Waryono, Waryono
E-Journal Home Economic and Tourism

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

BEREBUT “BERKAH” SENDANG SELIRANG DALAM PERSPEKTIF BEBERAPA KOMUNITAS MASYARAKAT MUSLIM KOTA GEDE, YOGYAKARTA: Sebuah Upaya Mempromosikan Dialog Agama dan Budaya waryono, waryono
Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol 19, No 3 (2017)
Publisher : P2KK LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.372 KB) | DOI: 10.14203/jmb.v19i3.485

Abstract

This article discusses about cultural phenomenon called by sendang selirang. Sendang Seliran is the name of one of the local culture typical in Kota Gede Yogyakarta, which are still preserved. Sendang Seliran is a tradition of cleaning the pool in the former kingdom of Mataram environment early in Kota Gede. The tradition interpreted differently by the three groups in Kota Gede: Abangan, muslim students, and intellectual. The problem is the background why and what are the differences? Although different, why citizens of Kota Gede, remain in harmony? This paper departs from the framework developed by Clifford Geertz interpretive ethnography to understand a cultural event that occurs in the community. The results show that for people Abangan, Sendang Selirang are rites and ceremonies performed with religious emotion and have sacred properties. Turned out to be different meanings for groups of students who are represented by Muhammadiyah. For some activists Muhammadiyah, tradition nawu Sendang (Sendang Selirang) is part of superstition, heresy, and kurafat, so it should be avoided. As for the "intellectuals", the event is not enough nawu sendang viewed from the side of religion, but also in terms of culture. This is a "middle way" to mediate the two previous groups of potential conflict. Evidence suggests that differences in the views of the three groups is not only influenced by their religious views, but also by other factors outside the religion, such as equity in the administration and material benefits. Nevertheless, unity in difference remains the preferred, so that the harmony continues to perform well. Artikel ini membahas tentang fenomena budaya lokal Sendang Selirang. Sendang Selirang merupakan tradisi membersihkan kolam yang berada di bekas lingkungan Kerajaan Mataram Awal di Kota Gede. Tradisi tersebut dimaknai secara berbeda oleh tiga kelompok di Kota Gede, yaitu kelompok Abangan, Santri, dan Intelektual. Permasalahannya, mengapa dan apa latar belakang perbedaannya? Meskipun berbeda, mengapa warga Kota Gede tetap harmonis? Penelitian etnografi dengan wawancara mendalam dan observasi ini telah menemukan bahwa bagi masyarakat Abangan, Sendang Selirang merupakan ritus dan upacara yang dilaksanakan dengan emosi keagamaan dan mempunyai sifat keramat. Pemaknaan ini berbeda dengan kelompok santri yang direpresentasikan oleh Muhammadiyah. Oleh beberapa aktivis Muhammadiyah, ritual ini dianggap sebagai bagian dari takhayul, bid’ah, dan kurafat, sehingga harus dihindari. Sementara itu, bagi kelompok intelektual, peristiwa nawu sendang tidak cukup dipandang dari sisi agama, melainkan juga perlu dilihat dari sisi budaya. Hal itu merupakan “jalan tengah” untuk menengahi dua kelompok sebelumnya dan menghindari terjadinya potensi konflik.
UPAYA PENGEMUDI BECAK DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ANAK(STUDI KASUS DI DESA PASARBATANG KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES) Waryono, Waryono; Desmawati, Liliek; Budiartati, Emmy
Journal of Nonformal Education and Community Empowerment Vol 3 No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan merupakan hak bagi setiap anak tanpa kecuali. Keluarga memiliki peran penting dalam memenuhi layanan pendidikan karena merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi perkembangan pribadi anak. Tujuan penelitian ini adalah; (1) bagaimana upaya yang dilakukan pengemudi becak dalam meningkatkan pendidikan anak di Desa Pasarbatang Brebes,(2) kendala dan faktor pendukung yang dihadapi pengemudi becak dalam meningkatkan pendidikan anak di Desa Pasarbatang Brebes. Subyek penelitian ini adalah pengemudi becak di Desa Pasarbatang memiliki anak sedang bersekolah, berjumlah lima keluarga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan pendidikan secara material dan sipritual, pemberian motivasi dan fasilitas belajar, bantuan dalam mengatasi kesulitan belajar serta pemilihan lokasi pendidikan merupakan upaya pengemudi becak meningkatkan pendidikan anak. Keterbatasan penghasilan, kategori pendidikan yang rendah, kesibukan bekerja menjadi kendala pengemudi becak meningkatkan pendidikan anak. Faktor pendukung yang dimiliki pengemudi becak dalam meningkatkan pendidikan anak adalah: kesediaan menjalani pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan keluarga sehingga biaya sekolah dapat dipenuhi.Education is the right of every child without exception. Families have an important role in meeting the educational services because it is first and foremost an educational environment for children's personal development. The purpose of this study are: (1) how the efforts of rickshaw drivers in improving education for children in the village Pasarbatang Bradford, (2) barriers and supporting factors faced by rickshaw drivers in improving the education of children in the village of Bradford Pasarbatang. The subject of this research is Pasarbatang rickshaw driver in the village had children were at school, the family of five. Data collection techniques used were observation, interview and documentation. Data were analyzed qualitatively. The results showed that the educational needs materially and sipritual, motivation and learning facilities, assistance in overcoming learning difficulties as well as site selection rickshaw driver education is an effort to improve education of children. Limited income, low education category, the constraints of busy work cycle rickshaw improve children's education. Factors supporting the rickshaw driver who owned improve children's education are: the willingness to undergo a second job to supplement the family income so that school fees can be met.