Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kompleksitas Tindakan De-resusitasi pada Pasien Maternal: Fokus pada Kegagalan Resusitasi Wundiawan, Kristian Felix; Ra Ratumasa, Marilaeta Cindryani
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 42 No 2 (2024): Juni
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v42i2.327

Abstract

Latar Belakang: De-resusitasi mengacu pada penghilangan cairan secara agresif melalui diuretik dan terapi penggantian ginjal dengan target balans negatif yang merupakan prediktor independen untuk bertahan hidup pada pasien ICU.Ilustrasi Kasus: Pasien perempuan berusia 29 tahun dengan diagnosis awal Gravida 27 minggu dengan edema pulmonum, dan gagal napas tipe 1. Klinis pasien ditemukan dengan distres napas berat dengan efusi pleura masif serta edema paru kardiogenik. Untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dilakukan intubasi dilanjutkan dengan ventilasi mekanik. Pasien kemudian dilakukan De-resusitasi dengan target keseimbangan cairan negatif melalui pemberian diuretika (furosemide). De-resusitasi dilakukan tanpa mempertimbangkan untuk melakukan resusitasi, optimalisasi, dan stabilisasi. Hal ini yang mungkin menjadi salah satu poin penanganan yang terlewati di mana pasien mungkin terjadi hipoperfusi pada saat awal masuk. Pemeriksaan inisial objektif serial dan kontinyu untuk menilai perfusi dan mikrosirkulasi serta pemantauan hemodinamik dinamis tidak dilakukan karena keterbatasan sumber daya dan alat. Hal ini juga menjadi keterbatasan dan tantangan dalam penanganan pasien kritis di mana terjadi kesulitan menentukan tindakan dan acuan untukintervensi pada pasien. De-resusitasi dilakukan dan sudah tercapai balans negatif pada hari kedua perawatan. Perkembangan oksigenasi pasien dipantau setiap harinya melalui pemeriksaan analisa gas darah serial dan cenderung terus memburuk. Pasien dicurigai mengalami sindrom peningkatan permeabilitas global yang menyebabkan pasien jatuh dalam sindrom kegagalan organ multipel sampai akhirnya meninggal.Simpulan: De-resusitasi bukan suatu hal yang sederhana. Pemantauan dan parameter objektif yang baik bisa menjadi tuntunan dalam menentukan intervensi yang tepat dan berdampak pada luaran pasien yang lebih baik
Anesthesia Management for Evacuation of Cerebral Abscess in Geriatric Patient with Myasthenia Gravis Suarjaya, I Putu Pramana; Purwanto, Osmond; Wundiawan, Kristian Felix; J. Sutawan, Ida Bagus Krisna
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 13, No 1 (2024)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24244/jni.v13i1.585

Abstract

A Cerebral abscess is an intracranial focal abscess which is a life-threatening emergency. Myasthenia gravis is an autoimmune disorder caused by antibodies targeting the neuromuscular junctions post-synaptic receptor. A seventy-three-year-old male, with an intra-axial tumor in the frontoparietal region underwent craniotomy for abscess evacuation. The Patient also has a history of hypertension and myasthenia gravis under treatment of dexamethasone and pyridostigmine. Anesthesia induction was performed with thiopental, opioid analgesics with fentanyl, neuromuscular blocking agent (NMBA) with rocuronium, and scalp block. The Patients depth of neuromuscular block was monitored with a Train-of-Four (TOF). Surgery was performed in a supine position, duration of surgery was 4.5 hours. The Patient was extubated in the operating theatre, monitored in the intensive care unit, and discharged home on the nineteenth day. Anesthetic management in geriatric patients with cerebral abscesses accompanied by myasthenia gravis has become complex due to the interaction of disease state, medical treatment, anesthetic drugs especially neuromuscular blocking agents, and surgical stress. The Patient was at risk for residual paralysis and had high sensitivity to nondepolarizing neuromuscular blocking agents, so the use of train-of-four (TOF) was very helpful for extubating this patient safely.