Suku sakai adalah suku yang mendiami kawasan pedalaman Riau di Pulau Sumatera. Keadaan ekonomi orangtua yang kurang mendukung sehingga anak-anak tidak bisa melanjutkan pendidikan yang menyebabkan anaknya yang sudah lulus di sekolah dasar tidak melanjutkan lagi kependidikan sekolah menengah pertama sehingga banyak orang tua yang menyuruh anaknya bekerja saja daripada melanjutkan pendidikan, dan pada umumnya masyarakat suku sakai juga masih memandang keliru arti penting pendidikan bagi kepentingan dan masa depan anak-anaknya. Pola kehidupan masyarakat yang masih rendah tingkat pendidikan dan tingkat ekonominya dapat dibuka mata hatinya untuk menyekolahkan anak manakala persepsi orang tua terhadap pendidikan sudah baik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan model penelitian korelasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil menunjukkan kondisi sosial ekonomi masyarakat suku sakai ditinjau dari tingkat pendidikan sebagian besar menyelesaikan sekolah sampai dengan tingkat Sekolah Dasar saja dengan kategori sedang. Sedangkan jika dilihat dari aspek pekerjaan masyarakat suku sakai mayoritas berprofesi sebagai petani. Tingkat motivasi masyarakat suku sakai untuk melanjutkan pendidikan anaknya berada di kategori sedang dengan persentase sebesar 56, 8 %. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai (8 > 5,99) yang maknanya chi hitung > dari chi tabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi sosial ekonomi masyarakat suku sakai dengan variabel motivasi masyarakat suku sakai melanjutkan pendidikan. Model edukasi masyarakat suku sakai dalam upaya meningkatkan motivasi pendidikan keluarga di kecamatan pinggir yang dirumuskan: fokus memberikan pendampingan kepada orangtua melalui metode pendekatan kelompok dengan pertimbangan selaras dengan data demografi bentuk interaksi orangtua di lakukan secara kelompok, baik itu kelompok yang berkaitan dengan pekerjaan maupun perhimpunan lain.