Wilayah Asia Pasifik memiliki prevalensi infeksi Hepatitis tertinggi di dunia dengan 74% kematian akibat komplikasihepar terjadi di Asia. Pada tahun 2012, Hepatitis C diperkirakan memiliki prevalensi sebesar 0,39% berdasarkan datayang diambil dari Unit Transfusi Darah Pusat. WHO menetapkan target untuk mengurangi kejadian infeksi hepatitisbaru sebanyak 90% dan kematian akibat hepatitis sebanyak 65% pada tahun 2030. Penelitian dilakukan dengan metodedeskriptif observasional di Semarang pada September 2019 – Februari 2020. Data didapatkan dari catatan medispasien dari Januari 2009 – Desember 2019. Donor di Palang Merah Semarang yang memiliki skrining HCV-reaktifdan data rekam medis yang lengkap di inklusi ke dalam studi. Seroprevalensi Hepatitis C reaktif adalah 2267 donordari total pendonor 710.778 (0.3%). Prevalensi tertinggi ditemukan pada tahun 2009 (0.6%) dan yang terendah padatahun 2018 dan 2019 (0.2%). Pada tahun 2011 sampai dengan 2015 dan 2017 prevalensi adalah 0.3%. Pada tahun2010 dan 2016 prevalensi adalah 0.4%. Penelitian menunjukkan terdapatnya penurunan selama sepuluh tahun kohort.Usia rerata donor reaktif adalah 33.88 (SD 11.45) dengan jangkauan usia 16 – 67. 79.8% dari donor reaktif adalahlaki-laki dan 20.2% perempuan. Ditemukan 74.6% dari donor reaktif berdomisili di Semarang. Pekerja swastamerupakan pekerjaan yang paling banyak dimiliki oleh donor reaktif (55.5%). Infeksi HCV pada pendonor darahmerupakan masalah kesehatan masyarakat. Ditemukan bahwa terjadi penurunan pada prevalensi selama 10 tahunnamun belum mencapai target yang ditetapkan oleh WHO. Usaha penanganan dan pengendalian infeksi harusdilakukan dengan lebih giat untuk dapat mengurangi kejadian infeksi hepatitis virus baru. Kata Kunci: Seroprevalensi Hepatitis C, Hepatitis C, Palang Merah Indonesia Semarang, Hepatitis Virus, InfeksiMenular Lewat Transfusi Darah