Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan hipertensi dengan osteoarthritis genu (radiografi konvensional) di RS Royal Taruma Jakarta Barat Fransisco, Melkior Michael; Widjaya, Inge Friska
Tarumanagara Medical Journal Vol. 6 No. 1 (2024): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v6i1.30842

Abstract

Osteoarthritis (OA) genu, penyakit sendi degeneratif yang disebabkan oleh pemakaian berulang atau ‘wear-and-tear’ pada sendi lutut, dinyatakan WHO pada tahun 2023 sebagai prevalensi terbanyak dari OA. Salah satu modalitas diagnostik yang dapat dipakai ialah menggunakan radiografi konvesional genu. Osteoarthritis genu dapat disebabkan oleh banyak faktor, namun ada faktor resiko yang pengaruhnya masih kurang pasti, yaitu hipertensi. Komplikasi kedua penyakit tersebut sama-sama dapat menyebabkan disabilitas, maka studi ini ingin meninjau lebih lanjut pengaruh hipertensi terhadap OA. Studi bersifat analitik dan menggunakan desain cross-sectional dengan 126 jumlah pasien RS Royal Taruma selama bulan Januari-Maret 2024. Variabel yang diteliti terdiri dari tekanan darah pasien dan nilai Kellgren-Lawrence pasien. Data dianalisis dengan uji chi square dan disajikan ke bentuk tabel. Studi ini menemukan 78 pasien osteoarthritis genu dan juga mengalami hipertensi, dimana di dalam studi ini tidak ditemukan adanya hubungan antara hipertensi dengan dengan terjadinya osteoarthritis genu (p-value = 0.859; PR = 1,01).
Profil Kelainan Radiologi pada Remaja dengan Skoliosis Widjaya, Inge Friska; Firmansyah, Yohanes; Nathaniel, Fernando; Wijaya, Dean Ascha
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 10 (2023): Volume 3 Nomor 10 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i10.11178

Abstract

ABSTRACT Scoliosis is a type of spinal abnormality characterized by a lateral deviation of more than 10 degrees to the right or left. It affects 1-3% of children in the at-risk population, particularly those aged between 10 to 16 years. The main purpose of this research is to examine the radiological characteristics of scoliosis in teenagers using imaging (Spinal X-ray) at Royal Taruma Hospital. The sample for this study was selected using total sampling criteria from medical records gathered during the period from January to June 2023. The variables analyzed include age, gender, and the radiological features of scoliosis. The data was presented descriptively. Out of the 25 respondents, the average age was 15 years, with females comprising 88% of the participants. Most respondents (80%) exhibited a combination of dextroscoliosis and levoscoliosis. The median Cobb angle measurement for dextroscoliosis was 24 degrees, while for levoscoliosis, it was 26.5 degrees, both indicating moderate scoliosis. The curvature lesions for dextroscoliosis generally started at T5, and for levoscoliosis, they began at T12, with both types of scoliosis commonly ending at the level of L4. Keywords : Scoliosis, Spinal X-ray, Teenager  ABSTRAK Skoliosis merupakah salah satu bentuk kelainan tulang belakang dengan deviasi lateral lebih dari 10 derajat ke kanan atau ke kiri. Skoliosis mempengaruhi 1-3% anak-anak dalam populasi berisiko yaitu mereka yang berusia 10-16 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kelainan radiologi pada remaja dengan skoliosis berdasarkan pemeriksaan radiologi (X-Ray Spine) di RS Royal Taruma yang dipilih sesuai kriteria secara total sampling menggunakan data rekam medis pada periode waktu Januari – Juni 2023. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, dan gambaran radiologi skoliosis. Data disajikan dalam bentuk deskriptif. Dari 25 responden, rerata usia adalah 15 tahun, didominasi oleh perempuan pada 88% responden, dan didapatkan kombinasi dextroskoliosis dan levoskoliosis pada 80% responden. Nilai median Cobb angel pada kelainan dextroskoliosis sebesar 24 derajat dan pada levoskoliosis sebesar 26,5 derajat dimana keduanya masuk dalam kategori moderate skoliosis. Letak lesi lengkungan pada dextroskoliosis dimulai dari T5 dan kelainan levoskoliosis dimulai dari T12, dan umumnya berakhir setinggi L4 baik pada dextroskoliosis maupun levoskoliosis. Kata Kunci: Remaja, Rontgen Tulang Belakang, Skoliosis
STRIKTUR ESOFAGUS : LAPORAN KASUS Immanuel, Nathania; Mumaiyyizah, Shofiatul; Widjaya, Inge Friska
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 3 (2025): DESEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i3.51388

Abstract

Striktur esofagus merupakan penyempitan lumen esofagus akibat proses fibrosis dinding yang umumnya disebabkan oleh inflamasi kronis, terutama akibat penyakit refluks gastroesofageal (GERD). Kondisi ini dapat menyebabkan disfagia progresif yang berdampak pada status nutrisi dan kualitas hidup pasien. Deteksi dan terapi yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses diagnosis dan penatalaksanaan striktur esofagus pada pasien dengan riwayat GERD. Penelitian ini merupakan studi deskriptif berupa laporan kasus pada seorang wanita berusia 60 tahun yang datang dengan keluhan makanan terasa tertahan di tenggorokan selama lima tahun terakhir, memburuk dalam satu minggu terakhir. Data dikumpulkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang meliputi rontgen toraks, CT scan toraks, dan rencana endoskopi. Analisis dilakukan secara deskriptif berdasarkan temuan klinis dan radiologis. Pemeriksaan menunjukkan kondisi umum stabil dengan status nutrisi baik. Pemeriksaan radiologi menunjukkan dilatasi esofagus dengan penyempitan di esophagogastric junction sepanjang ±4,5 cm dan penebalan dinding ±8 mm yang sesuai dengan gambaran striktur esofagus. Pasien mendapat terapi medikamentosa dan dianjurkan menjalani endoskopi untuk evaluasi lanjut. Diagnosis striktur esofagus memerlukan pendekatan multidisiplin dengan kombinasi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pencitraan. Deteksi dini serta terapi yang tepat dapat memperbaiki gejala disfagia dan meningkatkan kualitas hidup pasien.