Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial

Peran Pengalaman Child Abuse terhadap Penyesuaian Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi Khairunnisa, Nadhira; Islam, Azizah Fajar
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 8 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v8i2.34357

Abstract

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tahun pertama masuk perkuliahan adalah masa-masa sulit. Mahasiswa dituntut untuk mandiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus. Sebagian besar mahasiswa mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri bahkan tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Penyesuaian diri menjadi tidak mudah bagi seseorang yang mengalami trauma. Trauma mungkin membuat mereka mengalami kegagalan dalam merespon peristiwa yang penuh tekanan. Salah satu bentuk trauma itu sendiri adalah child abuse. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pengalaman child abuse terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru di perguruan tinggi. Karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru yang masih aktif dan memiliki pengalaman kekerasan di masa kecil dan berjumlah 184 partisipan. Partisipan dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu teknik purposive sampling.  Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengukur pengalaman kekerasan pada masa kanak-kanak yang dikembangkan oleh Malik dan Shah dan penyesuaian diri di perguruan tinggi yang dikembangkan oleh Baker dan Syrik. Analisis data menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0.000, p < 0.05, yang berarti terdapat pengaruh pengalaman child abuse terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi. Berdasarkan uji R Square diperoleh nilai R sebesar 0,080 yang berarti pengalaman child abuse berpengaruh sebesar 8% terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi.   Some studies mention that the first year of college is a difficult time. Students are required to be independent and adjust to the campus environment. Most students experience failure in adjusting and even cannot continue their education. Adjustment is not easy for someone who has experienced trauma. Trauma may make them experience failure in responding to stressful events. One form of trauma itself is child abuse. This study aims to determine the role of the experience of child abuse on self-adjustment in new students in college. The characteristics of participants in this study were freshmen who were still active and had experiences of violence in childhood and totaled 184 participants. Participants were selected using a sampling technique, namely purposive sampling technique.  Data collection in this study used questionnaires to measure the experience of childhood violence developed by Malik and Shah and college adjustment developed by Baker and Syrik.   Data analysis using simple linear regression analysis techniques resulted in a correlation coefficient of 0.000, p < 0.05, which means that there is an effect of the experience of child abuse on self-adjustment in college. Based on the R Square test, the R value is 0.080, which means that the experience of child abuse has an effect of 8%.
Peran Coping Style terhadap Self-Sabotage pada Dewasa Awal dengan Emotionally Immature Parents Al-aida, Alfia; Islam, Azizah Fajar
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 8 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v8i2.34452

Abstract

Self-sabotage merupakan perilaku yang menghambat pencapaian tujuan seseorang yang disebabkan oleh trauma. Perilaku tersebut dapat mempengaruhi harga diri. Harga diri yang rendah dapat memicu self-sabotage sebagai mekanisme pertahanan diri. Pengasuhan mempengaruhi terbentuknya self-sabotage, terutama pada anak-anak yang mengalami trauma pengasuhan. Orang tua yang cenderung untuk melakukan pengasuhan dengan memaksa menunjukkan bahwa mereka tidak matang secara emosional dan tidak memenuhi kebutuhan emosional anak, sehingga anak beradaptasi dengan kondisi ini dan membentuk sebuah coping style, yang terdiri dari dua jenis, yaitu internalize dan externalize. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu peran coping style terhadap self-sabotage pada dewasa awal dengan orang tua yang tidak matang secara emosional. Karakteristik partisipan penelitian ini adalah dewasa awal dengan usia 18-40 tahun dengan orang tua yang tidak matang secara emosional. Teknik pengambilan sampel yaitu teknik purposive sampling dengan jumlah partisipan adalah 205. Penelitian ini menggunakan Self-Sabotage Assesment yang dikembangkan oleh Yearwood 2023 dan coping style scale yang dikembangkan oleh Gibson 2015. Analisis data menggunakan teknik korelasi dan regresi linier sederhana, hasil nya menunjukkan terdapat hubungan negatif antara coping style dan self-sabotage (r= -0,462, p= 0,000 p<0,05) dan terdapat juga pengaruh anatara coping style dan self-sabotage (F=55,087, r²= 0,213, p=0,000 p < 0,05). Artinya, penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara coping style dengan self-sabotage, kemudian terdapat juga peran coping style terhadap self-sabotage pada dewasa awal dengan orang tua yang tidak matang secara emosional dengan besar pengaruh sebesar 21,3%.   Self-sabotage is a behavior that inhibits the achievement of a person's goals caused by trauma. Such behavior can affect self-esteem. Low self-esteem can trigger self-sabotage as a self-defense mechanism. Parenting influences the formation of self-sabotage, especially in children who experience parenting trauma. Parents who tend to do coercive parenting show that they are not emotionally mature and do not meet the child's emotional needs, so the child adapts to this condition and forms a coping style, which consists of two types, namely internalize and externalize. Therefore, this study aims to find out the role of coping style on self-sabotage in early adults with emotionally immature parents. The characteristics of the participants of this study are early adults aged 18-40 years with emotionally immature parents. The sampling technique is purposive sampling technique with the number of participants is 205. This study used the Self-Sabotage Assessment developed by Yearwood 2023 and the coping style scale developed by Gibson 2015. Data analysis using correlation and simple linear regression techniques, the results show that there is a negative relationship between coping style and self-sabotage (r = -0.462, p = 0.000 p < 0.05) and there is also an influence between coping style and self-sabotage (F = 55.087, r² = 0.213, p = 0.000 p < 0.05). That is, this study shows that there is a significant relationship between coping style and self-sabotage, then there is also a role of coping style on self-sabotage in early adults with emotionally immature parents with a large influence of 21.3%.
Pengaruh Fear of Missing Out (FOMO) terhadap Binge Watching Gen Z dengan Emotionally Immature Parents Pradiansyah, Bunga Nadira; Islam, Azizah Fajar
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 8 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v8i2.35275

