Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KEPEMIMPINAN NON MUSLIM DALAM AL-QUR’AN: ANALISIS STRUKTURAL FERDINAND DE SAUSSURE DALAM KAJIAN AYAT-AYAT MUWĀLAH AL-KUFFĀR Thoriq, Thoriqotul Faizah; Musolli; Moh. Anwari
Qolamuna : Jurnal Studi Islam Vol. 9 No. 1 (2023): Juli 2023
Publisher : STIS MIFTAHUL ULUM LUMAJANG PRESS (STISMU PRESS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article aims to discuss the meaning of the word awliya' in the context of the closeness between Muslims and non-Muslims in the Qur'an. Through Ferdinad de Saussure's structural analysis knife, this paper focuses on the problem; how is the dissection of the meaning of awliya' in the view of de Saussure's structural semiotics? Is it true that Muslims, especially in Indonesia, cannot elect leaders who are non-Muslims? This article concludes that through de Saussure's structural theory, it is found that the word awliya' still opens up various meanings depending on the structure that surrounds the reader and researcher of this verse. Furthermore, with de Saussure's concept of signifiers, this article presents the fact that Muslims' attitude towards non-Muslims is not always in a negative dimension, in which case certain criteria are mentioned for non-Muslims who are allowed to cooperate or be friends. with Muslims. Keywords : Ferdinand De Saussure, Muwālah Al-Kuffār, Nonmuslim
Konsep ‘Iddah dalam Surah Al-Baqarah Ayat 234 (Studi Komparatif Kitab Marah Labid Karya Syekh Nawawi Al Bantani dan Tafsir Al-Munir Karya Syekh Wahbah Az Zuhaili) Romziana, Luthviyah; Kholiq, Hikmah Kamilia; Musolli
NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan Vol. 11 No. 1 (2024): (April 2024)
Publisher : Institut Agama Islam Yasni Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51311/nuris.v11i1.514

Abstract

‘Iddah adalah masa bagi wanita untuk tinggal di rumah (yang ia tempati bersama suami), tidak menikah lagi dan tidak keluar rumah kecuali kalau ada udzur syar'i. Namun, dalam praktiknya ketentuan-ketentuan tersebut terkadang tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Seorang istri yang telah ditinggal mati oleh suaminya tidak menjalankan masa ‘iddah sebagaimana yang disyari’atkan. Konsep ‘iddah wanita yang ditinggal mati suaminya dalam hal ini yang menjadi fokus kajian penulis adalah pendapat Syekh Nawawi al Bantani dan Syekh Wahbah az Zuhaili mengenai ayat ‘iddah surah al Baqarah ayat 234 dalam kitab Tafsir Marah Labid dan Tafsir al Munir. Penelitian ini termasuk jenis kualitatif dengan memanfaatkan data-data kepustakaan yang dikumpulkan melalui metode muqarin, yaitu membandingkan penafsiran ayat ‘iddah pada kitab Tafsir Marah Labid dan Tafsir Al Munir. Permasalahan yang diangkat adalah: pertama, pemikiran Syekh Nawawi al Bantani yang merupakan mufassir dari Indonesia serta pemikiran Syekh Wahbah az Zuhaili, seorang mufassir Suriah tentang konsep ‘iddah wanita yang ditinggal mati oleh suaminya; kedua, perbedaan dan persamaan penafsiran keduanya mengenai ayat ‘iddah tersebut, seperti metode penafsiran dan kandungan tafsirnya. Berdasarkan analisis data pada penelitian ini, masa ‘iddah bagi seorang wanita pada dasarnya membutuhkan beberapa pertimbangan baik dari aspek hukum agama maupun aspek sosial. Pertimbangan tersebut guna mewujudkan putusan hukum yang maslahat dan memiliki nilai keadilan.
Fenomena Zero Waste Dalam Al-Qur’an: Studi Analisis Tafsir Ekologi Pada Website Tafsiralquran.id Musolli; Apriliyani Firdausiah
Ta’wiluna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an, Tafsir dan Pemikiran Islam Vol. 6 No. 1 (2025): Ta’wiluna: Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) IAIFA Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58401/takwiluna.v6i1.1922

