sultani, hikmawati
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

'Illat al-Hadis: Konsep hingga Keurgensiannya dalam Kritik Hadis sultani, hikmawati; Hariadi; Hasbullah, Hasbullah
PAPPASANG Vol. 6 No. 1 (2024): Jurnal Pappasang
Publisher : STAIN Majene

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46870/jiat.v6i1.884

Abstract

Ilmu‘illat al-h}adi>s\ merupakan ilmu yang memiliki tingkat kesulitan tertinggi dan terumit dalam‘ulu>m al-h}adi>s\. Bahkan dikatakan perlu ilham untuk menemukan ‘illat yang terjadi dalam tubuh sebuah hadis. Perlu pengetahuan holistik dan komprehensif seputar sanad dan matan untuk menelusuri rekam jejak kecacatan tersamar atau tersembunyi pada sebuah hadis. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi tentang konsep ilmu ‘illat al-h}adi>s\ seputar pengertian, ruang lingkup, kedudukan serta urgensinya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau library research dengan jenis pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif-analitik untuk memberikan gambaran tentang ilmu ‘illat al-h}adi>s\. Kemudian menganalisanya berdasarkan data-data dari hasil penelitian dan beberapa literatur yang relevan, guna mendapatkan hasil penelitian yang akurat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ilmu ‘illat al-h}adi>s\ ialah hadis yang tampak dari luar sahih, tetapi setelah diverifikasi ditemukan kecacatan tersembunyi yang dapat mencederai kevaliditasan hadis tersebut. Ruang lingkup ‘illat hadis ini terbagi ke dalam tiga bagian, yakni sanad, matan, dan sanad matan sekaligus. Ilmu ini memiliki kedudukan yang tinggi dalam 'ulūm al-h}adi>s\. Ulama hadis menganggap penting ilmu ini dikarenakan berkaitan erat dengan kesahihan hadis. Melalui ilmu ‘illat hadis ini dapat diketahui kecacatan tersembunyi dari suatu hadis dan mengetahui tingkat kerusakan kualitas sanad/matannya.
Tafsir Al-Qur’an dan Kekuasaan: Membaca Pandangan Bakri Syahid Tentang Nasionalisme Dalam Tafsir Al-Huda Maulidiyah, Izatul Muhidah; Sultani, Hikmawati
Al-Qudwah Vol 2, No 1 (2024): June
Publisher : UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/alqudwah.v2i1.29202

Abstract

This study aims to examine how Bakri Syahid’s Tafsir Al-Huda constructs notions of nationalism and legitimizes political authority through its interpretation of Q. al-Tawbah [9]:122 and its interrelation with Q. al-Nisāʾ [4]:59, situated within the socio-political context of Indonesia’s New Order and Javanese cultural milieu. Employing a qualitative, descriptive-analytical methodology, the research integrates content analysis with a sociology of exegesis. The primary object of analysis is the Tafsir Al-Huda text itself, while the formal object concerns the construction of religious nationalism. Primary data are obtained through close textual reading, complemented by secondary sources encompassing studies on Indonesian exegesis, the intersection of religion and politics, and relevant cultural materials. The analytical process involves data reduction, thematic categorization, and historical-contextual interpretation. The findings reveal three principal insights. First, the interpretation of jihad in Q. 9:122 is reoriented toward an ethos of civic engagement and development, metaphorically likened to state “departments,” thereby positioning the exegesis as a form of policy discourse. Second, the concept of “ulū al-amr” in Q. 4:59 is construed as faithful leadership that ensures welfare defined as a just and prosperous social order and commands obedience insofar as it serves the public interest, drawing upon modern exegetical sources and Javanese ethical traditions for legitimation. Third, the diverse range of sources including tafsir, fiqh, social sciences, and cultural texts constitutes an intertextual framework that reinforces the alignment of religion and state under the New Order regime. This study concludes that Tafsir Al-Huda functions as an ideological exegesis that interweaves religion, culture, and statecraft, illustrating how exegesis serves as a medium for shaping religious nationalism. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Tafsir Al-Huda karya Bakri Syahid membingkai nasionalisme dan legitimasi kekuasaan melalui penafsiran Q.S. At-Taubah [9]:122 serta keterkaitannya dengan Q.S. An-Nisa’ [4]:59, dalam konteks Orde Baru dan budaya Jawa. Metode yang digunakan bersifat kualitatif deskriptif-analitis dengan analisis isi dan sosiologi tafsir; objek materialnya ialah kitab Tafsir Al-Huda, sedangkan objek formalnya konstruksi nasionalisme religius. Data primer berasal dari telaah naskah, dan data sekunder meliputi kajian tafsir Indonesia, politik agama, serta sumber budaya; analisis dilakukan melalui reduksi, kategorisasi tema, dan interpretasi historis-kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan tiga temuan utama. Pertama, penafsiran jihad pada Q.S. At-Taubah [9]:122 digeser menjadi etos partisipasi kewargaan dan pembangunan, dengan analogi departemen-departemen negara, sehingga tafsir berfungsi sebagai wacana kebijakan. Kedua, konsep ulū al-amr pada Q.S. An-Nisa’ [4]:59 diartikulasikan sebagai kepemimpinan beriman yang menyejahterakan (adil-makmur) dan menuntut kepatuhan selama berbasis kemaslahatan, seraya menyerap rujukan tafsir modern dan warisan Jawa sebagai legitimasi etis. Ketiga, ragam sumber rujukan tafsir, fikih, ilmu sosial, dan naskah budaya membentuk bangunan interteks yang meneguhkan sinkronisasi agama-negara pada masa Orde Baru. Penelitian ini menegaskan bahwa Tafsir Al-Huda bekerja sebagai tafsir ideologis yang merajut agama, budaya, dan negara, sekaligus memperlihatkan bagaimana tafsir menjadi medium pembentukan nasionalisme religius. 
Anxiety in Hadith Perspective: A Study of Ihya’ Al-Sunnah Management Sultani, Hikmawati; Ahmad, Arifuddin; Yahya, Muhammad
An-Nida' Vol 47, No 1 (2023): June
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v47i1.26154

