World Health Organization (WHO) dan United National Children’s Fund (UNICEF) menyarankan pemberian ASI eksklusif kepada anak-anak setidaknya selama enam bulan, atau sampai mereka berusia dua tahun, untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak-anak. Selama enam bulan pertama kehidupannya, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Kekurangan stimulasi prolaktin dan oksitosin dapat menyebabkan penurunan produksi ASI selama fase pascapersalinan setelah melahirkan. Hormon prolaktin sangat penting untuk permulaan, sintesis, dan pelepasan ASI, oleh karena itu kadar prolaktin yang rendah dapat menghambat proses laktogenesis. Ibu nifas yang menyusui masuk dalam Kategori ibu rentan gizi. Oleh karena itu, penting untuk menilai kesehatan gizi ibu nifas. Indeks massa tubuh merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menilai kondisi gizi ibu nifas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh terhadap kadar hormon prolaktin pada ibu nifas. Metode penelitian menggunakan desain penelitian analisis observasional cross-sectional, penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif dan dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2021. Populasi penelitian adalah ibu nifas di wilayah operasi Puskesmas Tilango Kabupaten Gorontalo. Ada 39 responden dalam sampel penelitian. Untuk mengukur kadar hormon prolaktin digunakan timbangan berat badan, alat ukur tinggi badan, dan alat Elisa. Bahwa nilai signifikasi atau nilai p value = 0.110 yang berarti nilai signifikasi yaitu p > 0,05. Maka artinya tidak berkolerasi atau tidak ada hubungan yang signifikan antara Indeks massa tubuh dengan kadar hormon prolaktin. Kekuatan hubungan yaitu 0,260 dengan Tingkat hubungan cukup kuat. Tidak ada hubungan indeks massa tubuh terhadap kadar hormon prolaktin pada ibu nifas diwilayah kerja puskesmas Tilango, Kabupaten Gorontalo