Esti Rachmawati Sadiyah
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Potensi Antijerawat Tujuh Jenis Tumbuhan yang Ada di Suku Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, Indonesia Mila Apriyani; Esti Rachmawati Sadiyah; Vinda Maharani Patricia
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15032

Abstract

Abstract. The Baduy tribe utilizes a variety of local plants for traditional medicine, including seven species used to treat acne, namely Jamaica cherry, bilimbi, gotu kola, purple nutsedge, Red ginger, Bengal ginger, and tamarind. The purpose of this study was to examine the parts of the plant that are used as anti-acne, examine what groups of compounds contained in plants that have anti-acne activity, and examine the mechanism of action as anti-acne. The method used in this research was Systematic Literature Review (SLR) method. Journal articles used in this study were collected from PubMed, Google Scholar, Wiley and Sciencedirect databases. The result showed that the plant parts that are utilized as anti-acne by the Baduy community include roots, fruits, leaves, and rhizomes. The compound groups identified in tamarind, kersen and teki grass were flavonoids, bangle and red galangal was terpenoids, belimbing wuluh was phenolics, and gotu kola was triterpenoids. The mechanism of action was protein denaturation, affect the integrity of peptidoglycan in the cell wall and disrupt plasma membrane permeability. The seven plants showed good potency as antiacne against acne-causing bacteria such as Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis. Abstrak. Suku Baduy memanfaatkan beragam tanaman lokal untuk pengobatan tradisional, termasuk tujuh spesies yang digunakan untuk mengobati jerawat yaitu kersen, belimbing wuluh, pegagan, rumput teki, lengkuas merah, bangle, dan asam jawa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji bagian tanaman yang dijadikan sebagai antijerawat, mengkaji golongan senyawa apa saja yang terdapat pada tanaman yang memiliki aktivitas antijerawat, dan mengkaji mekanisme kerjanya sebagai antijerawat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Systematic Literatur Review (SLR). Artikel jurnal yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari database PubMed, Google Scholar, wiley dan Sciencedirect. Hasil menunjukkan bahwa bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai antijerawat oleh masyarakat Suku Baduy antara lain akar, buah, daun, dan rimpang. Golongan senyawa yang teridentifikasi pada asam jawa, kersen dan rumput teki yaitu flavonoid, bangle dan lengkuas merah yaitu terpenoid, belimbing wuluh yaitu fenolat, dan pegagan yaitu triterpenoid. Mekanisme kerjanya yaitu mendenaturasi protein, mempengaruhi integritas peptidoglikan pada dinding sel dan mengganggu permeabilitas membran plasma. Ketujuh tanaman tersebut menunjukkan potensi sebagai antijerawat yang cukup baik terhadap bakteri penyebab jerawat seperti Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis.
Pengujian Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol 96% dan Fraksi Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Siti Khoirunnisa; Esti Rachmawati Sadiyah; Kiki Mulkiya Yuliawati
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15061

Abstract

Abstract. Staphylococcus aureus is a bacterium that causes infections characterized by tissue damage. Infections that occur range from mild infections to serious infections and even cause death. Horse whip leaves (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) are known to have potential as antibacterials that are often used empirically. The study aims to test the antibacterial activity of extracts and fractions of horse whip leaves (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) against Staphylococcus aureus bacteria, determine its KHM value, and to analyze the content of compounds in extracts and fractions. The method of determining specific and nonspecific parameters, extraction by maceration method using 96% ethanol solvent, fractionation by Liquid-Liquid Extract method using solvents with increasing polarity, phytochemical screening, and testing antibacterial activity using agar diffusion method with wells. The ethanol extract of horse whip leaves has stronger antibacterial activity than the fraction based on the inhibition diameter obtained at concentrations of 30%, 35%, and 40%. The KHM value of ethanol extract is 15%. It can be concluded that the ethanol extract has stronger antibacterial activity with a KHM value of 15%, presumably related to the content of flavonoids, tannins, saponins, and steroid compounds that are antibacterial in the extract. Abstrak. Staphylococcus aureus adalah bakteri penyebab infeksi yang ditandai dengan adanya kerusakan jaringan. Infeksi yang terjadi mulai dari infeksi ringan sampai infeksi yang serius bahkan hingga menyebabkan kematian. Daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) diketahui memiliki potensi sebagai antibakteri yang seringkali dimanfaatkan secara empiris. Penelitian bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri dari ekstrak dan fraksi daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) terhadap bakteri Staphylococcus aureus, menentukan nilai KHM-nya, dan untuk menganalisis kandungan senyawa dalam ekstrak dan fraksi. Metode penetapan parameter spesifik dan nonspesik, ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, fraksinasi dengan metode Ekstrak Cair-Cair menggunakan pelarut dengan kepolaran yang semakin meningkat, penapisan fitokimia, dan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar dengan cara sumuran. Ekstrak etanol daun pecut kuda memiliki aktivitas antibakteri lebih kuat dari fraksi berdasarkan diameter hambat yang diperoleh pada konsentrasi 30%, 35%, dan 40%. Nilai KHM ekstrak etanol yaitu 15%. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antibakteri lebih kuat dengan nilai KHM sebesar 15%, diduga berkaitan dengan kandungan senyawa flavonoid, tanin, saponin, dan steroid yang bersifat sebagai antibakteri di dalam ekstrak.