Stunting menjadi masalah gizi yang belum terselesaikan hingga saat ini di Indonesia dengan prevalensi21,6%. Salah satu program yang disusun oleh pemerintah sebagai upaya penurunan angka kejadian stuntingyakni program 8000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan sasaran kelompok remaja. Remaja dianggapsebagai fase kehidupan yang mampu memutus siklus stunting antargenerasi. Program ini direalisasikanmelalui pembentukan posyandu remaja. Salah satu wilayah di DI Yogyakarta, khususnya Kabupaten Bantulyang telah menginisiasi pembentukan posyandu remaja yakni Kelurahan/Kapanewon Sedayu. Terdapatbeberapa permasalahan dalam pelaksanaan posyandu remaja di area kerja Puskesmas Sedayu 1, yaknimanajemen pelaksanaan posyandu yang kurang optimal utamanya pada pelaksanaan lima meja posyandukarena kader belum pernah mendapatkan pelatihan keterampilan di setiap meja posyandu, serta belumadanya sistem informasi terintegrasi yang mempermudah dalam pencatatan dan analisis data di setiap meja.Oleh karena itu, kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk revitalisasi manajemen posyanduremaja berbasis peer educator (kader remaja) serta deteksi dini masalah gizi remaja menggunakan sisteminformasi terintegrasi berbasis aplikasi web “BELIA” guna meningkatkan kualitas pelaksanaan lima mejaposyandu. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk workshop dan diskusi kelompok dengan materi yangdisampaikan oleh pakar. Berdasarkan hasil evaluasi melalui nilai pretest dan posttest ditemukan adanyapeningkatan pengetahuan di semua topik materi dengan rerata kenaikan sebesar 24% atau setara dengan 18point. Rerata nilai yang diberikan peserta terkait aplikasi web “BELIA” sebesar 4 yang mana termasukdalam kategori puas. Kata Kunci : kader remaja, posyandu remaja, lima meja posyandu, 8000 HPK, , sistem informasi