Rahayu, Yohana Fajar
Unknown Affiliation

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Gereja Menyikapi Radikalisme di Era Disruptif Rahayu, Yohana Fajar; Utomo, Karyo; Arifianto, Yonatan Alex
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 2: Juni 2023
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i2.122

Abstract

Church and radicalism; An attitude and the role of the church in an era of disruption amid a state of radicalism is to go hand in hand with the church's challenge to rise to light and love. The problem of radicalism is not only a local problem on a small scale but a problem being fought over by world leaders and the church. As part of human life, the church is called out from darkness to become light and as God's mandate amid the world, which naturally fulfills prophecy after prophecy regarding the end times. Where love grows cold, and man becomes selfish. Therefore the church is required to be able to play a role in helping the problem of radicalism by imitating the attitudes and examples of Jesus and his Apostles. For harmony and peace to be the goal of the church to have an impact using descriptive qualitative methods with a literature study approach and looking at the phenomenology of the church's situation in society, it can be concluded that the church exists to side with the truth and prioritize love, so the true church knows the meaning of the essence of the church as light and to be a blessing for humans because the existence of radicalism as a challenge to the church will bring the attitude and responsibility of the church to follow Jesus' example to fight with love and challenge the church in an era of disruption amid radicalism. Abstrak Gereja dan radikalisme; Sebuah sikap dan juga peran gereja dalam era disrupsi di tengah keadaan radikalisme adalah berjalan selaras dengan tantangan gereja untuk bangkit menjadi terang dan kasih. Permasalahan radikalisme bukan hanya menjadi masalah lokal dalam skala kecil, namun menjadi masalah yang digumulkan oleh pemimpin dunia dan gereja. Gereja sebagai bagian dari kehidupan manusia yang dipanggil keluar dari kegelapan untuk menjadi terang dan juga sebagai mandataris Tuhan di tengah dunia yang secara natural menggenapi nubuatan demi nubuatan terhadap akhir zaman. Di mana kasih menjadi dingin dan manusia akan mementingkan dirinya sendiri. Oleh karena itu gereja dituntut untuk dapat berperan dalam membantu masalah radikalisme dengan meneladani sikap dan teladan dari Yesus dan para Rasulnya. Supaya kerukunan dan kedamaian menjadi tujuan gereja berdampak menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur dan melihat fenomenologi keadaan gereja ditengah masyarakat, dapat disimpulkan bahwa gereja hadir untuk berpihak kepada kebenaran dan mengutamakan kasih, maka gereja sejatinya mengetahui arti akan hakikat gereja sebagai terang dan menjadi berkat bagi manusia. Sebab adanya radikalisme sebagai tantangan gereja akan membawa sikap dan tanggung jawab gereja untuk mengikuti keteladanan Yesus memerangi dengan penuh kasih dan tantangan gereja dalam era disrupsi di tengah radikalisme.
Tugas Misi dalam Era Pluralisme: Menyebarkan Kebenaran Injil Dalam Misiologi Kontekstual Indarsih, Titi; Rahayu, Yohana Fajar; Arifianto, Yonatan Alex
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 1 (2024): Ritornera Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i1.84

