Latar Belakang: Stroke adalah kejadian defisit neurologis yang terjadi secara mendadak akibat berkurangnya atau terhambatnya suplai darah ke bagian otak tertentu. Stroke menjadi penyebab kematian kelima terbanyak di Amerika Serikat dan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia. Saat ini, pemeriksaan neuroimaging seperti CT Scan dan MRI menjadi gold standard dalam menentukan diagnosis stroke. Namun, pemeriksaan tersebut terbatas, membutuhkan biaya yang mahal, dan memakan waktu. Biomarker menjadi salah satu alat yang saat ini sedang banyak diteliti untuk membantu mendiagnosis stroke secara cepat dan tepat serta digunakan untuk membedakan stroke iskemik dan hemoragik. Tujuan: Mengetahui biomarker terkini yang dapat digunakan untuk membedakan diagnosis stroke iskemik dan hemoragik pada pasien dewasa dan lansia. Metode: Tinjauan literatur dari empat database PubMed, DOAJ, Cochrane, dan Google Scholar yang diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2018-2022. Hasil: Didapatkan 14 literatur yang melaporkan biomarker yang efektif untuk mendiagnosis stroke iskemik dan hemoragik seperti Matrix Metalloproteinase (MMP), Thioredoxin, N-terminal brain natriuretic peptide (NT-proBNP), C-reactive protein (CRP), Sphingosine 1-phosphate (S1P), S100, Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP), dan Cystatin C (CysC). Kesimpulan: Dari literatur ini didapatkan bahwa Matrix Metalloproteinase (MMP), Thioredoxin, N-terminal brain natriuretic peptide (NT-proBNP), C-reactive protein (CRP), dan Sphingosine 1-phosphate (S1P) dapat digunakan sebagai alat diagnosis stroke iskemik. Sedangkan biomarker S100 dan Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP) dapat mendiagnosis stroke hemoragik, sehingga dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis stroke iskemik. Cystatin C (CysC) dapat digunakan sebagai biomarker penanda stroke pada pasien lansia.