Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekuatan dari kedua jenis sambungan tersebut melalui studi literatur. Dengan menggunakan metode narrative review, penelitian ini membandingkan data dari berbagai jurnal nasional yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik sambungan las pada posisi horizontal lebih tinggi (26,845 KN) dibandingkan dengan posisi vertikal (24,634 KN). Variasi ketebalan plat pada sambungan las juga mempengaruhi tegangan yang dihasilkan, dimana plat dengan ketebalan 5 mm menghasilkan tegangan tertinggi sebesar 594,40 N/mm². Jenis pengelasan juga berpengaruh signifikan, dengan pengelasan SMAW menunjukkan kekuatan tarik tertinggi (666,05 MPa). Selain itu, media pendinginan yang digunakan pada hasil pengelasan mempengaruhi kekuatan tarik, dimana oli bekas sebagai media pendingin menghasilkan kekuatan tarik tertinggi (53,415 kg/mm²). Untuk sambungan keling, penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak paku keling yang digunakan, semakin tinggi nilai kekuatan tarik yang dihasilkan. Paku keling 4 memiliki kekuatan tarik lebih tinggi (428,94 N/mm²) dibandingkan paku keling 2 (403,53 N/mm²). Tegangan geser maksimal pada sambungan keling tercatat sebesar 4.891,753 KN, dengan tegangan kerja sebesar 85,75 N/mm² dan efisiensi sambungan sebesar 23,6%. Kesimpulannya, pemahaman mendalam mengenai kekuatan sambungan las dan keling sangat penting bagi mahasiswa teknik mesin dan praktisi industri untuk meminimalisir risiko kecelakaan kerja dan memastikan keamanan serta kehandalan konstruksi.