Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Rencana Reklamasi Pit Lake Tambang melalui Konsep Budidaya Padi Apung menuju Food Security di Era VUCA Arofah, Nurmaya; Sofatunida, Sofatunida
TheJournalish: Social and Government Vol. 4 No. 5 (2023): Special Issue
Publisher : CV The Journal Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55314/tsg.v4i5.610

Abstract

Pertanian merupakan salah satu sektor yang dijadikan sebagai energi utama dan hal yang vital dalam penyediaan bahan pangan di Indonesia. Namun, saat ini penyusutan luas areal pertanian di Indonesia terus terjadi akibat semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan juga adanya alih fungsi lahan ke non-pertanian. Tujuan penelitian ini adalah memberikan inovasi terkait permasalah penyempitan lahan, dengan menggunakan konsep budidaya padi terapung yang memanfaatkan lahan bekas tambang pasir dan kerikil di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Rencana reklamasi dengan konsep budidaya padi apung yaitu bentuk adaptasi terhadap ketersediaan lahan persawahan yang semaakin terdegradasi. Dimana bibit padi ditanam diatas rakit dengan jarak 30 x 30 dan dengan menggunakan pupuk organik. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sekunder yang diperoleh dari tahapan pengumpulan data, selanjutnya dianalisis, proses analisis ini terdiri dari tahapan reduksi, penggabungan, dan konklusi. Hasil penelitian didapatkan data uji laboratorium berdasarkan 6 parameter yaitu TDS sebesar 60 mg/h, EC 130 , Ph 7.1, Suhu 31.2 , Salinitas 0.5 % dan Turbidity 1.958 FTU. Sehingga berdasarkan pengujian menggunakan alat Water Quality Tester, Turbidimeter dan Refractometer, sampel air pit lake tambang masuk ke dalam golongan D, yang bisa digunakan untuk pertanian.
Analysis of Illegal Gold Mining (PETI) Impact on The Environment with TDS, TSS, Mercury and Cyanide Parameters in Water and Sediment of Cikaniki River Erusani, Awang Silvan; Arofah*, Nurmaya; Sofatunida, Sofatunida; Fauzi, Talitha Hasna; Jabbar, Muhammad Andi
Aceh International Journal of Science and Technology Vol 14, No 1 (2025): April 2025
Publisher : Graduate School of Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/aijst.14.1.43432

Abstract

Gold production from artisanal mining extraction reaches 120 tons annually, providing significant environmental and economic impacts for the community. The processing method used triggers environmental pollution, because it produces tailings in the form of metal mercury and cyanide. This research was conducted at the location of post Illegal gold mining (PETI), although PETI activities have been disciplined, but based on the characteristics of mercury which is difficult to dissolve in water, easily binds to suspended solids and easily deposited to the bottom of the waters, can pollute river sediments. The purpose of the study was to determine the levels of Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS), mercury and cyanide in the Cikaniki River Watershed, based on Government Regulation No. 22 of 2021. The purposive sampling method was used in determining the sampling location at 3 observation stations for surface water and sediment, namely station 1 area where is former gold processing. Station 2 river body where former PETI produces mercury waste, station 3 is a place where there is no gold processing. TDS and TSS measurements using the gravimetric method, mercury and cyanide levels using ICP-OES. The results of laboratory sediment analysis of 3 observation location in Cisarua Village, Curug Bitung Village, and Lukut Village, for the TDS and TSS parameters, mercury was detected at the highest level at point 3 in Lukut Village. Luku Village is the most downstream location of the Cikaniki River which is located very far form the peoples gold processing site. This concludes that after PETI activities occur, the distribution of mercury (Hg) waste spread to the most downstream areas of the Cikaniki River is always present even though its presence is still below environmental quality standards.