Abstract

Kemudahan akses digital yang dirasakan oleh Gen Z menimbulkan konsekuensi negatif seperti fear of missing out akibat dari rasa cemas tidak bisa mengikuti tayangan yang banyak diperbincangkan di media. Hal tersebut menjadikan perilaku menonton sebagai coping bermasalah. Haluan penelitian ini untuk melihat pengaruh dari fear of missing out (FOMO) terhadap binge wathing Gen Z dengan emotionally immature parents. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-probability sampling dengan teknik purposive sampling yang melibatkan 161 responden laki-laki dan perempuan dengan rata-rata usia 14-24 tahun; senang menonton serial/film/drama lebih dari 1 kali tanpa jeda; memiliki pengalaman kurang mengenakkan dengan orang tua kandung. Pengambilan data yang dilakukan secara online melalui kuesioner (angket) mengadaptasi alat ukur Binge Watching Engagement and Symptoms Questionnaire yang dikembangkan oleh Flayelle et al (2018) serta The Online Fear of Missing Out Inventory dikembangkan oleh Sette (2019). Hasil uji regresi ditemukan nilai F bernilai 107.829 dengan nilai B unstandardized 0.635 dengan R square 0.404 dan P value 0,05 > 0,000. Hal ini menunjukkan H0 ditolak, sehingga FOMO berpengruh signifikan terhadap binge watching Gen Z dengan emotionally immature parents dengan  persentase sebesar 40.4%. Dengan demikian apabila FOMO meningkat, maka perilaku binge watching Gen Z juga akan meningkat signifikan.   The ease of digital access experienced by Gen Z gives rise to negative consequences such as fear of missing out due to anxiety about not catching up to discussed film in the media. This makes watching behavior a problematic coping. The aim of this study was to see the effect of FOMO on binge watching Gen Z with emotionally immature parents. This study used a quantitative non-probability sampling with a purposive sampling technique involving 161 male and female respondents with an average age of 14-24 years; enjoy watching series/films/dramas more than once without a break; have unpleasant experiences with biological parents. Data collection carried out online through a questionnaire adapting the Binge Watching Engagement and Symptoms Questionnaire measuring tool developed by Flayelle et al (2018) and The Online Fear of Missing Out Inventory developed by Sette (2019). The results found an F value of 107.829 with an unstandardized B value of 0.635; R square of 0.404; P value of 0.05> 0.000. This shows that H0 is rejected, so FOMO has a significant effect on binge watching Gen Z with emotionally immature parents with a percentage of 40.4%. Thus, if the FOMO increases, Gen Z's binge watching will also increase significantly.