Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STUDI BANJIR DI WILAYAH TANJUNGSARI SURABAYA John, Jenodius Aldino; Soebagio, Soebagio
axial : jurnal rekayasa dan manajemen konstruksi Volume 11, Nomor 1, April Tahun 2023
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/axial.v11i1.2857

Abstract

ABSTRAK: Bencana banjir sering melanda kota-kota besar di Indonesia. Salah satunya terjadi di kota Surabaya khususnya di wilayah Tanjungsari, Surabaya. Berdasarkan data tahun 2020, lamanya genangan di wilayah Tanjungsari adalah selama 15,22 menit dengan kedalaman 6,77 cm. Daerah Tanjungsari merupakan salah satu wilayah industri dan dengan adanya permasalahan banjir di wilayah ini akan menganggu mobilisasi kendaraan dan manusia yang berdampak pada terhambatnya kegiatan produksi. Maka dari itu perlunya dilakukan studi drainase untuk menangani masalah banjir, agar saluran dapat menampung debit yang ada di kawasan tersebut. Berdasarkan Permen PU no.12 Tahun 2014, perencanaan  saluran drainase untuk daerah perkotaan ialah selama 5 tahun. Maka dari itu, curah hujan rencana yang dipakai pada studi banjir ini ialah selama lima tahun (R5) dengan metode Gumbell sebesar R5 = 67,092 mm. Total debit banjir rencana akan dibandingkan dengan kapasitas saluran eksisting yang dihitung dengan perumusan manning dan hasilnya ada tiga saluran tersier yang tidak dapat menampung total debit banjir rencana. Tiga saluran itu ialah saluran Tanjungsari 1, Tanjungsari 2, dan Tanjungsari 3 dimana dimensi eksistingnya yakni lebar saluran (b) = 60cm dan tinggi saluran (h) = 80cm. Saluran yang tidak dapat menampung debit banjir yang diakibatkan oleh kecilnya dimensi saluran yang ada, maka diperlukan perencanaan    ulang (redesign) dimensi saluran yang sesuai dengan kebutuhan. Hasil redesign ketiga saluran tersebut di dapat dimensi baru untuk saluran Tanjungsari 1 dan 3 yaitu lebar saluran (b) = 100cm dan tinggi saluran (h) = 120cm, sedangkan saluran Tanjungsari 2 yaitu lebar saluran (b) = 120cm dan tinggi saluran (h) = 120cm, dan masing-masing menggunakan precast saluran U-ditch.  KATA KUNCI : Analisa Banjir, Metode Gumbell, Saluran Tersier Tanjungsari
Analysis of Delays in the Construction Project of the Pumping House in the Sumenep District Using the Critical Path Method John, Jenodius Aldino; Wulandari, Esti; Nugroho, Laksono Djoko
Enrichment: Journal of Multidisciplinary Research and Development Vol. 3 No. 1 (2025): Enrichment: Journal of Multidisciplinary Research and Development
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/enrichment.v3i1.335

Abstract

Delays in construction projects pose significant challenges, particularly in remote areas like the Sumenep District. This research analyzed the pump house construction project delays using the Critical Path Method (CPM) to identify the primary factors causing delays, including material supply issues and labor shortages. A qualitative descriptive approach was employed, involving in-depth interviews with project stakeholders and analysis of project documents, including weekly reports and schedules. The findings indicated that the project experienced an average delay of two weeks, primarily due to delays in material supply from Surabaya and concurrent labor shortages caused by multiple simultaneous projects. To address these challenges, the study proposed solutions such as strengthening logistics coordination with local suppliers, increasing the workforce on critical tasks, and utilizing additional heavy equipment. The implications of this research highlight the importance of effective time and resource management in construction projects, particularly in remote locations. Applying the CPM method, this study identifies the root causes of delays and provides practical strategies to enhance project efficiency and reduce costs. This research contributes to the existing literature on construction management in Indonesia, emphasizing the need for adaptive approaches tailored to local conditions.