Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Cultural Expression of Aesthetic in Laker Paintings of Sanggar Ganesha in Palembang Mubarat, Husni; Suharto, Suharto; Pebriyani, Nyoman Dewi
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 26, No 2 (2024): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Publisher : LPPM Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/ekspresi.v26i2.4437

Abstract

Social, economic, and demographic changes in Palembang, such as artists' migration to Yogyakarta and shifting community preferences towards Laker paintings, have impacted the sustainability of the aesthetic of Laker paintings at Sanggar Ganesha in Palembang. This research aims to examine the aesthetic elements of Laker paintings and how these elements reflect local wisdom and reveal symbolic meanings embedded in Laker paintings at Sanggar Ganesha, Palembang. The research method employed is qualitative descriptive. Data collection involved direct observation of Laker paintings, in-depth interviews with artists and key informants at Sanggar Ganesha, and literature review from relevant sources. Data analysis utilized intra-aesthetic analysis techniques to examine visual elements and painting techniques, and extra-aesthetic analysis to explore social, cultural, and philosophical aspects within Palembang's Laker paintings. Findings reveal that Laker paintings at Sanggar Ganesha, Palembang, exhibit unique aesthetic richness reflected through the use of traditional mediums such as Lak varnish, gold leaf, and Chinese ink. These mediums not only provide distinctive visual dimensions but also preserve the authenticity of Laker painting techniques. Elements like monochromatic golden hues, black color usage to highlight crucial details, and the smooth texture derived from Lak varnish application enrich both visual and symbolic dimensions of the paintings. Additionally, Laker paintings at Sanggar Ganesha depict cultural symbols and traditional Palembang values such as the Masjid Agunge, Ampera Jembatan, Rumah Rakit, and the atmosphere of the Sungai Musi, all reflected in visual representations.
SULIM PADA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA EKSISTENSI, PERUBAHAN DAN KEBERLANJUTAN Simanjuntak, Eva Florida; Pebriyani, Nyoman Dewi; Suharto, Suharto
Journal of Social Science Vol. 1 No. 2 (2024): Journal Of Social Science
Publisher : PT ANTIS INTERNATIONAL PUBLISHER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61796/ijss.v1i2.9

Abstract

Sulim adalah seruling bambu milik masyarakat Batak Toba, merupakan salah satu dari sekian banyak instrumen musik tradisional Batak Toba. Instrumen ini adalah salah satu instrumen dari ansambel Gondang Hasapi yang sering digunakan untuk mengiringi upacara adat. Sulim sangat dekat dalam kehidupan Batak Toba sehingga masyarakat Batak Toba selalu mengikut sertakan sulim dalam upacara adat. Metode penelitian yang dilakukan yaitu kualitatif dengan tiga langkah yang harus dilakukan yaitu: koleksi, koneksi dan deskripsi. Ada tiga permasalahan yang memerlukan penjelasan dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana eksistensi, Perkembangan Sulim dalam Perkawinan Adat Batak Toba dan Faktor-faktor yang memperngaruhi keberlanjutan Sulim dalam kehidupan Masyarakat Batak Toba. Hasil penelitian menunjukan bahwa upacara perkawinan adat Batak masih dilaksanakan secara ketat. Sulim dijadikan pilihan utama untuk mengiringi upacara disebabkan oleh wilayah nada yang lebih luas di bandingkan dengan instrumen yang lainnya yaitu; hasapi, sarune etek, sarune bolon, dan garantung dan yang lebih penting lagi sulim memiliki ekspresi dan gaya yang khas. Sulim adalah karakter dan ciri musik batak dan Sulim menunjukkan identitas asli adat Batak serta alat musik sulim merupakan warisan leluhur yang harus dipertahankan oleh karena itu setiap upacara perkawinan perlu ada sulim untuk menambah keindahan musik batak.
LANGKAH MELESTARIKAN GOLOK WALAHIR SEBAGAI SALAH SATU IDENTITAS BUDAYA MASYARAKAT SINDANGKERTA TASIKMALAYA Muttaqin, Zulkarnain; Pebriyani, Nyoman Dewi; Suharto, Suharto
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 1 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i01.59493

