This article aims to reconstruct the meaning of fasād (enviromental damage) in the Qur’an through a tafsir maqāṣidīapproach, serving as a theological response to the issue of global warming. Contemporary phenomena of environmental degradation, such as pollution, deforestation, and extreme climate change, are understood as tangible manifestations of the concept of fasād, as referenced in Q.S. Ar-Rūm: 41. This study employs qualitative research methods, utilizing library sources and the maqāṣidī interpretative approach as its analytical framework. The findings indicate that the understanding of ecological verses has evolved from classical textual interpretations to scientific and logical approaches during the medieval period, and further to contextual interpretations that address contemporary environmental challenges. The reconstruction of the meaning of fasād is highly relevant in developing an Islamic ecotheology paradigm and supports the establishment of a civilized and sustainable society. This study emphasizes that tackling global warming necessitates not only technical and scientific solutions, but also spiritual and ethical approaches grounded in revealed values. The maqāṣidī interpretation offers an integrative and transformative analytical framework for understanding fasād as a moral failure of humanity in fulfilling the mandate of khilāfah on earth. Environmental preservation requires the integration of religious and moral dimensions as the ethical foundation for collective action within the Muslim community, with the maqāṣidī approach serving as a normative basis for Islamic ecological policies aimed at fostering sustainable ecological awareness and facilitating constructive dialogues between theology, environmental science, and public policy in comprehensively addressing the climate crisis.Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk merekonstruksi makna fasād (kerusakan lingkungan) dalam Al-Qur’an melalui pendekatan tafsir maqāṣidī sebagai respons teologis terhadap isu pemanasan global. Fenomena kerusakan lingkungan kontemporer seperti pencemaran, deforestasi, dan perubahan iklim ekstrem dipahami sebagai manifestasi nyata dari konsep fasād sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Ar-Rūm: 41. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang memanfaatkan sumber-sumber pustaka serta menggunakan pendekatan tafsir maqashidi sebagai pisau analisisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman terhadap ayat-ayat ekologis telah mengalami perkembangan dari tafsir klasik tekstual, menuju pendekatan ilmiah dan logis di era pertengahan, hingga tafsir kontekstual yang responsif terhadap tantangan lingkungan kontemporer. Rekonstruksi makna fasād ini memiliki relevansi penting dalam membangun paradigma ekoteologi Islam serta mendukung pembangunan peradaban yang berkeadaban dan berkelanjutan. Studi ini menegaskan bahwa penanggulangan pemanasan global tidak hanya membutuhkan solusi teknis dan ilmiah, tetapi juga pendekatan spiritual dan etis berbasis nilai-nilai wahyu. Tafsir maqāṣidī memberikan kerangka analisis integratif dan transformatif dalam memahami fasād sebagai kegagalan moral manusia dalam menjalankan mandat khilāfah di bumi. Pelestarian lingkungan menuntut integrasi dimensi religius dan moral sebagai fondasi etis dalam tindakan kolektif masyarakat Muslim, dengan pendekatan tafsir maqāṣidī yang berperan sebagai dasar normatif bagi kebijakan ekologis berwawasan Islam, guna membangun kesadaran ekologis yang berkelanjutan serta membuka ruang dialog konstruktif antara teologi, ilmu lingkungan, dan kebijakan publik dalam merespons krisis iklim secara komprehensif.