Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis transformasi sosial dan relasi kuasa yang terjadi dalam praktik kawin tangkap atau yang dikenal secara lokal sebagai paneta mawinne di Desa Mareda Kalada, Sumba Barat Daya. Paneta mawinne sebagai sebuah tradisi tidak bersifat statis, tetapi mengalami dinamika dan reinterpretasi seiring dengan perubahan zaman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data dikumpulkan melalui observasi partisipan, wawancara mendalam dengan 8 informan (mulai dari tetua adat, keluarga pelaku, korban, hingga aparat desa), serta studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transformasi praktik paneta mawinne terjadi dalam tiga bentuk utama: (1) Pergeseran motif dari legitimasi adat ke motif ekonomi dan penyelesaian “aib” pra-nikah; (2) Penguatan dimensi kekerasan dan koersi fisik dibandingkan dengan simbolisme adat; (3) Peran agensi perempuan yang mulai muncul melalui perlawanan terbuka maupun diam-diam. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa relasi kuasa yang terbentuk dari praktik kawin tangkap sangat timpang, didominasi oleh laki-laki dan struktur patriarki adat yang menggunakan narasi “tradisi” untuk melanggengkan hegemoni. Namun demikian, hegemoni ini tidak bersifat absolut. Resistensi dari perempuan, intervensi hukum negara, dan tekanan dari organisasi sipil mulai menciptakan ruang negosiasi baru, meskipun masih sangat terbatas. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa paneta mawinne merupakan konstruksi sosial yang dinamis atau “medan pertarungan” antara kekuatan tradisi, kepentingan ekonomi-patriarkal, dan tuntutan modernitas akan hak asasi manusia serta kesetaraan gender.