Sabatti, P. Henrietta Puji Dwi Astuti Dian
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Menjadi Manusia Berkesadaran di Era Digital Sabatti, P. Henrietta Puji Dwi Astuti Dian
Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma Vol 5, No 1 (2024): Edisi Khusus: Menjadi Manusia Berkesadaran di Era Digital
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/suksma.v5i1.8042

Abstract

 Perkembangan teknologi digital telah memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, baik dalam hidup keseharian, belajar, pelaksanaan tugas, maupun dalam berelasi. Teknologi digital memberikan kemudahan bagi manusia untuk berkomunikasi dan mengakses informasi dengan cepat. Tetapi perkembangan teknologi digital juga memiliki tantangan yang harus dihadapi. Putri (2023) dalam situs resmi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, menyebutkan bahwa untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi digital, masyarakat perlu beradaptasi dan meningkatkan kapasitas diri, sehingga dapat memanfaatkan teknologi secara positif. Untuk beradaptasi dibutuhkan kesadaran, pengembangan keterampilan dan literasi digital, serta partisipasi aktif masing – masing individu dalam masyarakat digital (Putri, 2023). Adaptasi dan peningkatan kapasitas diri diawali dengan kesadaran diri. Scheier, dan Buss (1975, seperti dikutip dalam Scheier, et al., 1979) mendefinisikan kesadaran diri sebagai keadaan yang mana perhatian diarahkan pada diri sendiri. Kesadaran dan perhatian adalah kapasitas utama dalam kesejahteraan manusia. Brown dan Ryan (2003) menambahkan bahwa kesadaran adalah “radar” yang terus memantau lingkungan dalam dan luar individu.Carden et al. (2022) menyatakan bahwa kesadaran diri penting untuk munculnya perilaku positif, kepuasan, dan kinerja yang baik dari individu. Kesadaran diri membawa banyak manfaat psikologis, termasuk peningkatan pengaturan diri, lebih banyak perhatian terhadap kebutuhan orang lain, dan berkurangnya stres dan kecemasan (Donald dkk. 2019, Hali dkk. 2021, Hülsheger dkk. 2021, Rasheed dkk.2019). Ketika manusia menjadi lebih sadar diri, mereka menjadi lebih tangguh dan lebih baik, mereka mampu mempersiapkan diri menghadapi situasi sulit dan meningkatkan perasaan efikasi diri; mampu menganalisis situasi yang tidak pasti dan penuh tekanan; mengidentifikasi kemungkinan solusi; berimprovisasi; menjaga ketenangan; dan siap untuk beradaptasi ketika diperlukan (Chen et al. 2005; Park Park 2019).Baumeister dan Vohs (2003) menyatakan bahwa salah satu fungsi adaptif utama dari kesadaran diri adalah pengaturan diri, yang mencakup mengubah perilaku, menolak godaan, mengubah suasana hati, memilih respons dari berbagai pilihan, dan menyaring informasi yang tidak relevan. Kesadaran diri dapat membantu individu untuk memahami dan mengatur dirinya. Termasuk ketika individu menggunakan teknologi, individu yang memiliki kesadaran diri akan mampu untuk mengelola perilakunya, memilih hal – hal yang ia butuhkan, dan merespon dengan tepat.Morin (2011) menyatakan bahwa berkurangnya atau melemahnya kesadaran diri dapat membuat kesenjangan dalam diri seseorang, munculnya perilaku – perilaku negatif dan lambatnya perkembangan diri. Menurunnya kesadaran diri dapat membuat diri individu terlepas dan tenggelam dalam aktivitas- aktivitas yang merugikan. Orang yang kehilangan kesadaran juga melarikan diri dari diri mereka sendiri dengan meminum alkohol, menggunakan narkoba, makan berlebihan, melakukan perilaku seksual ekstrem, dan akhirnya melakukan bunuh diri (Baumeister, 1990, 1991; dan Hull, 1981, seperti dikutip dalam Morin, 2011). Brown dan Ryan (2003) menemukan bahwa ketidaksadaran pengguna teknologi digital dapat menyebabkan rendahnya produktivitas secara keseluruhan atau kegagalan proses teknologi yang seharusnya bermanfaat positif bagi manusia.Artikel – artikel dalam Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma edisi khusus ini membahas tentang manusia yang berkesadaran di era digital.  