Abstract

AbstractIn the era of a very pluralistic society and growing pluralism, the shyness towards the existence of a good society. Sometimes it makes us reluctant to keep witnessing the news of salvation. This is the challenge for the church to spread the truth of the gospel becomes increasingly complex. Especially in areas that have a majority of beliefs there are many challenges in preaching the gospel. So in mission to pluralistic societies, this article echoes contextual missiology which offers a relevant and context-centered approach to understanding and responding to changes in heterogeneous societies. This article presents a study of the task of mission in the context of pluralism, emphasizing the importance of effectively spreading the truth of the gospel within the framework of contextual missiology. It provides a view of Christianity on the nature of missiology in a biblical perspective, and also states that there are complex challenges in spreading the gospel. So this basis should be the task of mission and Pluralism and the important role of Contextual Missionology in a pluralistic society. So that all this becomes the basis and importance of Christianity's actuality in mission, using New Testament Bible verses as a basis. Thus, this article encourages church leaders and Christians to motivate themselves by actualizing themselves to be actively involved in broadcasting the gospel, with the awareness of the many challenges, but also a good opportunity for Christians to convey the news of salvation in today's pluralistic society. AbstrakDalam era masyarakat yang sangat majemuk dan pluralisme yang semakin berkembang, Rasa Sungkan terhadap keberadaan yang masyarakat yang sudah baik. Terkadang membuat kita enggan untuk tetap bersaksi tentang kabar keselamatan. Inilah yang menjadi tantangan bagi gereja untuk menyebarkan kebenaran injil menjadi semakin kompleks.  Terlebih di daerah yang memiliki mayoritas kepercayaan ada banyak tantangan dalam memberitakan Injil. Maka dalam misi kepada masyarakat majemuk, artikel ini mendengungkan misiologi kontekstual yang mana hal ini menawarkan pendekatan yang relevan dan berpusat pada konteks untuk memahami dan merespons perubahan masyarakat yang heterogen. Artikel ini menyajikan studi mengenai tugas misi dalam konteks pluralisme, dengan menekankan pentingnya menyebarkan kebenaran injil secara efektif dalam kerangka misiologi kontekstual. Yang memberikan pandangan terhadap kekristenan tentang hakikat Misiologi dalam Persepektif  Alkitabiah, dan juga menyatakan bahwa dalam bermisi ada tantangan yang Kompleks dalam Menyebarkan Injil. Maka dasar ini harusnya menjadi tugas misi dan Pluralisme serta peran penting Misiologi Kontekstual dalam masyarakat pluralistic. Sehingga semua ini menjadi dasar dan pentingnya aktualitas kekristenan dalam bermisi, dengan menggunakan ayat-ayat Alkitab Perjanjian Baru sebagai dasar. Sehingga artikel ini mendorong pemimpin gereja dan kekristenan untuk memotivasi dengan mengaktualisasikan diri mereka sendiri untuk terlibat aktif dalam penyiaran injil, dengan kesadaran akan banyaknya tantangan, namun juga menjadi kesempatan yang baik bagi kekristenan untuk menyampaikan kabar keselamatan dalam masyarakat pluralistik dewasa ini. 
Dari Yerusalem ke Ujung Bumi: Studi Biblikal tentang Perintah Yesus untuk Penginjilan Sunarko, Andreas Sese; Hermin, Hermin; Rahayu, Yohana Fajar
JURNAL TERUNA BHAKTI Vol 7, No 1: Agustus 2024
Publisher : SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN TERUNA BHAKTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47131/jtb.v7i1.207

Abstract

Misi Kristen dan penginjilan merupakan bagian penting dari kekristenan dan elemen penting dalam iman Kristen yang berakar pada mandat Tuhan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya untuk memberitakan kabar sukacita yaitu Injil ke seluruh dunia. Latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah pentingnya pemahaman teologis yang mendalam tentang alasan dan urgensi penginjilan bagi orang Kristen, yang sering kali kurang dipahami atau diterapkan secara konsisten dalam kehidupan gereja modern dewasa ini. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis dasar biblikal dari perintah Yesus untuk penginjilan, dengan fokus pada narasi Alkitab dari Yerusalem hingga ke ujung bumi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif deskritif dengan pendekatan studi Pustaka dan dengan analisis teks Alkitab, melibatkan studi eksegesis dan hermeneutika terhadap ayat-ayat kunci terkait penginjilan dalam nats Dari Yerusalem ke Ujung Bumi dan juga ayat pendukung dalam Perjanjian Baru. Melalui kajian ini, dapat disimpulkan bahwa perintah penginjilan merupakan mandat ilahi yang didasarkan pada kasih Allah terhadap seluruh umat manusia dan keinginan-Nya untuk menyelamatkan semua orang. Tentunya penginjilan bukan hanya tugas individu Kristen tetapi juga panggilan kolektif gereja yang harus dilaksanakan dengan kesungguhan hati, keberanian, dan pentingnya ketaatan kepada amanat agung Kristus, dengan mengikuti jejak para rasul yang memulai penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke ujung bumi.
Etika Kristen dalam Platform Digital: Upaya Meningkatkan Moralitas dan Karakter Kristiani Rahayu, Yohana Fajar; Yasin, Harlin
EPIGRAPHE (Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani) Vol 8 No 1: Mei 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v8i1.326