Abstract

Preserving the cultural identity of the region is the absolute responsibility of all elements of society, as without it, there would be no national identity. Golok Walahir is a crucial cultural artifact from the village of Walahir Sindangkerta, Tasikmalaya, West Java. With the passing of the last skilled blacksmith, Puh Bihot, in 1955, there are no more successors to the maker of Golok Walahir. It is imperative that we take immediate and decisive action to ensure the preservation of Golok Walahir as a fundamental cultural symbol of Walahir Sindangkerta. This study aims to provide clear and actionable steps for the preservation of Golok Walahir for the younger generation. Using qualitative descriptive methods, the research conducted in the village of Walahir involved rigorous fieldwork and data literacy research. The obtained data from the elders and local residents, in combination with previous research and field observations, has been analyzed and structured into a compelling narrative that will resonate with the younger generation and the wider community. The outcomes of this study have resulted in concrete steps for the transfer of information regarding Golok Walahir such as oral, written, digital platform anf prototyping wich is adapted to the needs of the younger generation. In conclusion, it is crucial to undertake precise measures to transfer this preservation information to the younger generation, allowing Golok Walahir to endure as a key cultural identity of Walahir Sindangkerta.Keywords: golok, preservation, sindangkerta, walahiAbstrakMelestarikan identitas budaya daerah adalah kewajiban seluruh elemen masyarakat, karena tanpanya tidak akan ada identitas nasional. Golok Walahir adalah salah satu wujud artefak budaya dari desa Walahir Sindangkerta Tasikmalaya Jawa Barat yang sudah tidak ada lagi penerus pembuatnya, empu pandai besi terakhir yaitu Puh Bihot meninggal pada tahun 1955. Dengan tidak adanya lagi penerus pandai besi pembuat golok Walahir, diperlukan upaya pelestarian agar golok Walahir tetap dapat dijadikan sebagai salah satu identitas budaya Walahir Sindangkerta. Pengkajian ini bertujuan untuk merumuskan langkah-langkah pelestarian golok Walahir bagi generasi muda. Metode yang digunakan kualitatif deskriptif, penelitian dilakukan di desa Walahir, dilakukan selama lima hari dilanjutkan dengan penelitian melalui literasi data selama tiga bulan. Data tentang golok Walahir yang didapatkan dari sesepuh dan warga adat Walahir melalui wawancara, hasil penelitian sebelumnya dan observasi lapangan yang peneliti lakukan dianalisa lalu dideskripsikan menjadi sebuah narasi yang dapat diterima oleh generasi muda dan masyarakat umum. Hasil dari pengkajian ini adalah langkah langkah alih informasi golok Walahir berupa penuturan lisan, tulisan, platform digital dan prototyping golok yang disesuaikan dengan kebutuhan generasi muda. Kesimpulan dari pengkajian ini adalah diperlukan langkah alih informasi pelestarian golok Walahir yang tepat bagi generasi muda sebagai penerus agar golok Walahir lestari sebagai salah satu identitas budaya Walahir Sindangkerta.Kata Kunci: golok, pelestarian, sindangkerta, walahir Authors:Zulkarnain Muttaqin : Institut Seni Indonesia DenpasarNyoman Dewi Pebriyani : Institut Seni Indonesia DenpasarSuharto : Institut Seni Indonesia Denpasar ReferencesAwa, P. (2014, Mei 1). Wawancara golok Walahir. (T. Z. M, Interviewer)Awa, P. (2023, Oktober 9). Wawancara golok Walahir II. (T. Z. M, Interviewer)Devanny Gumulya, M. (2017). Desain Sebagai Strategi di Rencana Bisnis Desain Produk Tas Dengan Pendekatan Teori Semantik. IDEALOG, 275-287.Dolly Simon Kristian, A. F. (2015). Pengembangan Sistem ReplikasiI dan Redundansi Untuk Meningkatkan Kehandalan Basisdata MYSQL . Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer, 523.Husni Mubarat, H. I. (2024). Visualisasi dan Makna Filosofis Tanjak Sebagai Ikon Budaya Lokal Pada Struktur Bangunan Di Kota Palembang. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 148.Lestamega, V. M. (2024). Kajian Estetika Perupa Muda Lukisan Ridha Nursafitri Berjudul: Hedonisme Dalam Pandangan Hidup Minangkabau. Gorga: Jurnal seni Rupa, 151.Muttaqin, T. Z. (2015, 9 16). Rekonstruksi Visual Golok Walahir oleh Pak Awa Sebagai Upaya Pelestarian Identitas Budaya Masyarakat Desa Sindangkerta Kabupaten Tasikmalaya. hal. 149.Muttaqin, T. Z. (2019). Golok Walahir Sebagai Identitas Budaya Masyarakat Desa Sindangkerta Kabupaten Tasikmalaya. ATRAT, 41-50.Nurhandayani, E. F., & Zam, R. (2024). Perancangan logo ' batar fun' sebagai identitas visual dalam board game matematika. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 194.Prasetyo, A. A. (2022). Golok Sebagai Identitas Budaya Betawi. Bekasi: Universitas Mercu Buana.Samson. (2024, April 18). Pewarisan. (T. Z. M, Interviewer)Sernilia Malino, Z. S. (2023). Kajian Organologi Musik Pompang Toraja: Bentuk, Fungsi, dan Makna. Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni,, 87-105.Sulasno, W. F. (2020). Application of Legal Protection of Cultural Products Intellectual Property Machetes Ciomas in the District of Ciomas Regency of Serang. Literatus, 78-86.Zainuri Sabta Nugraha, F. K. (2019). Refleksi Pembelajaran Anatomi Pada Mahasiswa Kedokteran Fase Ketiga Melalui Applied and Clinical Question. Refleksi pembelajaran alternatif, 21-27.
SULIM PADA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA EKSISTENSI, PERUBAHAN DAN KEBERLANJUTAN Simanjuntak, Eva Florida; Pebriyani, Nyoman Dewi; Suharto, Suharto
Journal of Social Science Vol. 1 No. 2 (2024): Journal Of Social Science
Publisher : PT. Antis International Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61796/ijss.v1i2.9

