The Lani Tribe (Aap Lani) is one of the tribes inhabiting Lanny Jaya Regency in the Papua Highlands province. The Lani Tribe still strongly holds onto its traditions and culture, even though they are scattered across several regencies and even provinces on the island of Papua. They continue to uphold important values in their culture. One of the most notable aspects of the Aap Lani's heritage is the communal eating culture known as Kunu, where they gather to eat in groups consisting of men, women (mothers), children, as well as groups of young men and women. These groups can also include individuals from various backgrounds, such as government officials, servants of God, and other community leaders.The Kunu pattern in the Lani Tribe's culture emphasizes positive spiritual values, highlighting togetherness, the meaning of justice and mutual respect, the significance of simplicity, and the meaning of peace after conflict. In an increasingly modern era where people tend to live egocentric lives, lacking time for communal interactions, maintaining the tradition of communal eating through the Kunu pattern is expected to lead the modern generation to live within the cultural heritage. Surprisingly, the Kunu pattern is a practice that Jesus used when feeding 5000 people, as mentioned in the Gospel of Mark 6:39-40. Jesus blessed 5 loaves and 2 fish to feed 5000 people who were seated in groups of one hundred and fifty. Reflecting on the spiritual meaning of the pattern used by Jesus teaches the concept of togetherness, simplicity in service, and for the servants of God serving in the Lani Tribe, this is still highly relevant. Based on this research, communal eating through the Kunu pattern is a local wisdom of the Papua Pegunungan that needs to be preserved and maintained in community life, especially among the Aap Lani (Lani people). Thus, the positive values it contains can be passed down through generations.AbstrakSuku Lani (Aap Lani) adalah salah satu suku yang mendiami Kabupaten Lanny Jaya di provinsi Papua Pegunungan. Suku Lani merupakan suku yang masih memegang kuat tradisi dan budayanya, meskipun mereka tersebar di beberapa Kabupaten bahkan Provinsi yang ada di Pulau Papua. Mereka masih menerapkan nilai-nilai penting dalam budaya mereka. Salah satu hal terbaik dari warisan nenek moyang Aap Lani adalah budaya makan bersama dalam pola Kunu yaitu, makan bersama dengan pola duduk berkelompok-kelompok yang terdiri dari kelompok para pria, para wanita (mama-mama), anak-anak dan juga kelompok para pemuda dan pemudi. Dalam kelompok bisa juga terdiri dari berbagai kalangan baik dari kalangan para aparat pemerintah, kalangan hamba-hamba Tuhan, maupun para tokoh masyarakat lainnya. Pola Kunu dalam budaya suku Lani menekankan nilai-nilai positif yang bermakna rohani yaitu menekankan kebersamaan, makna keadilan dan saling menghargai, makna kesederhanaan dan makna perdamaian selesai perang. Di era yang semakin modern kecenderungan manusia hidup dalam egosentris (berpusat pada diri sendiri), tidak memiliki banyak waktu kebersamaan dengan orang lain, dengan masih menerapkan makan bersama dalam pola kunu tentu akan membawa generasi moderen untuk hidup dalam warisan budaya. Makan bersama dengan pola Kunu ternyata adalah pola yang dilakukan oleh Tuhan Yesus ketika memberi makan 5000 orang dalam Injil Markus 6:39-40. Tuhan Yesus memberkati 5 roti dan 2 ikan memberi makan 5000 orang yang duduk dalam kelompok seratus dan limapuluh. Dengan menilik makna rohani dari pola yang dipakai Tuhan Yesus mengajarkan konsep kebersamaan, kesederhanaan dalam melayani dan bagi hamba-hamba Tuhan yang melayani di Suku Lani hal ini masih sangat relevan untuk diterapkan. Berdasarkan penelitian ini makan bersama dengan pola kunu merupakan suatu kearifan lokal dari Papua Pegunungan yang harus dijaga dan dilestarikan dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di kalangan Aap Lani (orang Lani). Dengan demikian nilai-nilai positif yang terkandung didalamnya dapat diwariskan secara turun-temurun.