Djajanti Sari
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Apakah Blok Regional dapat Meningkatkan Keberhasilan Penanganan Nyeri pada Pediatrik? Djajanti Sari
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 1 No 1 (2013): Volume 1 Number 1 (2013)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v1i1.5527

Abstract

Sekarang ini teknik blok regional sudah banyak digunakan untuk penanganan nyeri pada pediatrik, baik terkait dengan fasilitasi tindakan operasi maupun kondisi medis lain yang memerlukan analgesi adekuat. Tindakan blok regional yang dapat digunakan untuk penanganan nyeri adalah blok neuraksial yaitu berupa caudal epidural, lumbal epidural, thorakal epidural, spinal anestesi dan blok saraf perifer. Teknik blok regional mudah dilakukan dan sederhana. Walaupun demikian, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan teknik ini, khususnya dalam penanganan nyeri, antara lain faktor ketrampilan pelaksana dalam hal ini ahli anetesi, faktor pasien (seleksi, sesuai kondisi dan kebutuhan) serta faktor alat dan sarana yang ada. Untuk mengetahui apakah blok regional benar-benar dapat meningkatkan keluaran dalam penangan nyeri pada pediatrik dapat dilihat dari beberapa literatur maupun bukti ilmiah yang berupa laporan kasus, penelitian uji klinis, bahkan review article tentang penggunaan blok regional pada pediatrik khususnya keuntungan dan kerugian termasuk komplikasi yang ditimbulkan serta aspek ekonomis dan keamanan blok regional pada pediatrik. Dari bukti ilmiah yang ada menyebutkan bahwa blok regional memberi keuntungan nyata untuk penangan nyeri pada pediatrik, sementara komplikasi yang diakibatkan relatif kecil dan hampir tidak menimbulkan gejala sisa. Komplikasi yang terjadi kini dapat semakin diturunkan dengan penggunaan teknologi misalnya USG untuk mendukung teknik blok regional, sehingga makin meningkatkan angka keberhasilan penanganan nyeri pada anak-anak.
Daya Guna Pethidin 0,1 Mg/Kgbb dan 0,2 Mg/Kgbb Intrathekal sebagai Adjuvant Bupivakain 0,5% 10 Mg dalam Mencegah Shivering pada Sectio Cesaria Nur Hesti Kusumasari; IG Ngurah Rai Artika; Djajanti Sari
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 1 No 1 (2013): Volume 1 Number 1 (2013)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v1i1.5517

Abstract

Pendahuluan. Shivering akibat anestesi spinal merupakan kejadian yang sering dijumpai dan dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi pasien. Berbagai macam obat telah dihunakan untuk mencegah dan memberikan terapi shivering. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan daya guna pemberian pethidin 0,1 mg/kg dan 0,2 mg/kg intrathekal dalam mencegah shivering setelah anestesi spinal pada operasi seksio sesaria. Metode dan Penelitian. Rancangan penelitian ini adalah Randomized Controlled Trial (RCT) dengan pembutaan ganda. Subyek penelitian dilakukan pada 196 wanita hamil, usia 18-40 tahun, status fisik ASA I dan II, umur kehamilan 37-42 mg, berat badan 40-70 kg (indeks masa tubuh < 30 kg/m2), tinggi badan > 145 cm yang menjalani operasi seksio sesaria dengan anestesi spinal, yang dibagi dalam 2 kelompok. Dilakukan anestesi spinal menggunakan bupivakain hiperbarik (0,5% 10mg), pethidin 0,1 mg/kg pada kelompok A, dan pethidin 0,2 mg/kg pada kelompok B dalam volume yang sama yakni 2,5 ml. Hasil. Data demografi, suhu ruang operasi, ketinggian blok, dan lama operasi secara umum tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok (p>0,05), kecuali pada tinggi badan dan tekanan sistolik (p<0,05). Kejadian shivering pada kelompok A dibanding kelompok B didapatkan perbedaan yang bermakna (35,71%) vs 22,44%; p<0,05). Kejadian efek samping mual muntah pada kelompok A lebih kecil dibandingkan kelompok B (8,33% vs 22,45%) (p<0,05). Kesimpulan. Tidak didapatkan efek samping depresi pernapasan dan pruritus dalam penelitian ini.
Angka Mortalitas Perioperatif yang Terkait Anestesi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Tahun 2010 – 2011 Heri Pujiono; Untung Widodo; Djajanti Sari
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 1 No 1 (2013): Volume 1 Number 1 (2013)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v1i1.5523

Abstract

Pendahuluan. Angka kematian merupakan jumlah kematian secara umum atau oleh sebab khusus dalam suatu populasi, berskala sesuai dengan besarnya populasi per unit waktu. Angka kematian yang terkait anestesi merupakan pengukuran dasar atau utama dari kualitas dan keselamatan pelayanan anestesi. Pencegahan mortalitas terkait dengan tindakan anestesi adalah bagian dari rangkaian pelayanan anestesi termasuk optimalisasi preoperatif, penatalaksanaan anestesi yang baik, bahkan hingga penanganan postoperasinya. Penelitian tentang mortalitas terkait anestesi yang cukup intens dapat meningkatkan perbaikan keselamatan pasien yang dianestesi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka mortalitas terkait anestesi di RSUP Dr Sardjito tahun 2010-2011. Subyek dan Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan observasional kohort retrospektif dengan membandingkan dua macam kelompok subyek yang mempunyai variabel yang berbeda. Semua data pasien yang mendapatkan anestesi tahun 2010 sampai 2011 di RSUP Dr Sardjito diambil dari rekam medis RSUP Dr Sardjito kemudian dihitung angka kematiannya dengan kriteria meninggal < 24 jam setelah operasi/anestesi selesai dengan k ategori 1 apabila penyebab kematian disebabkan oleh faktor anestesi atau penyebab lain dibawah kendali anestesi, kategori 2 apabila ada keraguan penyebab kematian apakah faktor anestesi ataukah faktor lain yang masih dibawah kendali ahli anestesi dan kategori 3 apabila kematian disebabkan faktor operasi maupun anestesinya . Analisis dilakukan dengan analisa deskriptif, analisa bivariat menggunakan Chi- square dan analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil dianggap bermakna bila p<0,0 5. Hasil. Delapan belas ribu tujuh pasien telah menjalani pembiusan di tahun 2010- 2011. Sebanyak 17 pasien meninggal perioperatif dan 9 diantaranya terkait anestesi. Angka kematian per 10.000 pembiusan di RSUP Dr Sardjito untuk perioperatif (9,44) lebih rendah dibanding rata-rata negara maju (17,68) maupun negara berkembang (44,17), sedangkan kematian yang terkait anestesi (5) lebih tinggi dibanding rata-rata negara maju (2,813) maupun negara berkembang (3,645). Kesimpulan. Berdasarkan karakteristik variabel penelitian tidak ditemukan perbedaan yang bermakna terhadap kematian yang terkait anestesi sehingga analisis regresi logistik tidak dapat dilakukan.