Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Ukuran Partikel Serbuk Kalsium Oksida (CaO) Sebagai Adsorben Untuk Meningkatkan Kadar Etanol Teknis: Pengaruh Ukuran Partikel Serbuk Kalsium Oksida (CaO) Sebagai Adsorben Untuk Meningkatkan Kadar Etanol Teknis Lamuru, Afrianti S; Mahirullah; Juita , Sri
Jurnal Jejaring Matematika dan Sains Vol. 5 No. 1 (2023): Jurnal Jejaring Matematika dan Sains
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jjms.2023.v5.i1.801

Abstract

The research studied method of increasing technical alcohol levels by using Calcium Oxide (CaO) adsorbent in adsorption distillation. Alcohol can be used as an alternative fuel or fuel additive to increase the octane number of the fuel so as to produce low carbon emissions. So, it is very important alcohol purification. One method for purifying alcohol is adsorption distillation. The purpose of this study was to determine the effect of the particle size of CaO adsorbent powder in the adsorption distillation method. The ethanol used as feed is ethanol of 70% and 96%. The results showed the increase in ethanol content with a particle size of 100 mesh, 150 mesh and 200 mesh, the highest final ethanol content was obtained at a particle size of 200 mesh, where at an initial concentration of 70% ethanol after the adsorption process increased to 88.50%, while the ethanol content the lowest was obtained at 100 mesh with a final content of 87%. Likewise, the initial concentration of 96% ethanol after the adsorption process increased to 98.25% at a particle size of 200 mesh, while the lowest concentration was obtained at a particle size of 100 mesh with a final grade of 97.90%. From the results of the study showed that particle size greatly influences the increase in ethanol content. The smaller the particle size used, the greater the adsorption speed. The smaller the particle size, the greater the surface area, so that more water is absorbed and the resulting ethanol concentration is greater.
ANALISIS KADAR BIOETANOL DARI LIMBAH CAIR PULP KAKAO MENGGUNAKAN ADSORBEN ABU SEKAM PADI La Harimu; Haeruddin; Wa Ode Mulyana; Cahyana Mandasari; Afrianti S. Lamuru; Mahirullah
Jurnal Crystal : Publikasi Penelitian Kimia dan Terapannya Vol. 7 No. 2 (2025): Literasi Artikel Penelitian Kimia
Publisher : Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/jc.v7i2.6211

Abstract

Pencarian sumber- sumber energi alternatif terutama berasal dari tumbuhan multiguna yang berbasis lokal dan berkelanjutan terus digalakan. Salah satu bahan bakar nabati (BBN) yang sangat prospektif dikembangkan di Indonesia adalah bioetanol, yaitu senyawa etanol yang dibuat dari tanaman yang mengandung komponen pati atau karbohidrat/gula seperti dari tanaman kakao. Salah satu komponen biji kakao adalah pulp yang mengandung glukosa 8-15% sehingga sangat potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan etanol melalui proses fermentasi yang selama ini jarang dimanfaatkan cairan lendir pulp yang dihasilkan dari proses fermentasi satu ton biji kakao dapat mencapai 75-100liter dengan bau yang tidak sedap, sehingga dapat mencemari lingkungan. Kadar bioetanol hasil fermentasi pulp kakao dipengaruhi oleh factor pH, kadar ragi, dan lama fermentasi. Sebelum fermentasi dilakukan terlebih dahulu dibuat starter dengan tujuan untuk mengaktifkan enzim. Pemisahan dan pemurnian etanol hasil fermentasi dapat ditingkatkan kadarnya dengan penambahan adsorben abu sekam padi. Abu sekam adi terlebih dahulu dicuci sampai bersih dan terakhir dicuci dengan aquades dan dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C. Sampel pulp kakao hasil fermentasi yang mengandung etanol ditambahkan dengan abu sekam padi sebelum di destilasi. Destilat etanol yang diperoleh diukur kadarnya menggunakan Alcohol Meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu fermentasi dan kadar ragi mempengaruhi kadar bioetanol dari pulp kakao yang dihasilkan. Lama fermentasi optimal yang diperoleh adalah 6 hari dengan kadar bioetanol sebesar 4,73%. Kadar ragi optimal terhadap starter (berat starter adalah 1 % dari sampel pulp kakao yang difermntasi) diperoleh pada kondisi dengan perbandingan 1 gram ragi: 1% starter. Kadar bioetanol yang diperoleh dengan penambahan abu sekam padi menggalami peningkatan dari 5,06% menjadi 8,52%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahan abu sekam padi pada sampel pulp kakao hasil fermentasi yang menggandung bioetanol dapat ditingkatkan dengan penambahaan abu sekam padi.
PENGARUH PRETREATMENT TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI BATANG ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Abdul Azis; Afrianti S. Lamuru; Mahirullah; Andi Batari Angka; Nur Aisyah; Rahmila
Jurnal Crystal : Publikasi Penelitian Kimia dan Terapannya Vol. 7 No. 2 (2025): Literasi Artikel Penelitian Kimia
Publisher : Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/jc.v7i2.6214

