Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

LULUS KULIAH TANPA SKRIPSI: MENJADI HARAPAN ATAUKAH KECEMASAN Sausan Maulidyah Fahruri
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 2 No. 7 (2023): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v2i7.1168

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menggali harapan atau kecemasan mahasiswa yang lulus kuliah tanpa harus menyelesaikan skripsi Fenomena ini semakin meningkat terbukti ada banyak institusi yang mulai mengizinkan mahasiswanya untuk lulus tanpa menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi. Penelitian ini akan fokus tentang bagaimana mahasiswa yang lulus tanpa menyelesaikan skripsi semakin menjadi tren dalam dunia pendidikan tinggi. Artikel ini membahas fenomena tersebut dengan fokus pada perspektif mahasiswa yang memilih jalur ini. Melalui analisis kualitatif menggunakan studi kasus mendalam, penelitian ini menggali harapan dan kecemasan yang dialami mahasiswa yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsi. Hasil penelitian memberikan wawasan mendalam tentang dampak psikologis dan profesional dari pilihan ini, memperkaya pemahaman kita tentang dinamika perkembangan pendidikan tinggi modern. Artikel ini juga mengundang diskusi mengenai peran skripsi dalam pembentukan kompetensi dan kesiapan mahasiswa menghadapi dunia kerja. Implikasi kebijakan dan arah penelitian mendatang juga dibahas untuk mendukung perbaikan pendidikan tinggi yang lebih holistik. Luaran dari artikel diharapkan dapat menjadi pemantik diskusi lebih lanjut mengenai lulus tanpa skripsi menjadi harapan atau kecemasan seta lulus tanpa skripsi apakah memiliki kualitas yang baik saat nanti berkecimpung di dunia pekerjaan. Hasil pembahasan pada artikel ini diharapkan memberikan pandangan pro dan kontra terhadap kebijakan lulus tanpa mengerjakan skripsi dan bahan pertimbangan untuk menentukan langkah kebijakan kedepan. Serta memberikan ruang diskusi lebih lanjut mengenaia kebijakan tersebut sehingga artikel ini dapat berkontribusi secara maksimal pada masyarakat.
PERAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN PERTEMANAN TERHADAP TERJADINYA KESETARAAN GENDER SERTA MENGURANGI ANGKA KEKERASAN GENDER PADA REMAJA Muhammad Rifqi Lathif; Sausan Maulidyah Fahruri; Denny Adi Siswanto
Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan Vol. 1 No. 8 (2023): Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3783/causa.v1i8.1095

Abstract

Keluarga adalah lingkungan pertama kita hidup di dunia dimana keluarga menjadi poros perubahan pemikiran terutama dari remaja. Remaja menjadi harapan masa depan ditata mulai dari faktor keadaan keluarga, karena pengaruh terbesar dari perubahan rekonstruksi gende mulai dari keluarga dimana kesamaan gender dituntut dari awal bahkan mulai kecil laki laki dan perempuan harus sama tidak boleh dibeda bedakan hal inilah yang menjadi perhatian penting dari diri kita untuk mulai merefresh pikiran kita terkait kesamaan gender mulaindari keluarga teman bahkan lingkungan sekitar kita untuk merubah mindset mereka tentang gender dan kesamaannya keluarga juga harus diberikan stimulus bahwa gender dan rekonstruksinya harus dilakukan untuk memberikan kesenpatan yang dalam hal apapun. Selain dari lingkungan keluarga juga dari lingkungan pertemanan dimana rekonstruksi gender diperlukan yakni persamaan tenggang rasa senasib baik laki laki dan perempuan. Mindset merubah cara pandang harus sama semua antara hak dan kewajiban tidak diperbolehkan adanya pandangan bahwa teman perempuan lebih rendah dari laki laki serta tindakan sewenang wenang terhadap perempuan oleh laki laki. Teman juga bisa dijadikan agen perubahan karena mereka mempengaruhi pola pikir terbukti bahwa remaja menjadi aset pertama terjadinya perubahan pola pikir tersebut karena mereka golongan terpelajar dan mampu bersaing menghasilkan pemikiran pemikiran baru di Indonesia rekonstruksi gender. Pendidikan menjadi faktor penting perubahan pola berpikir remaja dimana dengan generasi yang tedidik Indonesia bisa maju dan behasil menerapkan kesetaraan gender. Itulah mengapa bahwa gender pada zaman sekarang menjadi perhatian peng dan masalahnya terrus dikaji rekonstruksinya.