Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengukuran Kadar Oksigenasi Otak: Teknik mana yang terbaik? Nindya Auerkari, Aino
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 41 No 2 (2023): Juni
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v41i2.331

Abstract

Oksigen merupakan prasyarat respirasi sel manusia, dan kemampuan sel menggunakan oksigen adalah penanda utama vitalitas sel. Dengan prinsip ini, berbagai teknik telah dikembangkan untuk memantau kadar oksigen dalam sel atau jaringan. Bila dapat dikuantifikasi, perubahan kadar oksigen dapat dideteksi dan ditindaklanjuti dengan cepat untuk mencegah kerusakan jaringan. Bagi pasien sakit kritis dengan penurunan kesadaran, pencegahan kerusakan jaringan otak sekunder sangat penting karena berhubungan dengan prognosis fungsional. Selain itu, di kamar operasi, pemantauan oksigenasi otak dapat mengarahkan anestesiologis dalam menentukan teknik pembiusan.
Anestesia Bedah Oftalmologi: Peran Anestesia Regional Nindya Auerkari, Aino
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 43 No 1 (2025): Februari
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v43i1.438

Abstract

Kemajuan teknologi bedah oftalmologi memungkinkan banyak prosedur dilakukan secara one-day care. Seiring dengan meningkatnya populasi lanjut usia dan bayi prematur, permintaan akan teknik anestesia yang lebih aman dan minim efek sistemik terus bertambah. Hal ini menuntut spesialis anestesiologi untuk terus menyempurnakan teknik anestesia, dengan mempertimbangkan kebutuhan pasien, kondisi pembedahan, dan preferensi operator. Pilihan anestesia untuk bedah mata mencakup anestesia topikal, regional, sedasi, umum, atau kombinasi. Anestesia lokoregional banyak digunakan karena prosedur oftalmologi umumnya singkat dan bersifat ambulatori, memungkinkan pemulihan cepat. Teknik ini juga bermanfaat bagi pasien berisiko tinggi dan tidak memerlukan puasa. Beberapa teknik lokoregional yang digunakan antara lain blok retrobulbar, peribulbar, dan subtenon. Blok retrobulbar mulai ditinggalkan karena risiko komplikasi yang lebih tinggi, sementara blok peribulbar dan subtenon lebih disukai karena efektivitas dan keamanannya. Blok subtenon menggunakan kanula tumpul, mengurangi risiko perforasi bola mata dan toksisitas obat. Teknik ini lebih aman bagi pasien dengan terapi antikoagulan, meskipun dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva atau kemosis. Studi terbaru menunjukkan superioritas blok subtenon dibandingkan peribulbar dalam pembedahan vitreoretina, meskipun adopsi teknik ini masih menghadapi tantangan. Kurangnya familiaritas, hambatan operasional, dan biaya alat menjadi kendala utama. Di Indonesia, perkembangan anestesia oftalmik semakin pesat, didukung oleh PERDATIN dan peningkatan pelatihan serta penelitian. Pemahaman mendalam mengenai berbagai teknik anestesia sangat penting agar anestesiolog dapat memilih metode yang optimal bagi setiap pasien, meningkatkan efisiensi layanan, dan menjamin keselamatan pasien bedah mata.
Manajemen Anestesia pada Sindrom Hunter Nindya Auerkari, Aino; Ramlan, Andi Ade Wijaya
Majalah Kedokteran Indonesia Vol 69 No 10 (2019): Journal of The Indonesian Medical Association - Majalah Kedokteran Indonesia, V
Publisher : PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA (PB IDI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47830/jinma-vol.69.10-2020-182

Abstract

Background: Hunter’s syndrome is characterized by congenital metabolic defect due to lysosomal enzyme deficiency. In this syndrome, glycosaminoglycans, a type of mucopolysaccharide cannot be metabolized, and therefore its deposit accumulates in tissue. This substrate deposits progressively over time and eventually interfere with organ function and causes symptoms. Multiple surgeries would be needed to counter its effect throughout patients’ life. Anesthesiologists are expected to prepare the patient for anesthesia, manage intraoperative, and provide postoperative care. The substrate accumulation on airway presents a special challenge for airway management. We describe a case of difficult airway management in a patient with Hunter’s Syndrome who was under enzyme therapy. The main airway challenge are short neck and limited neck extention. Glycosaminoglycans in joints, spine, and heart also require anesthetist’s attention. Drug metabolism in Hunter Syndrome may be different from normal. As this is a rare disease, patients with Hunter’s syndrome is recommended to undergo anesthesia with experienced anesthesiologist in health care facilities with experience in provide care for Hunter’s syndrome.