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas karbon aktif dari batang eceng gondok yang melalui proses pretreatment dan tanpa pretreatment. Eceng gondok dipilih karena merupakan limbah biomassa yang melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Metode pretreatment dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang menutupi struktur selulosa, sedangkan aktivasi dengan asam asetat bertujuan menghasilkan arang aktif yang memiliki luas permukaan besar. Proses pretreatment dilakukan dengan pemanasan terbuka dalam variasi konsentrasi larutan NaOH (3, 5, 7, 9, dan 11%) selama 60 menit lalu ditentukan kadar selulosanya secara gravimetri untuk mengetahui konsentrasi NaOH yang optimal dan digunakan dalam proses pembuatan arang aktif. Proses aktivasi menggunakan metode refluks dalam larutan CH3COOH 5% dengan variasi waktu (30, 60, 90, 120 dan 150 menit). Karbon aktif yang dihasilkan dikarakterisasi berdasarkan SNI No. 06-3730-1995 yang meliputi uji daya serap iod, kadar air, kadar abu. Selain itu dilakukan uji luas permukaan menggunakan metode Brunauer-Emmett-Teller (BET). Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan NaOH yang efektif untuk meningkatkan kadar selulosa yaitu 7%, sedangkan waktu optimal untuk aktivasi karbon dalam larutan CH3COOH 5% yaitu 120 menit. Kualitas karbon aktif dari batang eceng gondok dengan perlakuan pretreatment maupun tanpa pretreatment telah memenuhi standar SNI No 16-3730-1995 untuk uji kadar air dan kadar abu. Karbon aktif batang eceng gondok dengan perlakuan pretreatment untuk daya serap iod telah memenuhi standar SNI No 16-3730-1995, sedangkan tanpa pretreatment tidak memenuhi parameter uji daya serap iod. Luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan dari proses pretreatment lebih besar dibandingkan dengan tanpa pretreatment.
PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET MELALUI KARBONASI SUHU 600ºC DENGAN AKTIVATOR KOH Diana Novitasari; S. Lamuru, Afrianti; Mahirullah
Jurnal Crystal : Publikasi Penelitian Kimia dan Terapannya Vol. 6 No. 1 (2024): Publikasi Penelitian Kimia
Publisher : Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/jc.v6i1.3085

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum konsentrasi aktivator KOH dari karbon aktif cangkang buah karet dan kualitasnya. Proses karbonisasi karbon aktif dilakukan dengan menggunakan alat furnace dengan suhu 600ºC. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah cangkang buah karet klon PB 260 yang terdapat di perkebunan Indralaya Palembang. Penelitian ini terdiri beberapa tahap yaitu tahap persiapan sampel, karbonisasi, aktivasi, dan karakterisasi karbon aktif. Aktivator yang digunakan adalah larutan KOH dengan variasi konsentrasi 5, 10, 15, dan 20%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum konsentrasi aktivator KOH yang diperoleh sebesar 15%. Rendemen karbon aktif kondisi optimum yang dihasilkan 68,4600%. Karakterisasi karbon aktif pada kondisi optimum diperoleh kadar air 1,5876%, kadar zat menguap 38,5436%, kadar abu 3,3800%, dan kadar karbon terikat 58,0774%. Hasil karakterisasi karbon aktif kondisi optimum juga menunjukan daya serap terhadap iodin 243,3406 mg/g, daya serap terhadap metilen biru 19,0822 mg/g, dan daya serap terhadap benzen 10,0300%. Karbon aktif yang memenuhi kualitas ialah uji kadar air dan kadar abu, sedangkan daya serap karbon aktif tidak memenuhi kualitas dalam penyerapan iodin, metilen biru dan benzene sehingga perlu untuk menggunakan aktivator lain dalam pembuatan karbon aktif dengan cangkang buah karet.