Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Coping Strategies of Inmates in Dealing with Stigma as Sexual Harassment Perpetrators: A Case Study Angelia, Nunik; Andriany, Megah; Ediati, Annastasia
Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Vol 11 No 1 (2023): Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine and Health Science, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jdk.v11i1.189

Abstract

  WBP pelaku pelecehan seksual umumnya mendapatkan stigma dan diskriminasi, yaitu diperlakukan semena-mena, dikucilkan, dipukuli serta diberi label “monster”. Stigma dan diskriminasi yang diberikan berdampak pada psikologis dan sosial WBP. Untuk mengatasi masalah akibat perilaku stigma tersebut, WBP perlu strategi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk  mendeskripsikan strategi koping WBP laki-laki dalam menghadapi stigma sebagai pelaku pelecehan seksual di dalam Lapas Penelitian ini dilakukan di sebuah Lembaga Pemasyarakatan di Jawa Tengah dengan metode studi kasus. Sampel berjumlah lima WBP yang diambil secara purposive dengan kriteria yaitu WBP pelaku pelecehan seksual yang mengalami stigma berdasarkan kuesioner Perceived and Public Stigma, berusia minimal 18 tahun, tidak buta huruf, komunikatif, mampu menyampaikan pendapat dan bersedia menjadi partisipan. Instrumen yang digunakan adalah panduan wawancara terstruktur. Proses wawancara direkam menggunakan Digital Voice Recorder, kemudian dibuat transkrip dan dianalisis menggunakan metode Colaizi. Dari hasil analisis data disimpulkan adanya dua tema strategi koping WBP menghadap stigmatisasi yaitu mendiamkan orang yang mengejek untuk menghindari keributan dan melawan orang yang mengejek. Dengan demikian dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa strategi koping yang digunakan oleh WBP pelaku pelecehan seksual ketika mengalami stigmatisasi yaitu diam atau melawan. Diam merupakan koping yang maladaptif, namun menjadi koping yang paling aman selama WBP di LAPAS untuk menghindari pertengkaran antar WBP.
Hubungan antara kualitas tidur dengan kesejahteraan psikologis pada keluarga dengan lansia Saputri, Dea Sefi; Amelia, Vivi Leona; Riyaningrum, Wahyu; Angelia, Nunik
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 5 (2025): Volume 19 Nomor 5
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i5.556

Abstract

Background: The aging process in older adults results in physiological decline, increasing their dependence on family support. In addition to physiological decline, older adults often experience cognitive impairment, including dementia, a chronic or progressive syndrome that causes cognitive decline, affecting memory, thinking, orientation, comprehension, calculation, learning capacity, language, and judgment. One impact that families can experience when caring for older adults with a high care burden is a decline in the caregiver's sleep quality. Purpose: To determine the relationship between sleep quality and psychological well-being in families with older adults. Method: This quantitative study used a cross-sectional approach. The population was 19,934 families with older adults in Cilongok District. The sample size was calculated using the Slovin formula with a 5% margin of error (0.05), and a purposive sampling technique resulted in a sample of 392 respondents. The measurement instruments used were the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), the Ryff Psychological Well-Being Scale (RPWB), and the Mini-Mental State Examination (MMSE). Data were analyzed using the Spearman test. Results: Dementia data showed the mean age of elderly care recipients was 71.90 years with a standard deviation of ±6.91. The majority of elderly patients suffered from hypertension and moderate dementia. Analysis revealed marital status (p=0.038), sources of health information (p=<0.001), elderly health problems (p<0.001), subjective sleep quality dimensions (p=0.003), sleep latency (p=0.014), and total PSQI score (0.025). Conclusion: Sleep quality is positively correlated with psychological well-being. The better the sleep quality, the higher the psychological well-being score. Suggestion: Future researchers can combine data collection through questionnaires and in-depth interviews to further explore psychological well-being and sleep quality in elderly patients.    Keywords: Caregivers; Elderly; Psychological Well-Being; Sleep Quality.    Pendahuluan: Proses penuaan pada lansia mengakibatkan penurunan fisiologis yang meningkatkan ketergantungan lansia pada keluarga untuk membantunya. Selain penurunan fisiologis, fungsi kognitif juga sering dialami oleh lansia yaitu demensia, salah satu sindrom bersifat kronis atau progresif yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, sehingga memengaruhi memori, pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa dan penilaian. Salah satu dampak yang dapat dirasakan keluarga ketika merawat lansia dengan kondisi beban perawatan yang tinggi adalah dapat menurunkan tingkat kualitas tidur caregiver. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kesejahteraan psikologis pada keluarga dengan lansia. Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dengan lansia di Kecamatan Cilongok yang berjumlah 19,934 jiwa. Sampel dihitung dengan rumus Slovin dengan margin of error 5% (0.05) dan dengan teknik purposive sampling mendapatkan sampel sebanyak 392 responden. Instrumen pengukuran yang digunakan yaitu Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Ryff's Psychological Well-Being Scale (RPWB), dan Mini Mental State Exam (MMSE). Selanjutnya data dianalisis menggunakan Uji Spearman. Hasil: Data demensia menunjukkan usia rata-rata lansia yang dirawat adalah 71.90 tahun dengan standar deviasi ±6.91. Sebagian besar gangguan kesehatan yang dimiliki lansia adalah hipertensi dan mengalami tingkat demensia dalam kategori sedang. Hasil analisis didapatkan status perkawinan (p=0.038), sumber informasi kesehatan (p=<0.001), gangguan kesehatan lansia (p<0.001), dimensi kualitas tidur subjektif (p=0.003), latensi tidur (p=0.014), dan total skor PSQI (0.025). Simpulan: Kualitas tidur berkorelasi positif terhadap kesejahteraan psikologi. Semakin baik kualitas tidur yang dimiliki, akan semakin tinggi nilai kesejahteraan psikologis seseorang. Saran: Peneliti selanjutnya dapat mengombinasikan pengambilan data melalui kuesioner dan wawancara mendalam untuk memungkinkan menggali lebih dalam kondisi kesejahteraan psikologis dan kualitas tidur pada lansia.   Kata Kunci: Kesejahteraan Psikologis; Kualitas Tidur; Lansia; Pengasuh.