Abstract

Artikel ini bertujuan meneliti ayat-ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan fenomena zero waste dalam tafsir al-qur'an yang disajikan website tafsiralquran.id. Jenis penelitian yang akan digunakan ialah pendekatan kualitatif dengan metode kepustakaan atau penelitian kepustakaan, yaitu menghimpun data dari pustaka. Penulis menggunakan metode tafsir tematik (maudhu'i) mengenai fenomena zero waste. Sumber data yang diambil dari sumber data primer yakni ayat-ayat al-Qur'an, dan sumber data sekunder dari buku-buku, kitab tafsir, dan jurnal ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik. Hasil dan pembahasan, ada dua ayat yang menyebutkan tentang fenomena zero waste yakni QS. Al-Isra : 26-27 dan QS. Al-A'raf : 56. Yang mengaskan bahwa kegiatan pemborosan dan menghamburkan harta adalah hal yang dilarang dalam Islam. Pembelian dan pengguanaan barang-barang plastik secara berlebuhan tidak memberikan manfaat yang sejati, malah menimbulkan kerusakan. Zero waste adalah konsep yang fokus pada konservasi sumber daya dengan meminimalkan limbah melalui 5R: sampah (menolak), mengurangi (mengurangi), menggunakan kembali (menggunakan kembali), mendaur ulang (mendaur ulang), dan membusuk (mengomposkan). Prinsip ini bertujuan untuk menghindari polusi lingkungan dan mendukung gaya hidup berkelanjutan. Konsep ini tidak hanya menjadi solusi atas permasalahan lingkungan tetapi juga bentuk konkret implementasi ajaran Islam dalam melestarikan bumi sebagai amanah dari Allah.
Moderasi Islam: Membangun Sunni-Syiah yang Harmoni Musolli; Ismail Marzuki
Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir Vol 1 No 1 (2024): Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Publisher : ejournal.nurulqadim.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana pola hubungan yang dibangun oleh masyarakat Kampung Arab Bondowoso yang dihuni oleh dua ideologi berbeda, yakni sunni dan syiah dapat hidup berdampingan secara harmonis, selain juga berupaya mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan kedua kelompok tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, interview, dan telaah dokumen. Adapun hasil dari penelitian ini ialah bahwa pola hubungan harmonisasi masyarakat sunni dan masyarakat syiah di Kampung Arab Bondowoso dibangun berdasarkan kontak sosial dan komunikasi yang intensif. Sementara faktor yang mempengaruhi harmonisasi sunni-syiah di Kampung Arab Bondowoso antara lain karena adanya ikatan kekeluargaan/persaudaraan yang begitu kuat, semangat gotong toyong yang luar biasa, menjunjung tinggi sikap demokratis, dan lain sebagainya.
Seni Mengelola Konflik Dalam Al-Qur’an: Kajian Atas Surah Al-Hujurat Ayat 9-10 Makhsusiyah, Faizatul Munawaroh; Musolli
AL MURABBI Vol 9 No 1 (2023): Jurnal Al-Murabbi
Publisher : Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/amb.v9i1.4619

Abstract

Every human life, anytime and anywhere, will inevitably involve conflicts. These conflicts arise due to differences in opinions and feelings, cultural variations, interests, and social changes. These differences give rise to various conflicts worldwide, including political conflicts, racial conflicts, religious conflicts, mental conflicts, and more. In the Quran, there are broadly three types of conflicts, namely family conflicts, religious conflicts, and ethnic conflicts. Many of these conflicts are the stories of past communities with their prophets, from Prophet Adam to Prophet Muhammad. In every conflict narrated in the Quran, Allah hints at different ways of resolution, always concluding with guidance to settle disputes peacefully (ash-shulh), through consultation, negotiation, and other means. This emphasizes that no conflict is impossible if both parties have good intentions and goodwill. The ultimate goal is to achieve peace, justice, and harmony within society and among individuals. This research employs a library research method, which falls under content analysis. The author adopts a qualitative approach drawing from classical, medieval, and contemporary exegesis. The findings reveal that the interpretation of Surah Al-Hujurat verses 9-10 instructs two conflicting groups of believers to reconcile by seeking common ground toward a fair agreement. Allah also emphasizes that peace should take precedence in tumultuous conflicts.