Urgensi dari penelitian ini adalah memahami dampak penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan cognitive offloading terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa di era digital dan revolusi industri 4.0, khususnya dalam konteks pendidikan tinggi di Indonesia. Pentingnya urgensi ini diperkuat oleh kebutuhan untuk mengungkap peran Adversity Quotient (AQ) sebagai variabel pemoderasi dalam interaksi kompleks antara teknologi, kognisi, dan kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh ketergantungan AI dan cognitive offloading terhadap kemampuan berpikir kritis, dengan AQ sebagai variabel moderasi. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei, melibatkan 121 mahasiswa Pendidikan Ekonomi FEB UNNES angkatan 2023–2024 sebagai sampel yang ditentukan melalui teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan metode SEM-PLS menggunakan perangkat lunak SmartPLS 4. Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa ketergantungan pada AI berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis (β = 0,348; t = 3,562; p = 0,000). Cognitive offloading tidak menunjukkan pengaruh signifikan (β = 0,022; t = 0,193; p = 0,847). AQ juga tidak berperan sebagai moderator pada hubungan AI maupun cognitive offloading dengan kemampuan berpikir kritis (β = -0,039; t = 0,259; p = 0,796) dan (β = -0,064; t = 0,437; p = 0,662). Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan AI dalam pendidikan tidak melemahkan, melainkan justru meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Kurikulum perlu disesuaikan agar dosen dapat merancang tugas yang menuntut pemikiran strategis dengan dukungan AI. Meskipun AQ tidak memoderasi pengaruh AI, penguatan karakter seperti kemandirian, resiliensi, dan ketahanan mental tetap diperlukan dalam proses pendidikan.