Woro Sri Sukapti
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Palynostratigraphy, Paleoecology and Paleoclimatology of Early Pleistocene Based on Pollen Study of Pucangan Formation in Sangiran Area Eko Yulianto; Woro Sri Sukapti; Ruly Setiawan
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 20 No. 3 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v20i3.461

Abstract

A pollen study has been conducted on samples taken from Pucangan Formation in Sangiran area. This study aims to reconstruct palynostratigraphy and to reveal environmental dynamics along with the deposition of Pucangan Formation with an emphasis on the influence of high frequency volcanism to the vegetational landscape in the montane area. The co-occurrence of Phyllocladus hypophyllus and Podocarpus imbricatus indicates Plistocene age of samples, and their stratigraphic position overlied by Middle Pleistocene Kabuh Formation leads to a conclusion of Early Pleistocene. All samples are included in Monoporites annulatus Peak Zone and subdivided into three Peak Subzone i.e. Polypodisporites radiates, Psilotum nudum, Magnastriatites grandiosa, Cyathea sp. and Laevigatosporites sp. Concurrent Peak Subzone, Interval Subzone between two Peak Subzones i.e. Polypodisporites radiates, Psilotum nudum, Magnastriatites grandiosa, Cyathea sp., Laevigatosporites sp. Concurrent Peak Subzone and Casuarina sp. Peak Subzone. Along with the deposition of Pucangan Formation, savannah with sparse swamp, riparian and lowland forest spreaded out around particularly on lowland, while few mangrove forest grew on muddy sea-land interface environment and heterogenous montane forests occupied highland. During the deposition of stratigraphic profile, savannah got flourished on new emerged land due to regression. Frequent volcanic eruptions along with the deposition of the upper stratigraphic profile has destroyed heterogenous montane forest and led to the homogenous Casuarina junghuniana forest.Keywords: Palynology, Early Pleistocene, vegetational landscape, savannah, montane forest, regression, volcanism
Perubahan Lingkungan Holosen Akhir Berdasarkan Rekaman Polen dari Delta Berau-Kalimantan Timur Woro Sri Sukapti; Kresna Tri Dewi
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 24 No. 1 (2023): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v24i1.713

Abstract

Biodiversitas atau keragaman hayati merupakan aspek penting dalam pengembangan geopark selain keragaman geologi dan keragaman budaya. Keragaman hayati modern dapat diketahui berdaasarkan survei flora dan fauna. Meskipun secara natural keragaman saat ini berasal dari keragaman di masa lalu, namun perbedaan keragaman hayati keduanya dapat berbeda karena terjadinya perubahan lingkungan. Keanekaraman hayati masa lalu dapat diketahui berdasarkan fosil yang terawetkan di dalam sedimen. Dalam konteks tumbuhan di masa lalu, keanekaragamannya dapat diketahui berdasarkan fosil serbuk sari yang terawetkan di dalam sedimen. Hasil identifikasi polen dari sebuah inti bor sepanjang 100 cm di Delta Berau, Kalimantan Timur menunjukkan 80 jenis polen dan 13 jenis spora. Jenis polen yang hadir didominasi oleh jenis-jenis polen tumbuhan hutan dataran rendah. Proporsi polen dari jenis dan kelompok tumbuhan tertentu memberi informasi tentang kelimpahan tumbuhannya di dalam hutan baik hutan dataran rendah, hutan mangrove, hutan pegunungan dan tumbuhan padang rumput. Data keanekaragaman dan kelimpahan tumbuhan berdasarkan fosil polen dan spora dalam sedimen ini dapat digunakan untuk menyokong tersedianya informasi saintifik tentang keanekaragaman hayati pada kala Holosen di Kawasan warisan geologi Sangkulirang-Mangkalihat.Katakunci: Biodiversitas, dinamika hutan, hutan dataran rendah, hutan padang rumput, hutan pegunungan, mangrove, polen, spora.