Dewasa ini, proporsi dan simetrisitas fitur wajah dianggap sebagai penentu persepsi kecantikan, termasuk hidung. Rinoplasti merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk membentuk kembali kontur hidung yang dilakukan dengan indikasi kosmetik ataupun perbaikan masalah klinis. Menurut survei yang dilakukan oleh International Society of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS), rinoplasti termasuk salah satu dari lima besar prosedur estetika paling diminati secara global. Dalam perspektif pasien, hasil akhir dari prosedur adalah masalah mendasar dalam praktik rinoplasti, tidak hanya untuk mengatasi indikasi fungsional tetapi juga aspek estetika, serta dampak keseluruhan dari penyelenggaraan prosedur ini. Tujuan: Penulis ingin menyusun sebuah tinjauan literatur yang terintegrasi mengenai definisi, prosedur pengerjaan, kelebihan, dan kekurangan termasuk komplikasi dari masing-masing tindakan guna memberikan referensi terbaru mengenai komparasi rinoplasti bedah dan non-bedah sebagai dasar pertimbangan pemilihan tindakan. Metode: Pencarian literatur dilakukan melalui database seperti PubMed dan Science Direct dengan kata kunci “rinoplasti”, “rinoplasti bedah”, dan “rinoplasti non-bedah”. Studi lain yang tidak membahas tentang populasi dan sampel yang sesuai dieksklusikan. Hasil: Rinoplasti bedah memberikan hasil permanen dan dapat dilakukan bersama prosedur lain sehingga dapat memenuhi aspek efisiensi, namun waktu pemulihan yang lama, risiko yang cukup rumit, serta biaya yang tinggi harus dipertimbangkan. Sedangkan rinoplasti non-bedah memiliki durasi penegrjaan yang singkat, waktu pemulihan yang lebih cepat, biaya yang lebih rendah, tetapi membutuhkan perawatan yang lebih intensif karena hasil bersifat reversibel. Beberapa komplikasi juga dapat menyertai prosedur ini, seperti oklusi pada pembuluh darah. Kesimpulan: Di antara kedua opsi tersebut, tidak dapat diputuskan secara definitif mengenai prosedur yang lebih unggul karena kedua prosedur memiliki indikasi, manfaat, dan komplikasi yang dapat mempengaruhi setiap kandidat secara subjektif. Maka, diperlukan wawancara komprehensif mengenai riwayat kondisi, hasil yang diharapkan, kemungkinan risiko dan komplikasi, serta riwayat sosiodemografi dan status finansial setiap kandidat sebelum keputusan pemilihan prosedur diambil.