Abstract

In the era of increasingly sophisticated social media and increasingly dominating everyday life, new challenges have emerged in implementing Christian ethics and maintaining morality and character in cyberspace. The background of this study focuses on the negative impacts of social media, such as the spread of hoaxes, hate speech, and cyberbullying, which can erode moral values ??in society. And give rise to flawed characters in the development of Christianity. The research method used is a descriptive qualitative method with a literature study approach, so it can be concluded that Christianity needs to be aware of the influence of social media on Christian values and the existence of Christian ethical principles in interacting on social media. This is due to the challenges and moral dilemmas in cyberspace. Therefore, the role of the church and Christianity is to initiate a movement in the role of the church to improve morality on social media. This contributes to enhancing morality and creating more constructive interactions in cyberspace.   Abstrak Di era media sosial yang semakin canggih dan semakin mendominasi kehidupan sehari-hari, muncul tantangan baru dalam menerapkan etika Kristen serta menjaga moralitas dan karakter di dunia maya. Latar belakang penelitian ini berfokus pada dampak negatif dari media sosial, seperti penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan cyberbullying, yang dapat mengikis nilai-nilai moral dalam masyarakat. Dan menimbulkan karakter yang tidak baik dalam perkembangan agama Kristen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur, sehingga dapat disimpulkan bahwa kekristenan perlu mewaspadai pengaruh media sosial terhadap nilai-nilai kekristenan, dan juga adanya prinsip-prinsip etika kekristenan dalam berinteraksi di media sosial. Hal ini dikarenakan adanya isu tantangan dan dilema moral di dunia maya. Oleh karena itu, peran gereja dan kekristenan adalah menginisiasi sebuah gerakan dalam peran gereja untuk meningkatkan moralitas di media sosial. Hal ini berkontribusi pada peningkatan moralitas dan menciptakan interaksi yang lebih konstruktif di dunia maya.  
Gembala Sidang sebagai Pembela Kemanusiaan: Peran Etis Teologis Kristen dalam Menanggapi Isu HAM dan Tanggung Jawab Sosial Arifianto, Yonatan Alex; Sumual, Elisa Nimbo; Rahayu, Yohana Fajar
ELEOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 4 No. 2 (2025): Januari 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kalvari Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53814/eleos.v4i2.159

Abstract

Abstracts: Human rights and social justice issues are increasingly dominating global attention, with major challenges in the form of discrimination, economic inequality, and political oppression.  Therefore, the role of pastors as spiritual and moral leaders is essential in guiding Christians to fight for human rights. And socially responsible as part of the value of being a blessing and light of the world. Because the teachings of Christianity and the biblical value of respect for human dignity and worth have great potential to be translated into concrete social action for peacemakers. This article aims at the role of pastors in supporting human rights and social responsibility through religious teachings. Which can be translated by pastors in a broader social context, especially in the face of contemporary social issues and increasingly pressing human rights issues. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that pastors play an important role in educating people about social justice and human rights, as well as mobilising social actions that support more just social change. This is expressed in knowing the nature and principles of biblical shepherd values. So that the role of shepherds in the defence of human rights and the value of shepherd social responsibility in the contemporary context can integrate religious teachings in social practices that serve as a moral foundation for more just and humane social actions. Abstrak: Isu hak asasi manusia dan keadilan sosial semakin mendominasi perhatian global, dengan tantangan besar berupa diskriminasi, ketidaksetaraan ekonomi, dan penindasan politik.  Oleh sebab itu diperlukan peran gembala sebagai pemimpin rohani dan moral sangat urgnet  dalam membimbing kekristenan untuk memperjuangkan hak asasi manusia. Dan bertanggung jawab secara sosial sebagai bagian dari nilai menjadi berkat dan terang dunia. Sebab ajaran kekristenan dan nilai alkitabiah dalam penghargaan terhadap martabat dan harkat manusia, memiliki potensi besar untuk diterjemahkan menjadi aksi sosial yang konkret bagi jemaat pembawa damai. Artikel ini memiliki tujuan peran gembala dalam mendukung hak asasi manusia dan tanggung jawab sosial melalui ajaran agama. Yang mana hal itu dapat diterjemahkan oleh gembala dalam konteks sosial yang lebih luas, terutama dalam menghadapi isu-isu sosial kontemporer dan masalah hak asasi manusia yang semakin mendesak. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka maka dapat disimpulkan bahwa gembala berperan dalam mengedukasi umat tentang keadilan sosial dan hak asasi manusia, serta menggerakkan aksi-aksi sosial yang mendukung perubahan sosial yang lebih adil.  Hal ini dinyatakan dalam mengetahui akan hakikat dan prinsip nilai gembala dalam alkitabiah. Sehingga peran gembala dalam pembelaan hak asasi manusia dan nilai tanggung jawab sosial gembala dalam konteks kontemporer yang dapat mengintegrasi ajaran agama dalam praktik sosial yang berfungsi sebagai landasan moral bagi tindakan sosial yang lebih adil dan berperikemanusiaan.
PERAN PENDIDIKAN KRISTEN DALAM MENGATASI KRISIS KESEHATAN MENTAL DI KALANGAN GENERASI MUDA Arifianto, Yonatan Alex; Rahayu, Yohana Fajar
Metanoia Vol 7 No 1 (2025): Metanoia Januari 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55962/metanoia.v7i1.173

