This paper reviews Christian social ethics on the prophetic-normative role of pastors in dealing with the rejection of the construction of Gereja Masehi Injili di Timor Bethlehem Oeluan-North Central Timor. The pastor's prophetic-normative role in this study refers to the ability to convey actual teachings that originate from moral responsibility based on the Christian faith. This is qualitative research where data collection was conducted through interviews, observation, and literature study. The study results show that in carrying out the prophetic-normative role, a pastor is seen as, first, parents and shepherds whose presence creates calm and rejection of violence in the congregation. Second, as a solidarity leader who strengthens the congregation. This study concludes that the pastor understands her prophetic-normative role through her calling to serve the congregation despite threats of violence. This prophetic-normative role is manifested in solidarity with congregations who are victims of violence. Tulisan ini mempresentasikan tinjauan etika sosial Kristen terhadap peran Pendeta. Pendeta dalam menghadapi penolakan pembangunan gedung Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Betlehem Oeluan Timor Tengah Utara (TTU). Peran Pendeta yang dimaksud adalah sikap Pendeta dalam menyampaikan ajaran benar yang bersumber dari tanggung jawab moral berdasarkan iman Kristen. Pengambilan data menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menjalankan perannya, Pendeta dipandang sebagai: Pertama, orang tua dan gembala yang kehadirannya melahirkan ketenangan dan penolakan terhadap sikap kekerasan di tengah jemaat. Kedua, tokoh solider yang menguatkan jemaat untuk tetap beribadah di dalam gedung gereja Betlehem Oeluan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pendeta memahami perannya di tengah konflik lewat keterpanggilan untuk melayani jemaat yang ada di tengah ancaman kekerasan sekalipun. Peran pendeta di tengah konflik diwujudkan dengan solidaritas bersama jemaat yang menjadi korban kekerasan.