Abstract

Sulim adalah seruling bambu milik masyarakat Batak Toba, merupakan salah satu dari sekian banyak instrumen musik tradisional Batak Toba. Instrumen ini adalah salah satu instrumen dari ansambel Gondang Hasapi yang sering digunakan untuk mengiringi upacara adat. Sulim sangat dekat dalam kehidupan Batak Toba sehingga masyarakat Batak Toba selalu mengikut sertakan sulim dalam upacara adat. Metode penelitian yang dilakukan yaitu kualitatif dengan tiga langkah yang harus dilakukan yaitu: koleksi, koneksi dan deskripsi. Ada tiga permasalahan yang memerlukan penjelasan dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana eksistensi, Perkembangan Sulim dalam Perkawinan Adat Batak Toba dan Faktor-faktor yang memperngaruhi keberlanjutan Sulim dalam kehidupan Masyarakat Batak Toba. Hasil penelitian menunjukan bahwa upacara perkawinan adat Batak masih dilaksanakan secara ketat. Sulim dijadikan pilihan utama untuk mengiringi upacara disebabkan oleh wilayah nada yang lebih luas di bandingkan dengan instrumen yang lainnya yaitu; hasapi, sarune etek, sarune bolon, dan garantung dan yang lebih penting lagi sulim memiliki ekspresi dan gaya yang khas. Sulim adalah karakter dan ciri musik batak dan Sulim menunjukkan identitas asli adat Batak serta alat musik sulim merupakan warisan leluhur yang harus dipertahankan oleh karena itu setiap upacara perkawinan perlu ada sulim untuk menambah keindahan musik batak.