Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS STRUKTURAL FUNGSIONALISME TERHADAP TINGGINYA ANGKA PERNIKAHAN DINI DI DESA WRINGINANOM KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG Nisa', Saskia Choirun; Zuchrufi, Sherlyna Elsania; Jousi, Mohammad; Rifqi, Muhammad Jazil
Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah: Jurnal Hukum Keluarga dan Peradilan Islam Vol 5, No 1 (2024): Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah: Jurnal Hukum Keluarga dan Peradilan Islam
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v5i1.31425

Abstract

AbstractIn Indonesia, the rate or early marriage is very high. This is caused by several things, one of which is the culture of young marriage in certain social circles. The aim of this research is to describe what is behind the high rate of child marriage by analyzing it using the AGIL concept (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency) from Talcott's functionalist structural theory. Parsons stated that culture is the basic unit of action because culture has norms and values. To achieve them, people must follow the goals of the culture itself. The research used is field research, where data is obtained directly from the results of field research or at the research site. The results of this research show that 1). Early marriage is carried out by couples "before the age of 19 years". 2) Structural functionalism in early marriage; Adaptation; the process of adjusting actors to the social system in society. Goal Attainment; This is in order to legalize marriage laws and improve family dignity for the better. Integration; incongruence in the function of the social system and institutional structure in the KUA. Latency; Society must maintain traditional patterns as best as possible, such as respect and obedience to the dignity of family and other people.Keywords: Culture; Young Marriage; Resilience; Family.AbstrakDi Indonesia angka pernikahan dini sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya budaya pernikahan muda dikalangan sosial tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa yang melatar belakangi tingginya angka perkawinan anak dengan dianalisis menggunakan konsep AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency) dari teori struktural fungsionalisme Talcott Parsons yang menyatakan bahwa budaya adalah unit dasar tindakan karena di dalam kebudayaan mempunyai norma dan nilai untuk mencapainya, orang harus mengikuti tujuan kebudayaan itu sendiri. Penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian lapangan), dimana data diperoleh langsung dari hasil penelitian lapangan atau di tempat penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1). Perkawinan dini dilaksanakan oleh pasangan “sebelum usia 19 tahun”. 2) Fungsionalisme struktural dalam pernikahan dini; Adaptation; proses dimana aktor-aktor dalam masyarakat beradaptasi dengan sistem sosial. Goal Attainment; tujuannya adalah untuk melegalkan hukum perkawinan dan meningkatkan harkat dan martabat keluarga. Integration; ketidaksesuaian antara berfungsinya sistem sosial dengan struktur kelembagaan KUA. Latency; Masyarakat sedapat mungkin menjaga pola-pola tradisional, seperti penghormatan dan ketaatan terhadap harkat dan martabat keluarga dan orang lain.Kata Kunci: Budaya; Nikah Muda; Ketahanan; Keluarga.
ANALISIS STRUKTURAL FUNGSIONALISME TERHADAP TINGGINYA ANGKA PERNIKAHAN DINI DI DESA WRINGINANOM KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG Nisa', Saskia Choirun; Zuchrufi, Sherlyna Elsania; Jousi, Mohammad; Rifqi, Muhammad Jazil
Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah: Jurnal Hukum Keluarga dan Peradilan Islam Vol. 5 No. 1 (2024): Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah: Jurnal Hukum Keluarga dan Peradilan Islam
Publisher : Family Law Study Program, Faculty of Sharia and Law, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v5i1.31425

