Siklus menstruasi merupakan peristiwa keluarnya darah dari rahim melalui vagina karena luruhnya lapisan dinding rahim yang banyak mengandung pembuluh darah, pada saat telur tidak dibuahi. Salah satu faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah stres. Stres merangsang hypothalamus-pituitary-adrenal cortex aksis sehingga dihasilkan hormon kortisol. Hormon kortisol menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormonal termasuk hormon reproduksi sehingga mempengaruhi siklus menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa keperawatan Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan metode cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi tingkat satu Prodi Keperawatan Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Teknik pengambilan sampel yang digunakan berupa purposive sampling dengan jumlah sampel 142 responden. Uji statistik yang digunakan adalah Somers’d. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner DASS 42 (Depression Anxiety Stress). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami stres sedang 50 orang (35,2%), stres sangat berat 3 orang (2,1%). Sedangkan yang mengalami siklus menstruasi normal 62 orang (43,7%), siklus menstruasi amenore 8 orang (5,6%). Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi keperawatan dengan hasil uji statistik Somers’d diperoleh p value = 0,000 (p<0,05). Mahasiswa keperawatan diharapkan dapat menjaga kesehatan fisik, mental dan meningkatkan keyakinan atau pandangan yang positif. Berusaha untuk melakukan keterampilan memecahkan masalah yang lebih baik sehingga stres yang terjadi dapat dikurangi dan siklus menstruasi kembali normal.