Kebahagiaan merupakan konsep multidimensional yang menarik perhatian dalam berbagai cabang ilmu, terutama filsafat dan psikologi. Artikel ini mengkaji kebahagiaan dari perspektif filsafat klasik dan psikologi positif dengan pendekatan analitis yang menekankan relevansi penerapannya dalam konteks budaya Indonesia. Metode yang digunakan bersifat kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitis berdasarkan studi literatur yang mencakup teori eudaimonia dari Aristoteles, prinsip-prinsip Stoikisme, serta model PERMA yang dikembangkan oleh Martin Seligman. Temuan menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak sekadar berakar pada emosi positif, tetapi juga merupakan hasil dari kehidupan yang dijalani secara bermakna, rasional, dan etis. Dalam budaya Indonesia, kebahagiaan ditentukan oleh nilai-nilai religius, hubungan sosial yang harmonis, rasa syukur, serta penerimaan terhadap keadaan hidup. Integrasi antara pemikiran filosofis, pendekatan ilmiah psikologi positif, dan kearifan lokal seperti psikologi raos memperkuat pentingnya kerangka holistik dalam memahami kebahagiaan. Kajian ini menekankan bahwa kebahagiaan sebaiknya dipandang sebagai proses aktif yang mencerminkan keseimbangan antara pengembangan pribadi dan kontribusi sosial, bukan sekadar pencapaian material. Dengan demikian, pemahaman kebahagiaan memerlukan pendekatan lintas disiplin yang kontekstual dan adaptif terhadap nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia.