Anestesi spinal memicu vasodilatasi yang memfasilitasi pusat tubuh untuk meredistribusi panas ke perifer serta memicu ambang shivering. Kejadian shivering menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien. Hal ini menimbulkan peningkatan laju metabolisme menjadi lebih dari 40% dan meningkatkan intensitas nyeri pada daerah luka akibat tarikan luka operasi. Selain itu, dapat juga menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen yang signifikan (hingga 40%), peningkatan produksi CO2 (hiperkarbia), meningkatkan hipoksemia arteri, asidosis laktat, dan dapat menyebabkan gangguan irama jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian shivering pasca spinal anestesi pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif. Pendekatannya yaitu cross sectional. Sampel berjumlah 32 sampel dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Hasil penelitian didapatkan bahwa usia yang paling dominan yaitu usia 46-55 tahun (50%), lama operasi yang paling dominan dengan kategori cepat (68,8%) dan IMT yang paling dominan dengan kategori normal (68,8%). Kejadian shivering pasca spinal anestesi yang paling dominan dengan kategori tidak shivering (59,4%). Berdasarkan karakteristik sebagian besar tidak mengalami shivering dengan usia 46-55 tahun (34,4%), berdasarkan lama operasi dengan shivering yang paling dominan tidak mengalami shivering dengan lama operasi cepat (53,1%), dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian shivering sebagian besar dengan IMT normal (46,9%). Kesimpulan didapatkan bahwa karakteristik usia, lama operasi dan IMT pasien tidak mengalami shivering.