Irwin Bizzy
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Sriwijaya Irwin_bizzymt@yahoo.co.id

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pendeteksian Ketinggian Air di Lahan Basah Memakai Teknologi Radio Frequency Identification (RFID) dalam Upaya Memonitor Ketersediaan Air untuk Persawahan di Area Pasang Surut Irwin Bizzy
Jurnal Lahan Suboptimal : Journal of Suboptimal Lands Vol. 4 No. 1 (2015): JLSO
Publisher : Research Center for Sub-optimal Lands (PUR-PLSO), Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.878 KB) | DOI: 10.33230/JLSO.4.1.2015.141

Abstract

Indonesia has quite a lot of scattered wetlands in Sumatra, Borneo, and Papua so that it takes the right technology development to optimize the use of agricultural wetlands for welfare. Tidal wetlands will determine the success of the harvest of food crops, sometimes the tide caused the death of crops due to the amount of water beyond the plant it self or otherwise drought. A technology Radio Frequency Identificationor RFID is one way to monitor water levels in wetlands remotely using radiowaves. This technology is an automate detection system with information technology and communication devices without cables consisting of RFID, reader signal, and a computer. Reader will send signals to RFID to identify or communicate to move the data and will be responded to by the software installed in the computer. The software will immediately respond to convert the data that informed and also to filter or delete data that is not desirable. The data on wetland water level can be monitored as a function of time and recorded in the computer, making it easier to collect these data. These data will be used in planning for the time of planting and crops adapted to the conditions of water throughout the year. It is expected that increase in crop yields in the wetland have ups and downs throughout the year with the availability of accurate data on the water level every season throughout the year
Teknologi Kolektor Surya Berlubang tanpa Kaca Transparan untuk Mengeringkan Daun Gaharu Irwin Bizzy; Budi Santoso; Muhammad Zahri Kadir
agriTECH Vol 38, No 2 (2018)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.061 KB) | DOI: 10.22146/agritech.30360

Abstract

The perforated solar collector technology is a highly potential solution to take advantage of renewable energy in tropical countries such as Indonesia. This technology can be applied as a simple technology for drying of agricultural products. This study aims to determine the rate of the decreased moisture content of gaharu leafs. In this study, the perforated solar collector equipped with four ribs was used. The efficiency evaluation of perforated solar collector plate was conducted in Wind Tunnel-Rig, Basic phenomenon Laboratory of Mechanical Engineering Department, Sriwijaya University. The dimension of the plate is 850 mm × 300 mm × 1.5 mm, which has 1018 holes with 2.5 mm in diameter. The results show that the drying rate for achieving the 10% moisture content of the gaharu leafs, can be reached in 2–3 days. This condition occurs when the weather is sunny, or not cloudy and rainy. In other condition, when the sunshine with an average solar irradiation on the surface is greater than or equal 500 W/m2. The efficiency tests of the perforated  aluminum plate solar collector using wind velocity as input parameter show that the blackened plate resulted in better performance (12,83%) than the colorless one in (6,36%). ABSTRAKTeknologi kolektor surya berlubang ini merupakan salah satu solusi untuk dapat memanfaatkan energi baru terbarukan yang peluangnya sangat besar untuk dikembangkan di negara beriklim tropis seperti negara Indonesia. Teknologi ini dapat digunakan sebagai teknologi tepat guna untuk mengeringkan produk-produk pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan laju penurunan kadar air daun gaharu. Dalam pengujian pengeringan ini digunakan kolektor surya berlubang bersayap empat. Evaluasi efisiensi pelat kolektor surya berlubang dilakukan di Wind Tunnel Laboratorium Fenomena Dasar, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Sriwijaya. Dimensi dari pelat kolektor surya berlubang adalah 850 mm x 300 mm x 1,5 mm, dengan jumlah lubang 1.018 buah yang berdiameter 2,5 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pengeringan daun gaharu untuk mencapai kadar air 10 % dapat dihasilkan dalam 2 ¸ 3 hari.  Kondisi ini terjadi bila cuaca cerah, tidak hujan dan tidak berawan. Dalam kondisi lain, ketika matahari bersinar dengan radiasi matahari rata-rata yang mencapai permukaan lebih besar atau sama dengan 500 W/m2. Pengujian efisiensi kolektor surya pelat alumunium berlubang dengan parameter kecepatan udara, menunjukkan bahwa pelat berwarna hitam menghasilkan performansi yang lebih baik (12,83%) dibandingkan dengan pelat tanpa warna (6,36%).
ANALISIS TEKNOLOGI HIBRID DI SCIENCE TECHNO PARK PROVINSI SUMATERA SELATAN Irwin Bizzy; Syamsul Syamsul; Epina Cornely; Bayu Kurniawan; Dian Apriyan
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 (2020): Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46774/pptk.v3i2.338

Abstract

Teknologi hibrid di sini adalah penggabungan teknologi yang berasal dari energi matahari dan biogas dari kotoran sapi. Setiap kandang sapi memiliki atap yang dapat dipasang sel surya untuk menghasilkan listrik dan kotoran sapi dapat dijadikan sumber energi biogas yang dapat pula dikonversi menjadi energi listrik. Teknologi hibrid ini adalah salah satu potensi energi baru terbarukan di masa depan yang ramah lingkungan.
Penyuluhan Manfaat dan Pembuatan Manik - Manik Binchotan Kepada Masyarakat Desa Nirwan Syarif; Dedi Rohendi; Irwin Bizzy; Mardiyanto Mardiyanto
ABDINE: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2023): ABDINE : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52072/abdine.v3i2.683

Abstract

Limbah kayu sisa industri merupakan potongan sisa yang dihasilkan dari industri kayu dengan berbagai macam ukuran. Ada berbagai jenis limbah kayu industri. Mulai dari potongan hingga serpihan gergaji, kulit kayu yang dianggap sudah tidak memiliki nilai ekonomi lagi. Limbah kayu sisa industri sangat sulit dikurangi dan sering mengakibatkan timbunan yang lama kelamaan hanya menjadi sampah kayu yang sudah berjamur dan lapuk. Maka dari itu perlu dilakukan pemanfaatan kayu sisa industri dengan optimal agar dapat menjadi peluang usaha bagi masyarakat. Kegiatan ini memberikan ide untuk mengelola dan memproduksi kerajinan tangan  dengan kegunaan untuk medis. Rangkaian kegiatan dimulai dari memilih dan memilahan kayu untuk selanjutnya dibentuk menjadi manik-manik. Manik – manik kayu kemudian diubah menjadi manik – manik arang binchotan. Binchotan memiliki sifat yaitu listrik – elektronik unik yang terbentuk pada penerapan pemanasan suhu tinggi. Manik-manik tersebut dibuat sebagai produk kerajinan dalam bentuk gelang atau kalung. Sifat menyerap gelombang elektromagnetik dari bichotan memberikan keunikan bagi manik – manik tersebut sehingga dapat digunakan sebagai gelang atau kalung kesehatan. Secara keseluruhan, langkah ini memberikan nilai ekonomis pada bahan yang sudah tidak digunakan lagi. Dengan demikian nilai tambah yang diperoleh akan lebih menguntungkan sekaligus memecahkan masalah pencemaran lingkungan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.