Tri Wahyuni Sukesi
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Tren Kasus Demam Berdarah di Puskesmas Sepaso Kecamatan Bengalon Tahun 2012-2022: Trend of Dengue Fever Cases at Sepaso Health Center Bengalon District 2012-2022 Jumaiah Jumaiah; Solikhah Solikhah; Tri Wahyuni Sukesi
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 6 No. 12: DESEMBER 2023 - Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/mppki.v6i12.4204

Abstract

Latar belakang: Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual, dan ruam kemerahan pada kelopak mata, kulit (perdarahan), mimisan dan gusi berdarah. Kasus demam berdarah terjadi setiap tahun di Puskesmas Sepaso Kecamatan Bengalon dengan jumlah 373 kasus pada tahun 2012 hingga 2022. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend penyakit demam berdarah di Puskesmas Sepaso Kecamatan Bengalon dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2022. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dengan menggunakan data sekunder kemudian dianalisis menggunakan Microsoft Excel untuk menggambarkan tren penyakit DBD. Hasil: Data ditampilkan secara grafik.Tahun 2012 sebanyak 51 kasus, tahun 2013 sebanyak 30 kasus, tahun 2014 sebanyak 14 kasus, tahun 2015 sebanyak 30 kasus, tahun 2016 sebanyak 82 kasus, tahun 2017 sebanyak 2 kasus, tahun 2018 sebanyak 6 kasus, tahun Tahun 2019 sebanyak 62 kasus, tahun 2020 sebanyak 33 kasus, tahun 2021 sebanyak 8 kasus, dan tahun 2022 sebanyak 55 kasus.Tren penyakit DBD di wilayah Puskesmas Sepaso Kecamatan Bengalon pada tahun 2012-2022 cenderung meningkat dan menurun, tertinggi pada tahun 2016 sebanyak 83 kasus, terendah pada tahun 2017 sebanyak 2 kasus. Kesimpulan: Penelitian menyimpulkan bahwa tren kasus DBD di Puskesmas Sepaso Kecamatan Bengalon dari tahun 2012 hingga tahun 2022 tidak stabil (berfluktuasi) baik dari jumlah kasus maupun insiden rate per 100.000 penduduk. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dan sumber daya yang tersedia, sehingga demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan serius yang memerlukan perhatian yang cukup bagi masyarakat. Masih diperlukan model pencegahan dan pengendalian penyakit yang lebih optimal, terutama keterlibatan atau partisipasi masyarakatdalam pencegahan demam berdarah di Puskesmas Sepaso, di Kecamatan Bengalon