Bunga Surawijaya Ningsih
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pola Komunikasi Dinas Sosial Dalam Pembinaan Pengemis Di Kabupaten Jember Bunga Surawijaya Ningsih
Jisab Vol 1 No 1 (2021): The Journal of Islamic Communication and Broadcasting
Publisher : Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, IAI Al-Qodiri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.165 KB) | DOI: 10.53515/jisab.v1i1.2

Abstract

Kemiskinan merupakan hal negatif dari segala perspektif pandang kehidupan sosial masyarakat. Agama mengajarkan bahwa kemiskinan itu sangat dekat dengan kekufuran. Sementara dalam kehidupan sosial masyarakat, kemiskinan itu sangat dekat dengan kebodohan dan ketidak patuhan dalam segala hal. Kemiskinan dapat dilihat sebagai sebuah fenomena sosial yang kompleks, sebagai akibat dari ketidakmampuan diri maupun kelompok masyarakat tertentu untuk memperjuangkan kepentingan- kepentingan di tengah-tengah komunitas sosialnya. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pola komunikasi Dinas Sosial dalam pembinaan pengemis di Kabupaten Jember?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pola komunikasi Dinas Sosial dalam pembinaan pengemis di Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi secara langsung, wawancara dan dokumentasi. Dan data dianalisis secara kualitatif yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi, serta keabsahan data dengan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini mengungkapkan pola komunikasi Dinas Sosial dalam Pembinaan Pengemis di Kabupaten Jember ialah efektif. Karena dalam proses pembinaan, Dinas Sosial yang dibantu oleh lembaga lain memberikan materi dan praktek yang praktis. Pemberian materi kepada pengemis, ditujukan agar pengemis menjadi orang yang mandiri secara ekonomi. Dan dibuktikan dengan setelah pengemis membuka usaha sendiri, pengemis juga bisa mengelolah modal yang diberikan oleh Dinas Sosial. Serta banyaknya jumlah pengemis yang telah membina tetap menjalankan usaha .yang diberikan oleh Dinas Sosial dan tidak melakukan kembali pekerjaan sebagai pengemis. Key Words: Pola Komunikasi, Pembinaan, Pengemis
REPRESENTASI BUDAYA JAWA DALAM FILM HATI SUHITA (Analisis Semiotika John Fiske dan Thomas Wiyasa Bratawijaya) Kartika Bina Kaish; Bunga Surawijaya Ningsih; Muhammad Hidayatullah
JDARISCOMB: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 4 No. 2 (2024): Juli 2024
Publisher : Institut Agama Islam Darussalam Blokagung Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30739/jdariscomb.v4i2.3543

Abstract

The communication process cannot be separated from human life. Communication has a specific purpose. According to Berelson and Steiner, communication is a quality process. What is conveyed in the communication process can be informational messages, ideas, emotions, and so on. Meanwhile, what is conveyed by signs, signs can be images, words, numbers, and so on. One of the complex media in information symbols is film. The aim of this research is to find out, explain and analyze Javanese culture in the film Hati Suhita by Khilma Anis using the semiotic approach of John Fiske and Thomas Wiyasa Bratawijaya. This is a type of qualitative descriptive research which is analyzed using John Fiske's semiotic analysis and using the characteristics of Thomas Wiyasa Bratawijaya's Javanese culture to find a picture of Javanese culture in the film Hati Suhita. As a result, Javanese culture is defined as a culture that believes in God, respects each other, cares for each other, teaches us to be careful in speaking, advise, consider when making decisions and forgive each other. The television code that is often found and produces a picture of Javanese culture is the level of reality. Where at this level it helps researchers to see how the appearance, costumes, dialogue and behavior are presented in the film. When pointing the camera and lighting it is directed and visible clearly.