapan pasir dataran pantai (B), endapan pasir pematang pantai (BS), endapan rawa bakau (SW), endapan paya (LG), koral / reef (Q), endapan laut dangkal (SM), endapan volkanik / (V), endapan pre-Holosen (pHs). Secara vertikal kombinasi urut-urutan lingkungan pengendapan tersebut menghasilkan 16 tipe penampang. Hasilnya beberapa fenomena geologi dapat diamati seperti adanya perulangan lingkungan endapan rawa, satu indikasi daerah yang mengalami penurunan secara perlahan lahan. Kehadiran endapan volkanik muda berupa tuf dapat ditafsirkan sebagai hasil aktivitas Gunung api Muria paling Muda. Indikasi proses-proses progradasi atau retrogradasi garis pantai ditunjukkan oleh proporsi mangrove yang perlahan-lahan semakin berkurang sementara polen-polen grassland semakin meningkat. Dari kedalaman 150 cm, kecenderungan perubahan itu berbalik yaitu proporsi polen-polen mangrove semakin bertambah sementara polen-polen grassland semakin berkurang. Secara umum kondisi cekungan sedimen pada saat proses pengendapan adalah dalam kondisi tenang (stabil). Dengan demikian abrasi tidak berhubungan dengan kegiatan tektonika.Kata kunci : Dinamika kuarter, retrogradasi, progradasi, kondisi tenang
Peninjauan Kembali Keragaman Fosil Foraminifera untuk Penentuan Umur Batugamping Formasi Karangbolong Emma Yan Patriani; Dida Yurnaldi; Ruli Setyawan
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22 No. 2 (2021): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v22i2.555

Abstract

Perbukitan Karangbolong merupakan salah satu paparan karbonat di Pulau Jawa bagian selatan. Sedikitnya literatur dan belum adanya informasi terbaru tentang perbukitan ini menyebabkan daerah ini menjadi menarik untuk ditinjau kembali. Makalah ini mencoba melihat kembali keragaman fosil foraminifera yang berada di Perbukitan Karangbolong. Dari duabelas sampel batuan yang diambil di lapangan secara acak, terdapat sembilan sampel batuan yang mengandung fosil foraminifera penunjuk umur, yaitu plangtonik sebanyak empat keluarga dan bentonik besar sebanyak tujuh keluarga. Keragaman fosil foraminifera pada makalah ini menyajikan sudut pandang baru tentang tatanan umur di daerah Perbukitan Karangbolong. Hadirnya fosil Nummulites fichteli yang melimpah, terawetkan dengan baik dan tidak berasosiasi dengan fosil muda menunjukkan bahwa daerah Karangbolong ini terbentuk pada Oligosen, lebih awal dari dugaan sebelumnya. Sementara itu, kehadiran dua fosil reworked yang masing-masing berumur Eosen Awal dan Kapur Awal, yaitu Planorotalites palmerae (Cushman and Bermudez) dan Ticinella primula Luterbacher menunjukkan adanya kemungkinan sedimen yang lebih tua dari Formasi Gabon yang saat ini dianggap sebagai batuan alas di Daerah Karangbolong.Katakunci: Batugamping, terumbu, umur, Perbukitan Karangbolong.