Utomo, Karyo
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Gereja Menyikapi Radikalisme di Era Disruptif Rahayu, Yohana Fajar; Utomo, Karyo; Arifianto, Yonatan Alex
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 2: Juni 2023
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i2.122

Abstract

Church and radicalism; An attitude and the role of the church in an era of disruption amid a state of radicalism is to go hand in hand with the church's challenge to rise to light and love. The problem of radicalism is not only a local problem on a small scale but a problem being fought over by world leaders and the church. As part of human life, the church is called out from darkness to become light and as God's mandate amid the world, which naturally fulfills prophecy after prophecy regarding the end times. Where love grows cold, and man becomes selfish. Therefore the church is required to be able to play a role in helping the problem of radicalism by imitating the attitudes and examples of Jesus and his Apostles. For harmony and peace to be the goal of the church to have an impact using descriptive qualitative methods with a literature study approach and looking at the phenomenology of the church's situation in society, it can be concluded that the church exists to side with the truth and prioritize love, so the true church knows the meaning of the essence of the church as light and to be a blessing for humans because the existence of radicalism as a challenge to the church will bring the attitude and responsibility of the church to follow Jesus' example to fight with love and challenge the church in an era of disruption amid radicalism. Abstrak Gereja dan radikalisme; Sebuah sikap dan juga peran gereja dalam era disrupsi di tengah keadaan radikalisme adalah berjalan selaras dengan tantangan gereja untuk bangkit menjadi terang dan kasih. Permasalahan radikalisme bukan hanya menjadi masalah lokal dalam skala kecil, namun menjadi masalah yang digumulkan oleh pemimpin dunia dan gereja. Gereja sebagai bagian dari kehidupan manusia yang dipanggil keluar dari kegelapan untuk menjadi terang dan juga sebagai mandataris Tuhan di tengah dunia yang secara natural menggenapi nubuatan demi nubuatan terhadap akhir zaman. Di mana kasih menjadi dingin dan manusia akan mementingkan dirinya sendiri. Oleh karena itu gereja dituntut untuk dapat berperan dalam membantu masalah radikalisme dengan meneladani sikap dan teladan dari Yesus dan para Rasulnya. Supaya kerukunan dan kedamaian menjadi tujuan gereja berdampak menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur dan melihat fenomenologi keadaan gereja ditengah masyarakat, dapat disimpulkan bahwa gereja hadir untuk berpihak kepada kebenaran dan mengutamakan kasih, maka gereja sejatinya mengetahui arti akan hakikat gereja sebagai terang dan menjadi berkat bagi manusia. Sebab adanya radikalisme sebagai tantangan gereja akan membawa sikap dan tanggung jawab gereja untuk mengikuti keteladanan Yesus memerangi dengan penuh kasih dan tantangan gereja dalam era disrupsi di tengah radikalisme.
Radikalisme dan Gereja berbasis Primodial: Sikap dan Peran Gereja Terhadap Radikalisme dan Primodial di Era Disrupsi Santoso, Anton; Utomo, Karyo
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Teologi dan Pentakosta Indonesia - April 2023
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i1.59

Abstract

Radicalism is like a shock wave that has shocked and awakened the world from its beautiful dream, this nation is no exception. Radicalism in Indonesia is a real threat, almost all parts of Indonesia have this potential. Radicalism is a problem that must be resolved by all children of the nation, not only certain entities but all components of the nation, including the church in particular. The church as a representative of heaven must be able to embody the message of Jesus the head of the church for the motherland of Indonesia, and be able to produce solutions for the life of the nation and state as the implementation of the vision of heaven in the midst of a pluralistic nation, without giving up its primordial identity in the midst of an era of disruption. This is a challenge for the church that was born in the middle of the unitary territory of the Indonesian republic. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that in this research everyone is aware that radicalism can appear not only outside the church but also within the church, not only as a victim but also as a perpetrator so it is hoped that church leaders sensitive to see the social phenomena around him and take part in realizing tolerance, participating in fighting radicalism as the responsibility of fellow children of the nation. Where the true church must be able to be light and salt in all layers of a pluralistic society both in reality and in the digital era or disruption as it is today. So the primordial church that triggers disputes between churches and believers must be removed by looking back at the message from Jesus' teachings to be a light for others.AbstrakRadikalisme seperti gelombang kejut yang telah menghentakan dan membangunkan dunia dari mimpi indahnya tak kecuali bangsa ini, Radikalisme di Indonesia merupakan ancaman nyata hampir di seluruh bagian wilayah di Indonesia memiliki potensi tersebut, radikalisme merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh semua anak bangsa tidak hanya etentitas tertentu tetapi semua komponen bangsa tak terkecuali gereja secara khusus.  Gereja sebagai represntatif sorga harus mampu mengejawantakankan pesan Yesus kepala gereja bagi bumi pertiwi Indonesia, serta mampu melahirkan solusi bagi kehidupan bangsa dan negara sebagai implementasi visi sorga di tengah tengah bangsa yang majemuk.tanpa melepaskan identitas primodialimesnya di tengah era disrupsi. Ini merupakan tantangan bagi gereja yang lahir di tengah tengah  wilayah kesatuan republik Indonesia. Mengunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literatur maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini supaya setiap orang sadar bahwa radikalisme dapat muncul bukan hanya terjadi di luar gereja saja namun juga dalam gereja, bukan hanya sebagi korban namun dapat pula sebagai pelaku sehingga di harapkan pemimpin pemimpin gereja peka untuk melihat gejala sosial disekitarnya dan mengambil bagian  mewujudkan toleransi, turut serta memerangi radikalisme sebagai tanggung sesama anak bangsa. Dimana sejatinya gereja harus bisa menjadi terang dan garam di semua lapisan masyarakat majemuk baik secara nyata maupun era digital atau disrupsi seperti sekarang ini. Maka primodial gereja yang memicu perselisihan antar gereja dan orang percaya harus dihilangkan dengan melihat kembali pesan dari ajaran Yesus untuk menjadi terang bagi sesama.