Abstract

Krisis kesehatan mental di kalangan generasi muda telah menjadi fenomena yang tidak bisa dibiarkan saja saat ini. Dan hal itu semakin mengkhawatirkan, dengan meningkatnya angka gangguan kecemasan, depresi, dan stress bahkan bunuh diri. Faktor-faktor seperti tekanan sosial, media sosial, masalah keluarga, dan ketidakpastian masa depan turut memperburuk situasi ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkaji peran pendidikan Kristen dalam mengatasi krisis kesehatan mental generasi muda, dengan mengkaji integrasi dengan pendekatan teologis. Menggunakan metodekualitatif deskritif dan dengan pendekatan kualitatif dengan analisis literatur yang mendalam, membuahkan kesimpulan bahwa pendidikan pentingnya memahami hakikat kesehatan mental yang menjadi fenomena dewasa ini, sehingga pendidikan kristen dan generasi muda dapat berjalan bersama dalam ranah teologi. Yang pada akhirnya peran pendidikan kristen dalam mengatasi krisis kesehatan mental dapat diaktualisasi oleh semua elemen organisasi keagamaan dan keluarga, di mana kolaborasi antara gereja, lembaga pendidikan, dan semua elemen masyarakat untuk menciptakan solusi yang lebih holistik. Sebab pendidikan Kristen dapat memberikan landasan spiritual yang kuat dalam mengatasi gangguan mental, dengan memperkenalkan nilai-nilai dan ajaran alkitabiah.
Peran Podcast dalam Penginjilan Digital, Upaya Gereja terhadap Misi dan Pembentukan Etis Teologis Jemaat di Era disrupsi Suseno, Aji; Arifianto, Yonatan Alex; Rahayu, Yohana Fajar
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v5i1.123

Abstract

The development of internet of thoughts technology, in an era of increasingly massive digital disruption, the church faces new problems in delivering the message of the Great Commission. Where busyness and the internet that changes the culture of communication becomes a new opportunity in digital mission. One of the tools that is now increasingly popular is podcasts, a medium that allows evangelism to be carried out more flexibly and accessibly. The role of podcasts in digital evangelism is becoming increasingly relevant given the high internet penetration and people's preference for audio content consumption. This study aims to examine how churches utilise podcasts as a tool to support evangelistic missions and theological ethical formation of congregations in the midst of changing times. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach and content analysis of podcasts uploaded on digital platforms.  The conclusions of the findings of this study indicate that digital mission is actually in the order of the Great Commission. and the role of podcasts in digital evangelism provides new opportunities for wider and deeper evangelism, expanding the reach of the gospel message among all audiences. This is what educates the church in building a culture of mission and forming digital ethics. although there is an influence of digital evangelism on the mission of the church, the formation of digital ethics in evangelism. this is an opportunity and challenge in digital evangelism through podcasts. In addition, podcasts are also an important tool in shaping theological understanding and church ethics that are more relevant in this era of disruption.  Therefore, the church can utilise podcasts as a medium that is adaptive to cultural and technological changes, strengthening the relevance of evangelistic mission in a changing world.AbstrakPerkembangan teknologi internet of Thinks, di era disrupsi digital yang semakin massif, gereja menghadapi persoalan baru dalam menyampaikan pesan  Amanat Agung. Di mana kesibukan dan internet yang merubah budaya komunikasi menjadi peluang baru di misis digital. Salah satu sarana yang kini semakin populer adalah podcast, sebuah media yang memungkinkan penginjilan dilakukan secara lebih fleksibel dan aksesibel. Peran podcast dalam penginjilan digital menjadi semakin relevan mengingat penetrasi internet yang tinggi dan preferensi masyarakat terhadap konsumsi konten audio. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana gereja memanfaatkan podcast sebagai alat untuk mendukung misi penginjilan dan pembentukan etis teologis jemaat di tengah perubahan zaman. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka dan analisis konten podcast yang diupload di platform digital.  Adapaun kesimpulan dari temuan  penelitian ini menunjukkan bahwa sejatinya digital misi dalam perintah Amanat Agung. dan peran podcast dalam penginjilan digital memberikan peluang baru untuk penginjilan yang lebih luas dan mendalam, memperluas jangkauan pesan Injil di kalangan semua audiens. Hal inilah yang menjadi edukasi jemaat dalam membangun budaya misi dan membentuk etika digital. walaupun adanya pengaruh penginjilan digital terhadap misi gereja pembentukan etika digital dalam penginjilan. ini menjadi kesempatan dan tantangan dalam penginjilan digital melalui podcast. Selain itu, podcast juga menjadi sarana penting dalam membentuk pemahaman teologis dan etika gereja yang lebih relevan di era disrupsi ini.  Maka itu gereja dapat memanfaatkan podcast sebagai media yang adaptif terhadap perubahan budaya dan teknologi, memperkuat relevansi misi penginjilan dalam dunia yang terus berubah.
Peran Gembala dalam mendidik Keuangan dalam Perspektif Etis teologis dan Moral terhadap Fenomena Pinjaman Online di Kalangan Jemaat Gereja Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim; Rahayu, Yohana Fajar
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 7, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - Februari 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v7i1.347

