Disiplin dapat dibiasakan melalui tiga metode yaitu otoriter, permisif dan demokratis. Internalisasi sikap disiplin tentu tidak terlepas dari suatu proses pembinaan yang dilakukan secara natural maupun melalui setting khusus. Padatnya kegiatan yang diberlakukan di pondok pesantren menuntut santri agar dapat melakukan manajemen waktu dengan baik. Santri tetap dapat melakukan banyak hal dengan tanpa meninggalkan program yang dijadwalkan pesantren jika ia disiplin dengan seluruh jadwal atau aturan yang telah ditetapkan. Pembiasaan yang diterapkan selama di pesantren akan mengarahkan santri pada tindakan yang tersistem dan terinternalisasi ke dalam diri menjadi sebuah karakter. Maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembinaan sikap disiplin santri dan mendeskripsikan faktor penghambat pembinaan sikap disiplin santri di Pondok Pesantren Al Karamah Desa Keramat Kecamatan Amuntai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan teknik observasi, wawancara (interview) dan dokumentasi. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan reduksi data, display data (penyajian data) dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan sikap disiplin di Pondok Pesantren Al Karamah dilakukan dengan beberapa metode seperti keteladanan, pembiasaan, pemberian nasihat dan pemberian sanksi. Kemudian dilaksanakan dengan optimal mengingat ustadz/ustadzah adalah role model yang sangat diikuti oleh para santri. Pembiasaan diterapkan dengan tujuan agar seiring berjalannya waktu, sikap disiplin yang ditunjukkan santri tidak lagi atas dasar terpaksa, melainkan sebagai sikap positif yang memang menjadi kebutuhannya sebagai seorang muslim. Motivasi yang disampaikan oleh pengasuh atau penanggung jawab merupakan bagian dari metode nasihat agar santri dapat dengan ikhlas menjalankan semua agenda di pondok dan mengarahkan mereka pada kedisplinan. Penghambat utama dalam pembinaan disiplin tentu berasal dari individu masing-masing santri. Santri yang mengikuti program asrama kehidupan sehari-harinya dihabiskan di pondok pesantren dan jauh dari orang tua sementara secara psikologis sebenarnya mereka masih memerlukan pendampingan dan arahan. Saat kondisi mereka tidak stabil maka mulai muncullah pikiran-pikiran untuk bermalas-malasan dalam mengikuti tata tertib maupun kegiatan-kegiatan pondok yang telah dijadwalkan.