p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Medula
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Laporan Kasus: Hubungan Pemakaian Metamfetamin dengan Gangguan Kepribadian Anti Sosia Aziz, Rachman; Sinta Maharani, A. A Mas; K Hutasoit, High Boy
Medula Vol 14 No 1 (2024): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v14i1.862

Abstract

Pendahuluan: Menurut United Nation Office Drug and Crime Indonesia termasuk ke dalam 10 negara dengan tingkat peredaran narkoba tertinggi, terutama ekstasi dan ganja. Berdasarkan Indonesia Drug Report provinsi dengan kasus tindak pidana narkoba tertinggi ialah Sumatera Utara sebanyak 7.353 kasus, Jawa Timur 6.193 kasus, DKI Jakarta 4.749 kasus, Jawa Barat 2.494 kasus, Sulawesi Selatan 2.120 kasus. Jenis NAPZA yang banyak disalahgunakan adalah sabu, ganja dan ekstasi dengan pelaku didominasi berjenis kelamin laki-laki. terpapar penyalahgunaan NAPZA. Metamfetamin atau sering dikenal di Indonesia dengan sebutan sabu. Sabu dapat menyebabkan ketergantungan, masalah fisik (meliputi malnutrisi, denyut jantung meningkat, gangguan ginjal, hepatitis, HIV-AIDS bagi mereka yang menggunakan suntikan amfetamin), masalah psikiatri (perilaku agresif, kondisi putus obat yang menyebabkan lelah, gangguan tidur, serangan panik, confusional state, psikosis dan skizofrenia bahkan gangguan kepribadian. Kesimpulan: Pasien dalam laporan kasus ini mengalami gangguan kepribadian antisosial dikarenakan adanya konsumsi metamfetamin. Pemicu yang mendasari gangguan kepribadian antisosial ini dikarenkan adanya konsumsi pemakaian zat adiktif yang berulang. Faktor lain terkait perkembangan psikososial sejak perinatal atau di dalam kandungan hingga masa dewasa awal sehingga mempengaruhi kondisi pasien saat ini. Kata Kunci: Zat adiktif, Pemakaian metamfetamin, Gangguan kepribadian anti sosial
Laporan Kasus: Retardasi Mental Berat Pada Remaja Usia 16 Tahun dengan Riwayat Epilepsi Tidak Terkontrol Aziz, Rachman; Jiofansyah, Jiofansyah; Septa, Tendry
Medula Vol 14 No 2 (2024): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v14i2.866

Abstract

Mental retardation (MR), also known as Intellectual Disability (ID), is a lifelong mental disorder characterized by significant cognitive and adaptive impairments, often associated with structural or functional brain anomalies and diverse etiologies that frequently co-occur with conditions such as epilepsy. In Indonesia, a survey conducted in 2012 revealed that 2.45% of the population had disabilities, including individuals with mental retardation. The World Health Organization (WHO) estimates the prevalence of mental retardation in Indonesia to be around 1-3% of the population, with one-quarter of cases classified as moderate to severe mental retardation. The occurrence of mental retardation is closely linked to a child's developmental trajectory, influenced by genetic and environmental factors. In terms of pathogenesis, the onset can originate from prenatal, perinatal, or postnatal factors, with various contributing elements, including a history of seizures. The severity levels are classified as mild, moderate, severe, or profound mental retardation. Epilepsy is a common neurological disorder in children, often co-occurring with mental retardation, found in 25% of cases. The occurrence of epilepsy can either accompany or be the cause of mental retardation, leading to a classification known as Developmental and Epileptic Encephalopathy (DEE). This case report will present the case of a teenager with mental retardation who has a history of recurrent seizures, illustrating the complex relationship between these two conditions. Hence, there is a need for a comprehensive approach and increased awareness in diagnosing and managing children with concurrent mental retardation and epilepsy with the goal of providing optimal care.