Abstract

The Nabi has paid great attention to the psychological state of his people and one of them is anxiety. Anxiety is a normal condition but if it occurs intensely and is not handled, it will have implications for a person's psychological and social life. Humans are fragile and weak creatures, so the apostle shared how to overcome anxiety through spiritual psychotherapy in the form of prayer. The purpose of the study is to explore the meaning of the hadith about anxiety. The type of research used is qualitative using the maudu'iy method. This research is based on the management of ihya' al-hadis which is based on the steps; a) input of hadith data c) output; and d) outcome. This study concludes that the textual interpretation of anxiety is interpreted as al-hamm which means anxiety, worry, unrest, and restlessness which always goes hand in hand with the word al-hazn (sadness). As for the intertextual hadith, anxiety is a feeling of being hit by worry, anxiety, and anxiety manifested from various mixed emotional processes that occur when a person is depressed and experiencing conflict or something that is not right. The contextual meaning; prayer for protection from Allah can be done in everyday life or when struck by anxiety. The output of this hadith is seen from the substantive (maqasid al-hadis) can be hajiyyah and even daruriyyah which is formally (al-sunnah al-nabawiyyah) in the form of qawliyyah. The outcome of this hadith is syumuliyyah and mahalliyah which can be applied by each person proportionally and even optimally. Abstrak: Rasulullah Saw., telah menaruh perhatian yang besar terhadap keadaan psikologis umatnya and salah satunya adalah anxiety atau kecemasan. Anxiety merupakan keadaan yang normal namun jika terjadi secara intens and tidak tertangani maka akan berimplikasi pada psikis seseorang and kehidupan sosialnya. Manusia adalah makhluk yang rentan rapuh and lemah, maka rasul sharing cara mengatasi anxiety melalui psikoterapi spiritual berupa doa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali kandungan makna hadis tentang anxiety. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan metode maudu’iy (tematik). Penelitian ini didasarkan pada cara kerja manajemen ihya’ al-hadis yang berdasarkan pada langkah; a) input data hadis; b) proses interpretasi; c) output; and d) outcome. Penelitian ini berkesimpulan bahwa interpretasi secara tekstual anxiety dimaknai al-hamm yang beriringan dengan kata al-hazn (kesedihan). Secara intertekstual hadis anxiety merupakan perasaan dilanda kekhawatiran, kegelisahan, and kecemasan yang termanifestasikan dari berbagai proses emosi yang bercampur baur yang terjadi ketika seseorang seandg tertekan and alami pertentangan atau sesuatu yang tidak disenangi. Sedangkan makna kontekstual; doa permohonan perlindungan pada Allah dapat dilakukan dalam keseharian atau pada saat dilanda anxiety. Output hadis ini dilihat dari subtantif (maqasid al-hadis) dapat bersifat hajiyyah bahkan daruriyyah yang secara formatif (al-sunnah al-nabawiyyah) berbentuk qawliyyah. Outcome hadis ini bersifat syumuliyyah and mahalliyah yang dapat diterapkan oleh setiap personal secara proposional bahkan optimal.
the TRADISI MONGUBINGO DI DESA HUNGAYONAA KEC. TILAMUTA KAB. BOALEMO: (KAJIAN LIVING HADIS) Sultani, Hikmawati; panigoro, muhammad Rifian; Agustina Saliko, Risvan
Farabi Vol 18 No 2 (2021): Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/jf.v18i2.2773

Abstract

One phenomena of living hadith in Gorontalo was Mongubingo tradition in Hungayonaa Village, Tilamuta District, and Boalemo Regency. The aim of the study was to explore the living hadith in Hungayonaa Village community. The method used was descriptive-analytic by using a philosophical historical approach. Method of collecting data used observation and interviews. The results indicated that Mongubingo tradition is believed to be teaching of the prophet which has been passed down from heritage to this day. People got that the order to carry out female circumcision is an obligation as an implication of obedience to customs based on Kitabullah and hadith. But their knowledge is only limited to the meaning on substance of the hadith and had no idea the existence of the hadith text which is used as a reference in religion. As for the ritual practice of Mongubingo or circumcision, it is adapted to the context of Gorontalo community, especially in the Hungayonaa Village, as a result of acculturation between tradition and Islam.