Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN PETANI MILENIAL Andrean Prayoga; Mazroatul khamidah
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 3 No. 2 (2024): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v3i2.2204

Abstract

Artikel ini membahas dampak perkembangan teknologi informasi dan media sosial terhadap kehidupan generasi muda, khususnya dalam bidang pertanian. Perkembangan teknologi informasi memudahkan generasi muda untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi dengan cepat. Media sosial, sebagai hasil dari perkembangan ini, memiliki peran penting dalam kehidupan generasi muda, memfasilitasi komunikasi dan interaksi tanpa terbatas oleh jarak dan waktu. generasi muda, terutama petani milenial, dapat memanfaatkan media sosial untuk mengakses informasi dan pengetahuan pertanian secara cepat dan efisien. Penggunaan media sosial juga memberikan peluang baru dalam pemasaran produk pertanian, membangun keterhubungan antar petani, dan memengaruhi pola pikir serta cara kerja petani milenial secara positif. namun, artikel juga mengidentifikasi beberapa tantangan dan potensi dampak negatif dari penggunaan media sosial. Informasi yang tidak ter verifikasi dan ketergantungan pada media sosial dapat mengarah pada keputusan yang salah, serta mengganggu efisiensi dan waktu kerja. penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk menganalisis hubungan antara penggunaan media sosial dan perilaku, pengetahuan, serta sikap petani milenial terhadap pertanian. Kesimpulannya adalah bahwa media sosial membawa manfaat besar dalam meningkatkan pengetahuan, pemasaran produk, keterhubungan, pola pikir, cara memperoleh kebutuhan dasar pertanian, pendapatan, akses modal, dan cara kerja petani milenial. Namun, sambil memanfaatkan media sosial, petani milenial perlu mengelolanya secara bijak, seimbang dengan kegiatan pertanian, dan memilah informasi dengan kritis. Dengan demikian, integrasi teknologi informasi dan media sosial dapat menjadi alat efektif dalam mendukung perkembangan pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani milenial.
MELEMAHNYA BUDAYA TATAKRAMA DI DESA: KAJIAN SOSIAL DAN KULTURAL Andrean Prayoga
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 7 No. 3 (2025): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v7i3.10949

Abstract

Budaya tatakrama telah lama menjadi fondasi kehidupan masyarakat di desa-desa Indonesia, mengatur hubungan antarindividu dan mencerminkan identitas budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, budaya tatakrama di desa mulai menunjukkan tanda-tanda melemah akibat modernisasi, globalisasi, dan perubahan sosial. Teknologi informasi seperti media sosial memperkenalkan nilai-nilai asing yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai lokal, menyebabkan sikap individualisme, kurangnya rasa hormat, dan konflik antar generasi. Selain itu, peran lembaga adat, tokoh masyarakat, dan pendidikan formal yang minim menguatkan pergeseran nilai-nilai tradisional, semakin mempercepat erosi budaya tatakrama. Dampaknya tidak hanya terasa dalam hubungan sosial, tetapi juga pada stabilitas sosial, hilangnya solidaritas, dan identitas budaya lokal yang perlahan memudar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penyebab utama melemahnya budaya tatakrama di desa dari perspektif sosial dan kultural. Kajian ini akan mengeksplorasi bagaimana modernisasi, globalisasi, dan perubahan sosial mempengaruhi nilai-nilai tatakrama, serta bagaimana generasi muda dan institusi lokal berkontribusi dalam pelestarian atau pergeseran budaya tersebut. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi dan studi kasus, melalui observasi, wawancara, dan diskusi kelompok untuk mengungkap makna dan pengalaman masyarakat desa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam tentang perubahan budaya tatakrama, sekaligus menyusun langkah-langkah strategis seperti revitalisasi tradisi lokal, pendidikan berbasis nilai-nilai lokal, serta peran keluarga untuk menjaga dan menghidupkan kembali budaya tatakrama di tengah tantangan modernisasi. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya menjadi bahan refleksi, tetapi juga berkontribusi nyata dalam melestarikan nilai luhur yang menjadi kekayaan bangsa, memperkuat identitas budaya, serta menciptakan harmoni sosial di desa-desa yang tengah menghadapi perubahan zaman.
PERAN MEDIA SOSIAL DALAM MENDORONG TREN PERNIKAHAN USIA MUDA Andrean Prayoga; Vita Lukviana Wati
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 8 No. 3 (2025): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v8i3.13233

Abstract

Dalam era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi, tetapi juga membentuk cara pandang, norma sosial, dan perilaku, termasuk dalam hal pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana media sosial berperan dalam mendorong tren pernikahan usia muda di Indonesia. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik studi literatur serta wawancara mendalam terhadap sepuluh pasangan muda yang menikah pada usia di bawah 20 tahun di wilayah Jawa Timur. Data juga didukung dengan analisis konten terhadap unggahan-unggahan di media sosial yang menampilkan narasi pernikahan muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial memainkan peran sentral dalam membentuk persepsi positif terhadap pernikahan muda. Banyak remaja terinspirasi oleh unggahan selebriti, influencer, maupun tokoh agama muda yang mengglorifikasi pernikahan dini sebagai bentuk “hijrah” atau solusi dari hubungan di luar nikah. Selain itu, adanya tekanan sosial untuk mengikuti tren dan “fear of missing out” (FOMO) turut mempercepat keputusan remaja untuk menikah, meskipun belum siap secara ekonomi dan psikologis. Media sosial juga sering kali menyederhanakan realitas pernikahan, menampilkan kebahagiaan semu tanpa memperlihatkan tantangan yang sebenarnya dihadapi pasangan muda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa media sosial berkontribusi besar dalam membentuk opini publik dan persepsi remaja terhadap pernikahan muda, sehingga perlu adanya intervensi melalui peningkatan literasi digital, pendidikan kesehatan reproduksi, serta penguatan peran keluarga dan sekolah dalam mendampingi proses tumbuh kembang remaja secara sehat dan kritis terhadap informasi digital.