Tinni T. Maskoen
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Tatalaksana Pasien Syok Sepsis dengan Peritonitis Diffusa ec. Abses Hepar Post Laparatomi Eksplorasi Faisal Rachman; Tinni T. Maskoen
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n1.3491

Abstract

Abses hepar didefinisikan sebagai benjolan yang berisi pus pada hepar yang dapat berkembang dari cedera pada hepar atau infeksi intra-abdominal yang menyebar dari sirkulasi portal. Tingkat kejadian tahunan abses hepar adalah sekitar 2,3 kasus per 100.000 orang. Abses hepar dapat pecah yang menyebar sehingga menyebabkan peritonitis dan syok. Komplikasi penularan ke organ lain termasuk endoftalmitis atau emboli septik sistem saraf pusat yang berakibat fatal pada pasien yang dapat menyebabkan kematian. Laporan kasus ini menjelaskan pasien laki-laki 18 tahun dengan syok sepsis dan abses hepar. Prinsip tata laksana pasien abses hepar adalah insisi dan debridement. Pada kasus ini pasien sudah mengalami syok septik tata laksananya meliputi resusitasi cairan, optimalisasi penggunaan vasopresor-inotropik, pengendalian sumber infeksi (source control), dan pemberian antibiotik intravena dini, sebaiknya dalam waktu satu jam setelah diagnosis sepsis dan syok septik ditegakkan. Selain itu, perawatan pasien kritis di ICU juga merupakan tantangan tersendiri terutama pasien dengan syok septik. Manajemen cairan, nutrisi, serta pemberian analgesia dan sedasi sesuai dengan kebutuhan. Penatalaksanaan tepat pasien dengan syok sepsis karena abses hepar, luaran pasien yang baik dengan length of stay (LOS) yang singkat di ruangan ICU merupakan target dokter anestesi dan intensivis. Penatalaksanaan yang tepat akan memberikan prognosis pasien yang lebih baik; pada kasus ini pasien ditatalaksana dengan baik sehingga pasien mendapatkan perbaikan keadaan umum dan kesadaran pasien kompos mentis setelah diterapi.
Hubungan Platelet Lymphocyte Ratio (PLR) dengan Status Mortalitas H-28 pada Pasien Sepsis Associated Acute Kidney Injury Franz Josef Tarigan; Tinni T. Maskoen; Dhany Budipratama
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n1.3626

Abstract

Inflamasi merupakan proses yang berperan penting dalam perkembangan Sepsis-associated acute kidney injury (S-AKI). Rasio platelet-limfosit (PLR) merupakan penanda inflamasi baru yang mulai sering digunakan untuk memperkirakan mortalitas. Pada fase inflamasi terjadi peningkatan produksi platelet akibat cedera endotel disertai dengan peningkatan rekrutmen limfosit ke ginjal sehingga dapat tergambar pada nilai PLR. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan PLR dengan mortalitas pada pasien S-AKI di ICU RSUP Dr. Hasan Sadikin. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah case-control secara retrospektif dengan menggunakan rekam medis 136 pasien S-AKI di ICU RSUP Dr. Hasan Sadikin pada tahun 2021–2022 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan dibagi menjadi kelompok bertahan hidup 68 orang dan kelompok mortal 68 orang. Penelitian dilakukan mulai dari Maret 2022 sampai Februari 2023. Pengambilan sampel dilakukan secara vkonsekutif, kemudian dilakukan analisis statistik chi-square untuk melihat hubungan nilai PLR dengan status mortalitas h-28. Didapatkan rasio odd pada PLR sebesar 165 dan nilai cut-off PLR penelitian ini adalah 120. Terdapat hubungan antara nilai PLR dan mortalitas h-28 pada pasien S-AKI. Pasien dengan nilai PLR≥120 memiliki risiko mortalitas h-28 lebih tinggi. Peningkatan nilai rasio platelet dan limfosit pada pasien cedera ginjal akut akibat sepsis yang mortal terjadi karena peningkatan penggunaan leukosit ke ginjal dan peningkatan produksi platelet akibat inflamasi yang berat.