Fitriani Fitriani
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK DARI FORMULA TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata Durchesne ex poir) DENGAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) Fitriani Fitriani; Syahraeni Kadir; Rahmi Rahmi
AGROTEKBIS : JURNAL ILMU PERTANIAN (e-journal) Vol 8 No 2 (2020): April
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendapatkan formula tepung labu kuning dan tepung daun kelor yang memberikan karakteristik fisik dan kimia kerupuk terbaik dan mendapatkan formula tepung labu kuning dan tepung daun kelor yang memberikan karakteristik organoleptik yang disukai oleh panelis. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk karakteristik fisik dan kimiawi dan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) untuk karakteristik organoleptik. Adapun penelitian menggunakan satu faktor yang terdiri dari lima taraf formula, yaitu P1 = Tanpa Tepung Labu Kuning dan Tanpa Tepung Daun Kelor, P2 = 30% Tepung Labu Kuning, P3 = 29% Tepung Labu Kuning dan 1% Tepung Daun Kelor, P4 = 28% Tepung Labu Kuning dan 2% Tepung Daun Kelor, P5 = 27% Tepung Labu Kuning dan 3% Tepung Daun Kelor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fisik kerupuk yakni daya kembang yang terbaik 141,92% (tanpa tepung labu kuning dan tepung daun kelor). Karakteristik kimia kerupuk yang dihasilkan pada kombinasi tepung labu kuning dan tepung daun kelor yang terbaik diantaranya kadar air yakni 2,49% (tanpa tepung labu kuning dan tepung daun kelor), kadar lemak yakni 20,64% (30% tepung labu kuning), kadar serat dan kapasitas antioksidan yakni 1,10% dan 59,53% (28% tepung labu kuning dan 2% tepung daun kelor). Uji organoleptik (warna, aroma, kerenyahan dan rasa) menunjukkan bahwa kerupuk yang paling disukai oleh panelis yakni kerupuk yang terbuat dari 30% tepung labu kuning.
KARAKTERISTIK BEBERAPA KIMIA TANAH DI DAS KAWATUNA PROVINSI SULAWESI TENGAH Fitriani Fitriani; Yosep Soge Patadungan; Abdul Rahim Thaha
AGROTEKBIS : JURNAL ILMU PERTANIAN (e-journal) Vol 8 No 3 (2020): Juni
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui beberapa sifat kimia tanah pada 3 tipe penggunaan lahan di DAS Kawatuna Provinsi Sulawesi Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitan ini yaitu menggunakan metode survey. Pengamatan serta pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara taktis. Dari setiap jenis tipe penggunaan lahan diambil 4 sub sampel lalu dikompositkan, sehingga di peroleh 5 cantoh tanah komposit untuk dianalisis dilaboratorium ilmu tanah Fakultas Pertanian. Berdasarkan hasil analisis dari lima tipe penggunaan lahan berbeda, Nilai pH H2O tertinggi diperoleh dari lahan Hutan yaitu 6,99. Sedangkan terendah diperoleh dari lahan ladang dengan kemiringan lereng > 40%. Hasil analisis pH KCl menunjukan bahwa semua nilai pH KCl berada pada kriteria masam sampai agak masam. pH KCl tertinggi diperoleh dari lahan ladang pada kemiringan lereng 8 - 15 %. Sedangkan nilai pH KCl terendah diperoleh dari lahan sawah. Nilai C-Organik tertinggi diperoleh dari lahan hutan (4.17). Sedangkan nilai C-Organik sangat rendah diperoleh dari lahan ladang dengan kemiringan lereng >40% (0.39). Nilai P-Total tertinggi diperoleh dari lahan hutan pada kemiringan lereng >40% (57.86). Sedangkan terendah diperoleh dari lahan lading kemiringan lereng >40% (32.73). Nilai K-Total tertinggi diperoleh dari lahan hutan kemiringan lereng >40% (50,95) dan terendah diperoleh lahan ladang pada kemiringan lereng >40% (30). Nilai Calsium tertinggi diperoleh dari lahan hutan pada kemiringan lereng 8-15% (9.19). Sedangkan terendah diperoleh dari lahan lading di kemiringan lereng >40% (7.55). Nilai KTK tertinggi diperoleh dari lahan hutan dengan kemiringan lereng >40% (25.03). Sedangkan terendah diperoleh dari lahan lading pada kemiringan lereng >40% (2.87). Kandungan C/N rasio pada lima penggunaan lahan menunjukan bahwa setiap titik sampel tanah memiliki kandungan C/N rasio yang berbeda mulai dari kriteria sampai pada kriteria.