Abstract

Fenomena pinjaman online atau pinjol di Indonesia semakin berkembang pesat, signifikan terutama di kalangan masyarakat yang mengalami kesulitan akses keuangan dan sumber daya. Di tengah situasi ini, banyak masyarakat yang terjerat dalam utang pinjaman online akibat perilaku konsumtif yang dipicu oleh kondisi ekonomi yang sulit, terutama setelah pandemi Covid-19. Hal ini menimbulkan tantangan bagi gereja, khususnya bagi para gembala, untuk memberikan bimbingan moral dan etis terkait pengelolaan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran gembala dalam mendidik jemaat mengenai etika keuangan Kristen yang sesuai nilai alkitabiah, serta bagaimana ajaran teologis dan moral dapat diterapkan dalam menghadapi fenomena pinjaman online. Menggunakan metode penelitian kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature yang menganalisis literatur teologis mengenai etika keuangan Kristen, serta kebijakan gereja dalam mengelola masalah keuangan jemaat. Dapat disimpulkan bahwa gembala memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing jemaat agar memahami prinsip-prinsip etika Kristen dalam mengelola keuangan. Oleh karena itu jemaat dapat memahami hakikat dan fenonema pinjaman online serta keuangan Kristen  dalam bingkai alkitabiah dan moral. Hal ini menjadi bagian peran gembala dalam pendidikan etika keuangan dan implementasinya. Sehingga pendidikan etika ini dapat diaktualisasi oleh gembala dalam peran potensi  solusi bagi jemaat. Yang mana gembala harus aktif memberikan pendidikan keuangan yang berbasis moral Kristen, serta menyediakan solusi yang tepat agar jemaat tidak terjebak dalam praktek pinjaman online yang merugikan. terlebih gereja perlu mengintegrasikan ajaran etika keuangan dalam pembinaan jemaat untuk mencegah dampak negatif dari pinjaman online.
Etis Teologi Kristen dalam Menyikapi Gerakan #MeToo: Membaca Makna Kesetaraan Gender dalam Konteks Teologi dan Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual Arifianto, Yonatan Alex; Rahayu, Yohana Fajar
KHAMISYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 2, No 2 (2025): APRIL
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Batu, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71415/jkmy.v2i2.42

