Sobihatun Nur Abdul Salam
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Media Jihad: Interpretation of Palestinian Resistance Through Semiotic Studies Sa’idul Arfan; Fahrurrozi; Nikmatillah; Sobihatun Nur Abdul Salam
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa Vol. 10 No. 2 (2024)
Publisher : Program Studi Magister Ilmu Linguistik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55637/jr.10.2.10154.603-618

Abstract

This study discusses the concept of “Media Jihad” and its role in interpreting the resistance of the Palestinian people. By examining various forms of media, such as social media posts, news articles, and visual images, this research aims to reveal the forms of Palestinian resistance through semiotic analysis. Through the lens of semiotics, the study explores how media representations shape public perceptions and contribute to the narrative of the Palestinian struggle. This research employs a qualitative descriptive method. The data collected includes sentences, images, hashtags, and symbols from social media posts, news articles, and visual images. The data collection method used is non-participatory observation, where the researcher observes and records sentences, images, hashtags, and symbols in these various media and then correlates them with their context based on semiotic theory. Additionally, the researcher conducts interviews with community leaders and experts in interpretation to gain deeper perspectives. After collecting the data, the researcher processes it through reduction, classification, verification, and tabulation based on its type, then performs interpretation and concludes the findings. The research results show that the resistance of the Palestinian people manifests in the following forms, namely 1) expressions of condemnation of Israel; 2) visual images such as pamphlets, flags, cartoons, and documentary films; 3) supportive, struggle, and condemnation hashtags; and 4) symbols like watermelons, kufiya or smagh, and keys. This research contributes to a deeper understanding of the role of media in conflict zones and the importance of semiotics in interpreting resistance movements.
Pemahaman QS. al-Mumtahanah Ayat 8-9 dan Relevansinya dengan Hubungan antar Umat Beragama di Indonesia Abdul Khaliq; Khaliq, Abdul; Sobihatun Nur Abdul Salam; Muhammad Sai
Jurnal Semiotika Quran Vol 4 No 2 (2024): Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jsq.v4i2.23289

Abstract

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan masyarakat majemuk. Indonesia memiliki banyak sekali ras, suku, budaya, agama, dan lain-lain, sehingga toleransi diperlukan untuk menghindari konflik yang disebabkan oleh perbedaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman QS. al-Mumtahanah ayat 8-9 dan relevansinya dengan hubungan antar umat beragama di Indonesia. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan, serta teknik analisis data berupa deskriptif-analitis. Dengan demikian, hasil kesimpulan menunjukkan bahwa pemahaman QS. al-Mumtahanah ayat 8-9 memberikan kebebasan untuk memiliki pola pikir berbeda atau sikap yang berbeda. Ayat tersebut memperbolehkan untuk berteman dengan siapapun dalam tataran sosial yang bersikap baik, adil dan tidak memusuhi serta memerangi umat Islam. Oleh karena itu, pemahaman QS. al-Mumtahanah ayat 8-9 ini mengandung relevansi dengan hubungan antar umat beragama selama mereka tidak saling memerangi, memusuhi, atau mengusir umat Muslim (secara khusus) dari tempat tinggalnya. Hal ini karena saling menyayangi, saling menghormati serta menjaga hubungan baik dengan siapapun meskipun pemeluk agama lain sangat dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, pemahaman QS. al-Mumtahanah ayat 8-9 tersebut dapat dijadikan landasan untuk memperkuat moderasi beragama yang digaungkan pemerintah melalui Kementerian Agama Republik Indonesia.