Pada tahun 2022, terdapat 148,1 juta anak di seluruh dunia mengalami stunting dengan prevalensi 22,3%. Di Indonesia, prevalensi stunting sebesar 21,6% melebihi batas standar prevalensi dunia, yang seharusnya di bawah 20%. Stunting berdampak pada penurunanan kognitif, peningkatan resiko penyakit gizi dan penyakit tidak menular dimasa depan, serta keterlambatan ekonomi. Permasalahan stunting terkait erat dengan aspek sosial, sehingga tidak dapat dilepaskan dari peran perempuan dalam penaganannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran perempuan dalam penanganan stunting dan menganalisis fenomena peran perempuan yang dapat meningkatkan faktor resiko stunting berdasarkan artikel yang didapat. Penelitian ini menggunakan metode literatur review dengan analisis Preferred Reporting Items for Systemaic Reviews a Meta-analyses (PRISMA). Terdapat 1.733 artikel ditemukan di Google Scholar, kemudian 48 artikel teridentifikasi memenuhi kriteria inkluasi dan hanya ada 4 artikel full text yang dapat dianalisis. Penelitian menunjukan pentingnya keseimbangan peran perempuan dalam keberhasilan penanganan stunting dan fenomena peran perempuan yang meningkatkan faktor resiko stunting terjadi ketika ada diskriminasi peran perempuan, seperti belenggu budaya patriarki, subordinasi, peran ganda, labelling, dan marginalisasi peran perempuan. Penanganan stunting yang efektif memerlukan pendekatan yang mempertimbangkan keseimbangan peran perempuan dan keterlibatan bersama antara peran kedua orangtua demi terwujudnya generasi emas Indonesia.