Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Analisis Pengaruh Jumlah dan Sebaran Ground Control Point (GCP) dalam Proses Ortorektifikasi Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) Maharani, Monica; Kuncoro, Henri
Indonesian Journal of Geospatial Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Geospatial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.708 KB)

Abstract

Penggunaan citra satelit resolusi tinggi (CSRT), tidak terlepas dariproses ortorektifikasi. Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai instansi yangditunjuk oleh pemerintah sebagai penanggung jawab penyediaan informasigeospasial dasar sesuai dengan UU Informasi Geospasial nomor 4 Tahun 2011memanfaatkan Citra Setelit Resolusi Tinggi (CSRT) untuk keperluan pembuatanpeta skala 1:5.000. Proses ortorektifikasi melibatkan CSRT, ground control point(GCP) dan model elevasi digital (MED). Banyaknya proses ortorektifikasi yangtelah dilakukan dengan simulasi jumlah dan sebaran GCP namun tidakmemberikan kepastian besaran pengaruhnya, mendorong perlunya dilakukanpenelitian dan analisis lebih lanjut mengenai pengaruh jumlah dan sebaran GCPpada hasil ortorektifikasi CSRT. Pengolahan data yang dilakukan adalah prosesortorektifikasi citra dengan 7 (tujuh) kali menerapkan simulasi sebaran danjumlah GCP yang berbeda-beda, yaitu 5;9;12;22;32;42;dan 50 buah.Pengurangan GCP dilakukan dengan memperhatikan geometri sebaran GCP agartetap mempertahankan sebaran yang merata, meskipun jumlahnya semakinsedikit. Hasil analisis menunjukkan penambahan jumlah GCP sebanyak 45 GCPdari 5 GCP menjadi 50 GCP ternyata tidak memberikan pengaruh yang besarterhadap keelitian hasil ortomosaik citra. Kenaikan ketelitian hasil ortomosaikcitra yang diperoleh dari penambahan titik sejumlah 50 hanya sebesar 0,2 metersaja.
Identifikasi Mekanisme Sesar di Bagian Timur Pulau Jawa dengan Menggunakan Data GNSS Kontinyu 2010-2016 Kuncoro, Henri; Maharani, Monica
Indonesian Journal of Geospatial Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Geospatial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.312 KB)

Abstract

Pulau Jawa terletak tepat di utara zona subduksi jawa yang merupakanzona pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Sunda. BeberapaSesar terbentuk di Pulau Jawa mengakomodasi stress yang dihasilkan olehsubduksi jawa yang berada di selatan Pulau Jawa. Studi deformasi denganmenggunakan data GNSS telah dilakukan untuk mengestimasi laju geser darisesar-sesar utama di Pulau Jawa. Koulali dkk (2016) mengestimasi laju geseruntuk Sesar Baribis dan Sesar Kendeng sebesar 2.3 – 5.6 mm/tahun dandinyatakan sebagai sesar-sesar aktif. Pada studi ini, 15 data GNSS kontinyu daritahun 2010 hingga 2016 di bagian timur Pulau Jawa digunakan untukmengidentifikasi mekanisme sesar yang berada di wilayah ini meliputi SesarKendeng dan ekstensinya. Data fase GPS dari setiap stasiun GNSS diolahdengan menggunakan GAMIT/GLOBK 10.6 untuk mendapatkan koordinat didalam sistem koordinat kartesian 3D di dalam kerangka referensi InternationalTerrestrial Reference Frame 2008 (ITRF2008). Sebanyak 15 vektor kecepatanGNSS digunakan untuk menghitung strain rate dan laju geser untuk setiapsegmen sesar yang dilalui oleh 3 profil. Ketiga profil tersebut menunjukkanadanya kompresi sebagai akomodasi stress dari subduksi Jawa dan laju geseruntuk segmen barat Sesar Kendeng, segmen timur Sesar Kendeng, danekstensinya sebesar 1.93 mm/tahun, 0.90 mm/tahun, dan 0.60 mm/tahun secaraberurutan dengan mekanisme sesar mengiri. Mekanisme yang sama yang terjadipada ekstensi Sesar Kendeng menunjukkan adanya potensi sumber gempa yangbaru di sekitar Selat Madura. Hal ini merupakan informasi penting untukmengidentifikasi potensi sumber gempa dari Sesar Kendeng dan ekstensinyamengingat zona dari sesar aktif ini merupakan zona yang berpenduduk cukuppadat.
KAJIAN KEANDALAN THERMAL FRONT YANG TERDETEKSI DARI SINGLE IMAGE EDGE DETECTION UNTUK ESTIMASI LOKASI SEBARAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Monica Maharani; Haffizh Pahlevi; Kenya Cita Ayudhia
Jurnal Ilmiah MTG Vol 13, No 2 (2022): Jurnal Ilmiah MTG Volume 13 No. 2, Desember 2022
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmtg.v13i3.9399

