Muhammad Hendri Yanova
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Sharia Compliance with DSN-MUI Fatwa No.107/DSN-MUI/X/2016 Concerning Guidelines for Organizing Hospitals Based on Sharia Principles (Case Study at RSUD Brigjend H Hasan Basry Kandangan and Sultan Agung Islamic Hospital Banjarbaru) Novia Indriani; Parman Komarudin; Umi Hani; Muhammad Hendri Yanova
NUKHBATUL 'ULUM: Jurnal Bidang Kajian Islam Vol 10 No 1 (2024): NUKHBATUL 'ULUM: Jurnal Bidang Kajian Islam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36701/nukhbah.v10i1.1104

Abstract

South Kalimantan has two hospitals based on sharia principles, namely RSUD Kandangan and Sultan Agung Islamic Hospital Banjarbaru which DSN-MUI has also recognized with a sharia certificate. The background of this research analyzes Sharia Compliance with DSN-MUI Fatwa No.107/DSN-MUI/X/2016 concerning Guidelines for the Implementation of Hospitals Based on Sharia Principles with the focus of Case Studies at RSUD Kandangan and Sultan Agung Islamic Hospital Banjarbaru. This study aims to examine the practice of organizing hospitals based on Sharia principles at RSUD Kandangan and Sultan Agung Banjarbaru Islamic Hospital. The suitability of hospital organization practices based on sharia principles at RSUD Kandangan and Sultan Agung Banjarbaru Islamic Hospital with DSN-MUI Fatwa No.107/DSN-MUI/X/2016. This research methodology uses descriptive qualitative research, with data sources derived from observation, interviews, and documentation. The research objects in this study are RSUD Kandangan and Sultan Agung Islamic Hospital Banjarbaru. The results of the study indicate that the practice of organizing hospitals based on Sharia principles in the two hospitals has been fully implemented even though it is still less than optimal in terms of ikhtilat and providing Islamic educational materials. The suitability of the practice of organizing hospitals based on Sharia principles at RSUD Kandangan and Sultan Agung Islamic Hospital Banjarbaru with DSN-MUI Fatwa No.107/DSN-MUI/X/2016 has also been in accordance as a whole so that the sharia certificate given by DSN-MUI is indeed appropriate to be given to the two hospitals.
Fatwa Dsn-Mui No. 77/DSN-MUI/V/2010 on the Sale and Purchase of Gold in Cash in the View of Sharia Economists in South Kalimantan Nor Aprilia; Parman Komarudin; Rahmatul Huda; Muhammad Hendri Yanova
Al-Iqtishadiyah: Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah Vol 9, No 2 (2023): Jurnal al-Iqtishadiyah
Publisher : Fakultas Studi Islam Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/iqt.v9i2.14258

Abstract

Penelitian ini didasari oleh permasalahan perbedaan pendapat oleh kalangan ulama kontemporer hingga pakar ekonomi syariah terkait hukum transaksi jual beli emas secara tidak tunai di masyarakat, termasuk putusan fatwa DSN MUI yang mana bertentangan dengan pendapat mayoritas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan, pertama DSN MUI dalam menetapkan Fatwa No. 77/DSN-MUI/V/2010 menggunakan konsep ‘urf, dan maslahah mursalah, berdasarkan telah hilangnya kebiasaan masyarakat dalam menjadikan emas sebagai uang resmi, serta bahwa transaksi ini mengandung maslahat untuk mempermudah masyarakat dalam hal kepemilikan emas. Kedua, dari pandangan ekonom syariah terkait hukum transaksi jual beli emas secara tidak tunai dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) mutlak boleh, berdasarkan Fatwa DSN MUI, 2) boleh dengan syarat, dibagi dua: a) boleh tidak tunai dari segi pembayaran dan penyerahan barang dengan syarat emas diketahui jelas 4 kriteria, b) boleh tidak tunai dari segi penyerahan saja dengan syarat dapat diserah terimakan secara langsung atau diwakilkan, dan 3) mutlak haram, berdasarkan jelas dan tegasnya hadits yang melarang.