Abstract

The #MeToo movement has brought global attention to issues of sexual harassment and gender inequality, sparking widespread debates about women's rights and safe spaces for victims of crime. In the context of Christian theology, this issue is often faced with the challenge of interpreting teachings that can maintain gender hierarchy. This article aims to examine the ethics of Christian theology in response to the #MeToo movement, with a focus on gender equality and the protection of victims of sexual violence. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it is concluded that Christianity needs to reinterpret biblical teachings in the context of gender equality. Which indeed focuses on the theology of feminism and religious perspectives on women and certainly narrates the role of Christian theological ethics in Responding to Sexual Violence. So that Christianity can theologically analyse gender equality in religious teachings in responding to the #metoo movement.  This is very much needed because Christian theology has the capacity to become an agent of change in supporting gender equality and fighting sexual violence, although it requires a more progressive transformation of thought in the interpretation of religious teachings.AbstrakGerakan #MeToo telah membawa perhatian global terhadap isu pelecehan seksual dan ketidaksetaraan gender, memicu perdebatan luas tentang hak perempuan dan ruang aman bagi korban tindak kejahatan. Dalam konteks teologi Kristen, masalah ini sering kali dihadapi dengan tantangan interpretasi ajaran yang dapat mempertahankan hierarki gender. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji terkait etika teologi Kristen dalam merespons gerakan #MeToo, dengan fokus pada kesetaraan gender dan perlindungan terhadap korban kekerasan seksual. Menggunkan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature, maka disimpulkan bahwa perlunya kekristenan dalam reinterpretasi ajaran Alkitab terkait konteks kesetaraan gender. Yang memang berfokus pada teologi feminisme dan perspektif agama terhadap perempuan dan tentu menarasikan peran etika teologis Kristen dalam Menyikapi Kekerasan Seksual. Sehingga kekristenan dapat menganalisis teologis terhadap kesetaraan gender dalam ajaran agama dalam merespons gerakan #metoo.  Hal itu sangat dibutuhkan sebab teologi Kristen memiliki kapasitas untuk menjadi agen perubahan dalam mendukung kesetaraan gender dan melawan kekerasan seksual, meskipun memerlukan transformasi pemikiran yang lebih progresif dalam interpretasi ajaran agama. Kata Kunci:  Teologi Kristen, Gerakan #MeToo, Kesetaraan Gender, Kekerasan Seksual.
Relevansi Pendidikan Kristen dalam Membentuk Resiliensi Iman Remaja Generasi Z terhadap Pemikiran Kristen Progresif dari Bingkai Teologi Kristen Arifianto, Yonatan Alex; Sumual, Elisa Nimbo; Rahayu, Yohana Fajar
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i1.421

Abstract

Social changes and technological advancements, generation Z (Gen Z) teenagers face issues and challenges maintaining their Christian faith, especially with the emergence of progressive Christian thought that offers reinterpretations of traditional teachings that strongly deviate from doctrinal orthodoxy. This thinking often puts forward values of inclusivity such as including the view that salvation is not only limited to those who explicitly identify as Christians by believing in Jesus, but can also include individuals from other religious backgrounds or beliefs, as long as they live a life of love, kindness, and morality and there is also the value of relativism that has the potential to influence teenagers' faith beliefs. The purpose of this research is to make the relevance of Christian education in strengthening the resilience of Gen Z teenagers' faith against the influence of progressive Christian thought. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, which examines relevant literature on Christian education, faith resilience, and progressive Christian thought. It can be concluded that Christian education based on the teachings of the Bible can actually form the resilience of teenagers' faith against the influence of progressive Christianity. So it is necessary to understand progressive Christianity and its thinking, so that generation Z in the era of globalisation development, can receive teaching from Christian education and the importance of Gen Z teenagers' faith resilience. This starts from the strategic of Christian education in the integrity of teenagers' faith in the midst of the flow of progressive Christian thought and in the midst of the flow of thoughts that continue to develop but deviate. AbstrakPerubahan sosial dan kemajuan teknologi, remaja generasi Z (Gen Z) menghadapi persoalan dan tantangan mempertahankan iman Kristen mereka, terutama dengan munculnya pemikiran Kristen progresif yang menawarkan reinterpretasi ajaran tradisional yang sangat menyimpang dari doktrin ortodoksi. Pemikiran ini sering kali mengedepankan nilai-nilai inklusivitas seperti  mencakup pandangan bahwa keselamatan tidak hanya terbatas pada mereka yang secara eksplisit mengidentifikasi diri sebagai Kristen dengan percaya pada Yesus, tetapi juga dapat mencakup individu dari latar belakang agama atau keyakinan lain, selama mereka menjalani kehidupan yang penuh kasih, kebaikan, dan moralitadan juga ada nilai relativisme yang berpotensi memengaruhi keyakinan iman remaja. Tujuan dari penelitian ini supaya relevansi pendidikan Kristen dalam memperkuat ketahanan iman remaja Gen Z terhadap pengaruh pemikiran Kristen progresif. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka, yang mengkaji literatur yang relevan mengenai pendidikan Kristen, resiliensi iman, dan pemikiran Kristen progresif. Dapat disimpulkan pendidikan Kristen yang berbasis pada ajaran Alkitab sejatinya dapat membentuk ketahanan iman remaja terhadap pengaruh Kristen progresif. Maka perlunya memahami Kristen progresif dan pemikirannya, sehingga generasi Z di era perkembangan Globalisasi, dapat menerima pengajaran dari pendidikan Kristen dan pentingnya  resiliensi iman remaja Gen Z. Hal ini dimulai dari  strategis Pendidikan Kristen dalam integritas iman remaja di tengah arus pemikiran  Kristen progresif dan di tengah arus pemikiran yang terus berkembang namun menyimpang.