Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Patofisiologi Otitis Media Efusi (OME) Pada Pasien Dengan Refluks Laringofaringeal (LPR) Pasya, Aurora Rahyu; Alica, Tri Yunita; Liow, Chanelia Dirgatni; Rinaldo, Alvin; Adinata, Yonatan
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Otitis media dengan efusi (OME) adalah suatu kondisi di mana terdapat efusi non-purulen pada telinga tengah tanpa disertai perforasi membran timpani. Selama beberapa dekade terakhir, refluks gastroesofageal, yang kemudian dapat berkembang menjadi refluks laringofaringeal, telah diusulkan sebagai salah satu faktor etiologi yang penting untuk OME. Sebuah studi prevalensi pada tahun 2019 menyatakan kejadian OME ditemukan 4,5 kali lebih banyak pada kelompok pasien dengan LPR dibandingkan kelompok tanpa riwayat LPR. Mekanisme patofisiologis ini sering dipertanyakan dalam penelitian terdahulu, karena terdapat berbagai hipotesis yang dapat menjelaskan pengaruh LPR terhadap patogenesis OME. Tujuan: Penulis ingin memberikan referensi baru yang lebih akurat mengenai patofisiologi terjadinya otitis media efusi pada kasus refluks laringofaringeal berdasarkan referensi-referensi yang telah dibuat sebelumnya. Metode: Pencarian literatur dilakukan dengan menggunakan database seperti PubMed, Cochrane Library, dan Science Direct dengan kata kunci “patofisiologi”, “otitis media efusi", “OME”, “refluks laringofaringeal” dan “LPR”. Kriteria inklusi dalam studi ini adalah semua studi yang membahas definisi, etiologi, epidemiologi dan mekanisme patofisiologi OME pada pasien dengan LPR. Literatur-literatur yang memenuhi kriteria inklusi dianalisis secara sistematis dan disajikan dalam bentuk artikel, tabel dan diagram yang sesuai untuk mempermudah pemahaman mengenai patofisiologi otitis media efusi pada kasus refluks laringofaringeal. Hasil: Mekanisme LPR dalam mengembangkan OME dapat dibagi menjadi beberapa kemungkinan sugestif: a) disfungsi tuba Eustachius karena LPR; b) stimulasi inflamasi di telinga tengah oleh H. pylori; dan c) aktivitas proteolitik pepsin di telinga tengah. Konten yang mengalami refluks dari gaster dapat mencapai tuba Eustachius dan menyebabkan obstruksi tuba secara langsung atau menyebabkan inflamasi, adhesi, dan kolaps pada saluran tersebut sehingga memfasilitasi mikroorganisme untuk mengembangkan OME. Di sisi lain, konten refluks yang mengandung bakteri H. pylori dan pepsin juga berperan dalam memicu respon inflamasi yang menyebabkan OME. Kesimpulan: Mekanisme yang paling mungkin menjelaskan patogenesis otitis media efusi (OME) pada kasus refluks laringofaringeal (LPR) terbagi dalam tiga proses patofisiologi utama sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Pembahasan lebih lanjut mengenai upaya eradikasi H. pylori dan modifikasi gaya hidup yang bersifat preventif untuk LPR perlu dilakukan.
Fuchs Uveitis Syndrome : Tinjauan Komprehensif Terkini Gunadi, Angelica; Chandra Sumampouw, Heiddy; Adythia Pause, Andreino; Harlendo, Kent; Rinaldo, Alvin
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Fuchs uveitis syndrome (FUS) adalah kondisi mata kronis, dapat unilateral, ditandai dengan sindrom peradangan ringan menyebabkan katarak dan glaukoma sekunder.Prevalensi FUS lebih tinggi di negara maju dan lebih rendah di negara berkembang. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya akibat kelainan FUS yang kurang dapat dikenali dengan baik kecuali oleh spesialis uveitis. Pada kondisi ini literatur terbaru yang mengulas FUS dari berbagai sumber literatur masih sulit dijumpai.Tujuan: Penulis ingin menyatukan berbagai literatur terkait FUS serta memberikan referensi terbaru terkait FUS. Metode:Sampel diambil menggunakan database Google Scholar, PubMed, Cochrane Library dengan kata kunci “fuchs uveitis syndrome” dalam kurung waktu 5 (lima) tahun. Studi diambil jika memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Hasil:Fuchs uveitis syndrome atau Fuchs heterochromic iridocyclitis merupakan penyebab tersering terjadinya uveitis anterior. Etiologi tersering oleh virus rubela dan sitomegalovirus. Tanda khas dijumpai peradangan ruang anterior, keratik presipitat berbentuk bintang. Kesimpulan: Pemilihan terapi pada kelainan FUS penting untuk diketahui bagi tenaga kesehatan terutama dalam penatalaksanaan dan pencegahan terjadinya komplikasi lanjut.
Patofisiologi Penyakit Meniere pada Pasien Autoimun : Tinjauan Literatur Hidayanti, Dwi; Angreani Wilyo, Febri; Saragih, Melinda; Setyaningrum, Oktavia; Rinaldo, Alvin
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Patofisiologi penyakit meniere pada penyakit autoimun masih menjadi perdebatan. Terdapat beberapa hal yang mengaitkan penyakit meniere dengan autoimun. Pemahaman mengenai patofisiologi penyakit meniere pada pasien autoimun penting untuk diketahui untuk memudahkan diagnosis, namun literatur terkini yang membahas mengenai patofisiologi mengenai penyakit meniere pada pasien autoimun masih sulit dijumpai. Tujuan: Penulis ingin menggabungkan berbagai literatur mengenai patofisiologi penyakit meniere pada autoimun. Metode: Menggunakan kata kunci “Meniere’s disease”, “autoimmune” sampel diambil menggunakan database Google Scholar, PubMed dalam kurung waktu 5 (lima) tahun. Hasil: Beberapa penyakit autoimun yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain; lupus eritematosus sistemik, ankylosing spondylitis, dan rheumatoid arthritis. Hal ini terjadi karena adanya autoantigen pada telinga dalam dan proses biokimiawi lain sehingga menyebabkan keluhan pada penyakit meniere. Kesimpulan: Penyakit meniere diketahui berhubungan dengan proses autoimun dengan melibatkan beberapa proses biokimiawi, diperlukan pembahasan lebih rinci mengenai patofisiologi penyakit meniere dengan autoimun sehingga didapatkan pemahaman mendalam dan tatalaksana yang sesuai.