Abstract

AbstractIn Indonesia, the rate or early marriage is very high. This is caused by several things, one of which is the culture of young marriage in certain social circles. The aim of this research is to describe what is behind the high rate of child marriage by analyzing it using the AGIL concept (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency) from Talcott's functionalist structural theory. Parsons stated that culture is the basic unit of action because culture has norms and values. To achieve them, people must follow the goals of the culture itself. The research used is field research, where data is obtained directly from the results of field research or at the research site. The results of this research show that 1). Early marriage is carried out by couples "before the age of 19 years". 2) Structural functionalism in early marriage; Adaptation; the process of adjusting actors to the social system in society. Goal Attainment; This is in order to legalize marriage laws and improve family dignity for the better. Integration; incongruence in the function of the social system and institutional structure in the KUA. Latency; Society must maintain traditional patterns as best as possible, such as respect and obedience to the dignity of family and other people.Keywords: Culture; Young Marriage; Resilience; Family.AbstrakDi Indonesia angka pernikahan dini sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya budaya pernikahan muda dikalangan sosial tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa yang melatar belakangi tingginya angka perkawinan anak dengan dianalisis menggunakan konsep AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency) dari teori struktural fungsionalisme Talcott Parsons yang menyatakan bahwa budaya adalah unit dasar tindakan karena di dalam kebudayaan mempunyai norma dan nilai untuk mencapainya, orang harus mengikuti tujuan kebudayaan itu sendiri. Penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian lapangan), dimana data diperoleh langsung dari hasil penelitian lapangan atau di tempat penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1). Perkawinan dini dilaksanakan oleh pasangan “sebelum usia 19 tahun”. 2) Fungsionalisme struktural dalam pernikahan dini; Adaptation; proses dimana aktor-aktor dalam masyarakat beradaptasi dengan sistem sosial. Goal Attainment; tujuannya adalah untuk melegalkan hukum perkawinan dan meningkatkan harkat dan martabat keluarga. Integration; ketidaksesuaian antara berfungsinya sistem sosial dengan struktur kelembagaan KUA. Latency; Masyarakat sedapat mungkin menjaga pola-pola tradisional, seperti penghormatan dan ketaatan terhadap harkat dan martabat keluarga dan orang lain.Kata Kunci: Budaya; Nikah Muda; Ketahanan; Keluarga.
Implementasi kurikulum merdeka pada pendidikan anak usia dini (studi kasus Pos Paud Terpadu Melati kecamatan Bulak) Emeraldien, Fikry Zahria; Sayidina, Indira Mourin; Setiawan, Rafly Rizky; Rahmawati, Ira Risma; Assholikhah, Mardiatus Tsani; Jousi, Mohammad
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 3 (2024): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i3.25940

Abstract

Abstrak Penelitian ini mengkaji implementasi Kurikulum Merdeka di Pos PAUD Terpadu Melati, Kecamatan Bulak. Kurikulum Merdeka memungkinkan guru untuk merancang metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas dan karakteristik siswa, dengan penekanan pada pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL). Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas penerapan Kurikulum Merdeka dalam meningkatkan perkembangan kognitif, motorik, dan sosial anak-anak di PAUD. Metode penelitian yang digunakan meliputi observasi dan wawancara dengan para pengajar PAUD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Kurikulum Merdeka di PPT PAUD Melati memberikan dampak positif terhadap perkembangan anak-anak, membuat mereka lebih aktif, kreatif, dan tertarik dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan ini, dilakukan praktek edukasi yang nyaman dan menyenangkan melalui berbagai metode seperti bernyanyi, senam pagi, dan permainan edukatif bertemakan nutrisi seimbang. Kegiatan ini melibatkan murid PAUD dan pengajar/bunda PAUD Melati. Hasil menunjukkan bahwa metode ini efektif dalam meningkatkan pemahaman anak-anak tentang asupan gizi seimbang serta kemampuan motorik mereka. Meskipun demikian, beberapa guru masih merasa bingung dengan konsep Kurikulum Merdeka karena kurangnya sosialisasi. Penelitian ini menyarankan adanya pelatihan dan pendampingan lebih lanjut untuk para pengajar PAUD Melati guna mengoptimalkan penerapan Kurikulum Merdeka di PAUD. Kata kunci: kurikulum merdeka; pendidikan anak usia dini; nutrisi seimbang Abstract This study examines the implementation of the Merdeka Curriculum at Pos PAUD Terpadu Melati, Kecamatan Bulak. The Merdeka Curriculum provides teachers with the freedom to design teaching methods that align with classroom conditions and children's characteristics, focusing on a Project-Based Learning (PjBL) approach. This research aims to evaluate the effectiveness of the Merdeka Curriculum in enhancing the cognitive, motor, and social development of children in PAUD. The research methods include observations and interviews with PAUD educators. The results indicate that the implementation of the Merdeka Curriculum at PPT PAUD Melati positively impacts children's development, making them more active, creative, and engaged in learning activities. Educational practices in this initiative are conducted comfortably and enjoyably through various methods such as singing, morning exercises, and educational games themed around balanced nutrition. These activities involve PAUD students and educators/bunda PAUD Melati. The findings show that these methods are effective in improving children's understanding of balanced nutrition intake and their motor skills. However, some teachers still find the concept of the Merdeka Curriculum confusing due to a lack of socialization. This study suggests further training and mentoring for PAUD Melati educators to optimize the implementation of the Merdeka Curriculum in PAUD. Keywords: independent curriculum; early childhood education; balanced nutrition