Manusia yang berkesadaran atau memiliki kesadaran artinya adalah manusia yang memantau dan mengetahui tentang diri dan lingkungannya; ia juga mampu untuk beradaptasi; dan mampu untuk meningkatkan kapasitas atau mengembangkan dirinya menjadi lebih baik dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Artikel pertama membahas tentang penelitian yang bertujuan untuk mengetahui integrasi teknologi yang dilakukan guru SMP dan SMA dalam pembelajaran abad 21 berbasis komponen TPACK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki pengetahuan yang memadai mengenai integrasi teknologi dalam bidang pendidikan. Pengetahuan yang dimiliki oleh para guru ini tentu berkaitan dengan kesadaran para guru tentang peran teknologi dalam proses pembelajaran. Carden, et al. (2022) menjelaskan bahwa pengetahuan diri merupakan hasil pengembangan dari kesadaran diri.Artikel kedua adalah artikel yang memaparkan hasil uji validitas alat tes penalaran logis berbasis permainan yang disebut Library Game. Alat tes yang valid juga dapat dikembangkan melalui permainan inovatif. Pembuatan alat tes melalui permainan inovatif sangat menarik sebagai upaya untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman saat ini.Artikel ketiga menjelaskan tentang penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas stand up comedy sebagai respon terhadap transformasi digital yang telah merambah berbagai aspek kehidupan. Penelitian ini menemukan bahwa faktor kunci yang menjamin keberhasilan komunitas stand up comedy di era digital antara lain adalah kemampuan beradaptasi terhadap perubahan teknologi, memahami preferensi dan kebutuhan audiens digital, serta membangun jaringan kolaboratif yang kuat dalam komunitas itu sendiri. Kemampuan adaptasi adalah bentuk dari adanya kesadaran.Artikel keempat merupakan artikel penelitian yang bertujuan untuk menganalisis sifat psikometrik dan norma LAI. Temuan ini membuktikan bahwa LAI adalah penilaian daring yang andal dan valid untuk mengukur fluid intelligence dalam konteks seleksi atau evaluasi karyawan.Artikel kelima berangkat dari keprihatinan tentang banyaknya informasi di internet dan kurangnya pemahaman remaja tentang dinamika gangguan kesehatan mental yang membawa dampak negatif, yaitu self diagnose. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang diagnosis diri dan kesehatan mental remaja pengguna media sosial, dampak secara psikologis, serta peran media sosial.Artikel keenam bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang perilaku defensif konstruktif sebagai perilaku prososial daring. Artikel ini menjelaskan bahwa perilaku defensif konstruktif mendukung pengamat untuk mengelola emosi ketika menghadapi situasi konflik interpersonal seperti cyberbullying, meningkatkan keterhubungan sosial, kualitas komunikasi antar pengguna media sosial, dan mengurangi dampak cyberbullying terhadap korban. Yurdakul et al. (2023) menemukan bahwa peningkatan kesadaran telah menjadi prioritas dalam studi – studi terkait metode untuk mencegah dan memberi intervensi pada perilaku cyberbullying. Faktanya, individu yang sadar dan paham tentang risiko cyberbullying lebih dapat menyesuaikan diri, mengambil langkah pencegahan dan menghadapi cyberbullying (Yurdakul et al., 2023).
EDUKASI PENGELOLAAN OBAT SECARA MANDIRI DI PAROKI WARAK Linawati, Yunita; Setiawati, Agustina; Sabatti, P. Henrietta Puji Dwi Astuti Dian
ABDIMAS ALTRUIS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 2 (2024): Oktober 2024
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/aa.v7i2.9452

Abstract

Self-medication is a community effort to choose treatment and medication to deal with complaints or symptoms of disease before seeking help from health facilities or medical personnel. There is a need and interest among Warak Parishioners regarding education on independent drug management at the household level because they do not yet have basic drug knowledge regarding drug categories and how to obtain, store, and dispose of drugs properly and correctly. This activity aims to provide education to people so that they are able to recognize types of medicines, how to get them, and how to store medicines properly, including regarding the period of use of medicinal preparations, and how to dispose of medicinal preparations properly and correctly. This activity is expected to improve the ability of Warak Parishioners to obtain, use, store, and dispose of medicine properly and correctly. The service activities began with attendance, distribution of goodie bags, pretest (10 minutes), education (60 minutes), question and answer (15 minutes), and posttest (10 minutes). The 38 participants consisted of the majority of women, aged 56-65 years and most of them had a high school education. The education provided could increase the knowledge of the Warak Parish community regarding independent, good, and correct medication management.