Abstract

Abstrak– Thermal front merupakan daerah pertemuan dua massa air yang mempunyai karakteristik suhu yang berbeda. Thermal front dapat dideteksi menggunakan metode Single Image Edge Detection (SIED). SIED merupakan algoritma yang dibuat untuk mendeteksi fronts di dalam data citra Suhu Permukaan Laut (SPL). Kajian ini mengukur kemampuan thermal front untuk mendeteksi secara spesifik sebaran ikan pelagis di Perairan Teluk Jakarta. Kajian ini memanfaatkan teknologi pengindraan jauh untuk pendeteksian thermal front melalui metode SIED, hasil dari metode SIED digunakan untuk penentuan titik zona lokasi ikan pelagis. Menggunakan data citra satelit suhu permukaan laut Group for High Resolution Sea Surface Temperature (GHRSST) penentuan titik zona lokasi ikan pelagis ini diproses otomatis berdasarkan metode pusat geometri (centre of gravity) yang dilakukan pada setiap bagian garis thermal front yang sebelumnya telah terdeteksi. Dari hasil penentuan titik zona lokasi ikan pelagis juga menghasilkan data atribut yaitu titik koordinat kemungkinan zona lokasi ikan pelagis. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara kejadian thermal front dengan jumlah tangkapan ikan pelagis pada Bulan April, Juli dan Oktober, yang mana musim peralihan 2 yang diwakili bulan Oktober merupakan musim dengan hasil tangkapan tertinggi, sementara pada Bulan Januari terdapat anomali ketidaksesuaian antara thermal front yang terjadi dengan hasil tangkapan ikan. Kata Kunci: Thermal Front, Metode Single Image Edge Detection, Ikan Pelagis Abstract – A thermal front is a meeting area of two water masses that have different temperature characteristics. Thermal fronts can be detected using the Single Image Edge Detection (SIED) method. SIED is an algorithm to detect fronts in Sea Surface Temperature (SST) image data. This study measures the ability of the thermal front to specifically detect the distribution of pelagic fish in Jakarta Bay. This study uses the SIED method with remote sensing technology to detect the thermal fronts. The results are used to determine the zone points for pelagic fish locations. Using sea surface temperature satellite imagery data from the Group for High-Resolution Sea Surface Temperature (GHRSST) the determination of the pelagic fish zone points is processed automatically based on the centre of gravity. This method is carried out on each part of the thermal front line that has previously been detected. From the results of determining the pelagic fish zone points, attribute data and the coordinate points for possible pelagic fish location zones are produced. The results of the study show that there is a correlation between the occurrence of the thermal front and the number of pelagic fishing in April, July and October 2020, in which the transitional season 2 represented in October is the season with the highest catches, while in January there is an anomaly of mismatch between the thermal front happened with the fishing. Keywords: Thermal Front, Single Image Edge Detection Method, Pelagic Fish
KAJIAN KEANDALAN MODEL 3D HASIL AKUISISI TERRESTRIAL LASER SCANNER UNTUK PEMBUATAN AS BUILT DRAWING Monica Maharani; Basuki Rahmad; Ediyanto; Oktavia Dewi Alfiani; Dinda Pratiwi Dwi Putri; Nur Muhammad Ikram
Geomatika Vol. 29 No. 1 (2023): JIG Vol 29 No 1 Tahun 2023
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang menunjukkan bahwa model 3D hasil akuisisi Terrestrial Laser Scanner (TLS) mampu digunakan sebagai acuan untuk pembuatan as built drawing telah banyak dilakukan. Namun demikian, penelitian-penelitian tersebut tidak ada yang mendeskripsikan secara detail mengenai kriteria dan standar pembuatan as built drawing yang digunakan. Oleh karena itu, untuk menguji keandalan model 3D hasil akuisisi TLS untuk pembuatan as built drawing dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan standar as built drawing dari 4 perusahaan konstruksi yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hasil pengumpulan kriteria apabila dirumuskan secara umum menunjukkan bahwa suatu as built drawing seharusnya memenuhi kriteria karakteristik model as built drawing dan kriteria informasi pada gambar, sementara hasil pengumpulan standar apabila dirumusukan secara umum suatu as built drawing harus memenuhi parameter validasi gambar. Selanjutnya, model 3D hasil akuisisi TLS dalam penelitian ini diuji kemampuannya dalam memenuhi kriteria dan standar as built drawing yang telah dirumuskan tersebut. Hasil kajian menunjukkan as built drawing hasil akuisisi TLS dalam penelitian ini mampu memenuhi seluruh standar parameter validasi gambar yang terdiri dari 8 parameter, yang salah satu diantaranya adalah akurasi ketelitian mencapai fraksi cm-mm yang mana nilai Root Mean Square Error (RMSE) yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 1,9 cm dan standar deviasi 1,4 cm. Selain itu, salah satu kriteria yaitu karakteristik model as built drawing yang terdiri dari 5 parameter dapat terpenuhi seluruhnya. Walaupun demikian, kriteria mengenai informasi pada gambar hanya dapat memenuhi 5 dari 7 parameter.
Improving Surface Strip Adjustment Accuracy Using the Point-to-Plane Iterative Closest Point (ICP) Maharani, Monica; Arif, Riyas Syamsul
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 5 No. 1: April 2025
Publisher : Program Studi Teknik Geomatika Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/imagi.v5i1.15027

Abstract

This study aims to evaluate the effectiveness of the point-to-plane method for LiDAR point cloud data registration, especially for strip adjustment applications. Using two different LiDAR scenes with varying land cover, a comparative analysis was conducted between the point-to-plane method and the conventional point-to-point method. The performance of the point-to-plane method was assessed based on Root Mean Square Error (RMSE), transformation matrix accuracy, fitness, correspondence, and visual observation. The results show that the point-to-plane method consistently outperforms the point-to-point approach, by producing significantly lower RMSE values, more accurate transformation matrices, and higher fitness scores across all land cover types. This study validates that point-to-plane ICP is capable of providing more robust and accurate results for topographic data registration, and offers improvements to high-precision geospatial applications.