Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Neuroscience Based Learning In Early Childhood Islamic Religious Education Nurizati; Eren; Miftakhul; Siregar, Masyunita; Uswatul
ABNA : Journal of Islamic Early Childhood Education Vol. 4 No. 1 (2023): ABNA : Journal of Islamic Early Childhood Education
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/abna.v4i1.6734

Abstract

Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran berbasis neurosains dalam Pendidikan agama islam anak usia dini. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah berbagai literatur baik berasal dari jurnal-jurnal terkait dengan pembelajaran berbasis neurosains dan Pendidikan agama silam anak usia dini. Pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran dan pembacaan referensi terkait, baik secara digital maupun manual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis neurosains memiliki perananan yang penting dalam mengembangkan Pendidikan agama islam pada anak usia dini. Yang mana tujuan dari neurosains itu sendiri adalah untuk untuk mempelajarai dasar biologis dari semua perilaku manusia sedangkan Pendidikan islam juga memiliki jejak di bidang ilmu saraf. Oleh karena itu, ilmu saraf memiliki jejaknya dalam Islam dan pendidikan memiliki landasan yang kuat dalam Al-Qur'an. Sehingga pendekatan neurosains dalam penelitian pendidikan Islam menjadi sangat penting. Kunci Kunci : (Neurosains, Pendidikan Agama Islam, Anak Usia Dini). Abstract This paper aims to determine neuroscience-based learning in early childhood Islamic religious education. This research is a literature study with a qualitative approach. The data source for this research is various literature, both from journals related to neuroscience-based learning and early childhood religious education. Data collection is carried out by searching and reading related references, both digitally and manually. The results of the study show that neuroscience-based learning has an important role in developing Islamic religious education in early childhood. Where the goal of neuroscience itself is to study the biological basis of all human behavior while Islamic education also has traces in the field of neuroscience. Hence, neuroscience has its traces in Islam and education has a strong foundation in the Quran. So the neuroscience approach in Islamic education research is very important. Keyword : (Neuroscience, Islamic Education, Early Childhood).
Respon Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.) terhadap Perbedaan Populasi dan Waktu Tanam Kacang Hijau (Vigna radiata L.) pada Sistem Tumpangsari Miftakhul; Sumarni, Titin
Produksi Tanaman Vol. 12 No. 8 (2024): Agustus
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.protan.2024.012.08.04

Abstract

Sistem tumpangsari jagung dengan kacang-kacangan memiliki keuntungan yakni meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya lahan, meningkatkan volume dan frekuensi panen dibandingkan dengan sistem monokultur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2022 hingga Februari 2023 di Agrotechnopark Jatikerto, Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 8 perlakuan dan 4 ulangan serta dilakukan penanaman monokultur kacang hijau untuk menghitung NKL (Nisbah Kesetaraan Lahan) sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan populasi dan waktu tanam tanaman kacang hijau menunjukkan bahwa pada sistem tanam monokultur dan sistem tanam tumpangsari tidak berpengaruh nyata pada hasil bobot tongkol tanaman jagung. Hasil bobot tongkol tanaman jagung pada sistem tanam monokultur populasi 53.333 tanaman ha-1 sebesar 5,89 ton ha-1 dan pada sistem tanam monokultur populasi 61.538 tanaman ha-1 menghasilkan bobot tongkol tanaman jagung sebesar 5,77 ton ha-1, sedangkan pada sistem tanam tumpang sari antara jagung populasi 53.333 tanaman ha-1 dengan tanaman kacang hijau 2 mst menghasilkan bobot tongkol jagung sebesar 7,55 ton ha-1 dan sistem tanam tumpang sari antara jagung populasi 61.538 tanaman ha-1 dengan tanaman kacang hijau 2 mst menghasilkan bobot tongkol jagung sebesar 7,10 ton ha-1. Sehingga sistem tanam antara monokultur dan tumpangsari tidak menyebabkan persaingan antara tanaman utama dan tanaman sela. Namun, perlakuan sistem tanam tumpangsari antara jagung populasi 61.538 tanaman ha-1 dengan tanaman kacang hijau 2 mst menghasilkan NKL yang paling tinggi yaitu 1,77. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem tanam tumpangsari lebih efisien dibandingkan sistem tanam monokultur.